Orang-orang telah meninggalkan area pemakaman namun Kenanga tak bisa meninggalkan gundukan tanah merah di hadapannya. Dia terus saja memeluk kuburan Maga dengan air mata yang tak pernah berhenti membanjiri pipinya. "Nga, ayo kita pulang. Kita harus ikhlas atas kepergian Maga," ucap Bram mengelus punggung Kenanga namun tak dihiraukannya. Wanita itu terus bergumam, menyanyikan lagu kesukaan Maga sebelum ia tidur. Sedangkan Saga yang berdiri tak jauh dari sana, memegangi tangan Arga yang masih sering melamun."Maafkan kami merepotkankanmu, Nak Saga," ucap Handoko yang berdiri di sebelah Arga dan juga istrinya.Saga tertunduk lesu. Berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Meskipun dia dan Maga sama sekali tidak memiliki ikatan darah, namun jauh di dalam hatinya gadis itu seperti putrinya sendiri. Maga benar-benar telah mengisi ruang di hatinya. Terlebih lagi, Saga tak sanggup melihat Kenanga yang selalu menangis dan terdiam meratapi kepergian Maga. Hati Saga bena
Baca selengkapnya