All Chapters of Janda Muda (Indonesia): Chapter 21 - Chapter 30
53 Chapters
Sakit dan Perih!
"Bagaimana saya bisa melunasi semua ini dalam waktu enam bulan?" pekik Bram ketika melihat surat perjanjian yang diberikan oleh Juned. "Uang 100 M tidak sedikit! Bagaimana saya mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?""Itu pilihan Anda Pak Bram. Anda boleh saya menolak dan meminjam kepada perusahaan lain. Tapi saya yakin tidak akan ada yang mau melakukannya," cibir Juned dengan tatapan jengah. Dia tak sabar lagi menghadapi lelaki tak tahu malu di hadapannya itu. "Bagaimana jika dalam enam bulan saya tidak bisa melunasi hutang?"Juned tersenyum sinis dan menunjuk kalimat di bagian bawah dokumen. "Jika Anda tidak bisa melunasi dalam waktu yang ditentukan, perusahaan dan semua aset Anda akan disita."Sialan Saga! Cerca Bram dalam hatinya. "Biarkan saya berpikir dulu.""Pak Saga memberikan waktu Anda untuk berpikir selama lima detik. Jika tidak, Pak Saga akan menarik ucapannya untuk membantu perusahaan An
Read more
Lebih Keras Lagi, Beib!
"Ummm ...." "Kau terlihat sangat menikmatinya, Beb.""Yeah ... Lebih keras lagi, Beb. Aku sudah lama tidak merasakan kepuasan," balas Angel terengah-engah. Dia sedang bercinta di salah satu kamar hotel bintang lima yang terletak di pusat ibukota. Belum genap dua bulan setelah Angel keguguran, dia tak sabar lagi ingin menenggak nikmatnya dunia. Tapi sayangnya, Bram terlalu sibuk. Terlalu kaku dan sekarang tugasnya hanya marah-marah terus karena perusahaan yang tidak stabil. Baram juga kerap menyalahkan Angel lantaran tidak bisa menjaga anak mereka dengan baik. Hilang sudah harapan Bram untuk memiliki anak lagi sebagai pengganti Maga. "Ini semua salahmu! Sudah tahu hamil masing menggunakan sepetu hak tinggi saat pergi!" geram Bram tempo hari saat mendapati istrinya terbaring di tempat tidur rumah sakit. Angel kesal bukan main. Bukannya menenangkan istri tapi justru mengomelinya. "Beib! Aku masih lemah! Seharusnya ka
Read more
Ingatan Kenanga
"Kenanga?" gumam Angel dan Bram bersamaan dengan mata yang membelalak. Berbulan-bulan mereka tak bertemu, sepasang suami istri itu tak menyangka akan bertemu lagi dengan Kenanga. Sedangkan Bram sendiri, tak pernah berusaha menemui Arga karena Angel melarangnya. Bahkan, semua foto-foto Arga dan Maga dibuang Angel ke tempat sampah. "Jangan beraninya hanya dengan anak kecil, ya!" ucap Kenanga gemas. Giginya menggertak dan rasanya ingin sekali mencakar wajah wanita itu. Kenanga tak ingat dia pernah mengenal Angel tapi rasa sakit di hatinya, kebencian yang memuncak, tak bisa ditampik. "Oh, jadi kamu belum kembali ke kampung?" ejek Angel dengan senyum pongah."So?" "Aku kira kamu sudah gila karena kehilangan anakmu? Kamu belum lupa kan kalau anakmu mati tertabrak truk?""Angel!" sentak Bram menarik tangan istrinya."Anak?" gumam Kenanga yang perlahan melepaskan tangannya. Kepalanya mendadak nyeri dan sakitnya da
Read more
Keputusan Kenanga
Mobil yang dikendarai Saga dan Kenanga berhenti di pemakaman umum yang hanya diterangi lampu jalanan. Semantara di dalam pemakaman, hanya ada gelap dan rasa dingin yang menyambut. "Biarkan aku menggendongmu," ucap Saga begitu Kenanga hendak membuka pintu mobil. "Aku bisa jalan sendiri.""Kalau tidak mau menurut, aku akan melajukan mobil ini lagi," ancam Saga kembali menghidupkan mesin. "Oke! Lakukan sesukamu!" balas Kenanga jengkel dan memalingkan muka. Bergegas Saga keluar dari mobil dan menggendong tubuh Kenanga."Lingkarkan tanganmu di leherku," perintah Saga dengan nada memaksa. "Bossy!" gumam Kenanga yang mau tak mau melingkarkan tangannya di leher Saga. Sementara pria itu terus berjalan dengan ponsel sebagai penerangannya. Sementara Kenanga, bertengger manis di punggung Saga yang kuat dan Kenanga layaknya anak kanguru yang terus menempel pada induknya. Dia tak menyangka bahwa kini pria yang paling dih
Read more
Membuat Anak Satu Lusin
"Aku bisa membukanya sendiri!" cegah Kenanga yang duduk di pinggir ranjang tempat tidur ketika Saga menawarkan diri untuk membuka celana Kenanga yang robek di bagian lutut. "Oke. Aku akan mengambil kotak obat untukmu," balas Saga yang segera mengambil kotak obat dengan canggung. Ini pertama kalinya dia harus tidur sekamar dengan Kenanga sejak ingatannya sudah kembali. Dia tidak tahu bagaimana harus bersikap pada istrinya. Di sisi lain Saga sadar bahwa dirinya juga tak bisa memaksa Kenanga untuk menerima dirinya.Saat Saga kembali dari mengambil kotak obat, Kenanga telah menutupi tubuh bagian bawahnya dengan selimut dan perlahan Saga berjongkok di hadapannya dan mulai membersihkan luka Kenanga dengan sangat hati-hati. "Kalau kau lapar aku akan memasak untukmu," ucap Saga sembari meniup obat merah agar cepat kering. "Tidak. Terima kasih. Aku hanya ingin berganti baju dan langsung tidur," balas Kenanga canggung. Ia memperhat
Read more
Morning Kiss
"Pulang jam berapa nanti?" tanya Angel sambil menggigit roti yang ada di tangannya. Sementara Bram yang sedang meneguk secangkir kopi hanya menjawab datar. "Belum tahu. Hari ini kamu mau ke mana? Arisan lagi?""Iya. Biasalah perempuan.""Jangan menghambur-hamburkan uang. Kamu tahu kan kita banyak hutang? Perusahaan keuangannya belum stabil."Kita? Itu kan kamu yang hutang! Bukan aku! Aku tidak ada urusannya dengan hutang perusahaanmu yang hampir bangkrut!" Jawab Angel kesal. Sejak ketemu Kenanga bulan lalu, Angel menganggap bahwa Bram tiba-tiba menjadi pelit dan perhitungan. Padahal, sebelumnya ia sangat loyal. Apapun permintaan Angel pasti dituruti. Tapi sekarang? Sering sekali mengoceh dan memintanya untuk berhemat! Padahal, bukan Kenanga penyebabnya melainkan jatuh tempo pembayaran hutang pada perusahaan Saga semakin dekat tapi Bram belum juga menemukan titik cerah dalam menghadapi utang piutang. Kerjasamanya dengan perusahaan lain pun tak b
Read more
Aku Ingin Tubuhmu!
"Ini buat adik-adikmu, Ra." Kenanga menyerahkan beberapa plastik berisikan ayam goreng. Meskipun usia Kenanga terpaut jauh dengan Rara dan Ajeng, mereka teman yang cukup mengasikkan. Rara si pintar yang sedikit pemalu dan Ajeng si cerdas dan selalu terlihat ceria."Makasih, Kak. Kak Nanga sudah terlalu baik sama Rara.""Itu karena kamu anak baik!" Kenanga mengusap lembut kepala Rara seolah-olah dia adalah adik perempuannya. Wajar jika Kenanga seperti itu karena dia adalah anak satu-satunya di keluarganya."Makasih, Kak." Rara tersenyum lembut lalu menoleh ke arah pintu restoran untuk melihat Ajeng sudah kembali dari toilet atau belum. Hampir sepuluh menit gadis itu ke kamar kecil sampai sekarang tidak juga kembali."Kakak nyusul Ajeng dulu ya ke kamar mandi. Kamu tunggu di sini."Rara mengangguk mantab dan Kenanga berjalan dengan cepat sambil sesekali melihat jam di tangan kirinya. Sudah pukul satu, Arga pasti sudah sa
Read more
Olahraga dengan Mr. Big
Kenanga melenguh panjang begitu merasakan ada setitik cahaya mentari pagi menyusup ke kamarnya."Good morning, Honey," sapa Saga mengelus pipi Kenanga yang kemerahan. Pria itu bangun terlebih dahulu dan menyandarkan diri smbil membaca laporan yang ada di tangannya. "Hmmm? Jam berapa sekarang?""Jam 7. Kau lapar?""What?" Kenanga yang kaget langsung beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu tanpa menyadari bahwa tak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya. "Aku harus menyiapkan sarapan untuk Arga!""Dengan tubuh telanjang begitu?" Saga terkekeh melihat tingkah konyol suaminya. Dia pasti sudah sangat kelelahan hingga tak sadar bahwa Kenanga tak memakai baju."Ya Tuhan!" Kenanga menepuk jidatnya dan buru-buru membuka lemari pakaian."Arga sudah berangkat. Pak Man membuatkan sarapan dan bekal makan siang untuknya." Kenanga yang baru saja akan memakai celana dal
Read more
Wanita Jalang!
"Ajeng ikut ya, Ma!" sela Ajeng ketika meliha Dewi, Yunita dan Halima bersiap menggerebek suami mereka di sebuah hotel bintang lima yang ada di pusat ibukota. Ajeng ingin sekali mengabadikan pemandangan itu dan mengirimkannya kepada Kenanga sebagai hadiah atas kebaikannya selama ini. "Anak kecil gak usah ikut-ikutan! Di rumah saja belajar!""Tapi ini hari Minggu, Ma! Ajeng bosen belajar terus!""Kalau bosan ajak main adikmu!" balas Dewi melihat ke anak-anak Halima yang masih balita karena setiap setahun sekali dia pasti melahirkan. Untung saja kekayaan Santoso masih cukup untuk menghidupi keluarga mereka sampai sepuluh turunan. Meskipun begitu, tetap Dewi tak rela harta anak cucunya digunakan oleh perempuan sundal!"Kan udah ada baby sitter, Ma. Ya, Ma ... Ajeng boleh ikut, ya."Semelas apapun Ajeng berakting, Dewi tetap bersikeras tidak membolehkan anak bungsunya ikut. Bukan konsumsi anak kecil! Lahir di keluarg
Read more
Suami Pencemburu
Dua Minggu kemudian setelah kejadian di hotel .... Bram yang sedang mondar-mandir di rumahnya merasa tertekan dan stress karena semua kerjasama bisnisnya tak ada yang berjalan lancar. Dia bahkan tertipu sahabatnya sendiri dan melarikan sisa-sisa uangnya yang dipinjam dari perusahaan Sagara. Kepalanya seolah-olah mau pecah menjadi kepingan-kepingan. Belum lagi istrinya, Angel yang sudah dua Minggu tidak pulang. Katanya, ada arisan bersama teman-temannya di Bali dan mengharuskan mereka menginap di sana. "Bikinkan saya kopi, Bi!" teriak Bram kepada pembantu yang baru dipekerjakannya. Tak mungkin kan laki-laki yang sudah sibuk seharian di kantor harus membereskan rumah yang berantakan?"Oya, Pak. Tadi ada yang ngirimin surat," kata Bibi meletakkan kopi di depan Bram."Surat? Ini kan hari Minggu. Dari tukang pos?""Bukan, Pak. Kurir biasa.""Di mana suratnya, Bi?""Saya taruh di meja
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status