Semua Bab Janda Muda (Indonesia): Bab 11 - Bab 20
53 Bab
Pertemuan Keluarga
"Cepatlah pakai pakaianmu. Anak-anak menunggumu di luar pintu. Mas tidak mau kan mereka tahu bahwa Papa yang selama ini mereka banggakan adalah pria bejat sekaligus brengsek?!" "Aku bisa jelaskan, Nanga," balas Bram cepat-cepat menggunakan pakaiannya dan berusaha mendekati Kenanga."Tidak perlu." Kenanga mengalihkan pandangannya. Dia merasa jijik melihat dua manusia yang ada di hadapannya. "Kalau bukan karena anak-anak yang ingin menemui Papanya, aku tidak sudi melihatmu.""Seharusnya kau menghubungiku lebih dulu, Nga.""Kamu Papa mereka, Mas. Harusnya kamu lebih peduli dengan mereka. Berhari-hari sejak kita resmi bercerai kamunsama sekali tidak mengubungi anak-anak! Selain itu, tanya sekretarismu yang lebih cantik dariku itu. Berapa lama kami menunggu di lobby, dia pasti tahu!""Angel?" Bram menoleh ke arah Angel dan dengan cepat, perempuan itu menggelendot padanya. "Kubilang pada resepsionis
Baca selengkapnya
Mama Tiri?
"Arga tunggu di sini sebentar, ya," kata Bram langsung keluar mobil dan menghampiri seorang perempuan yang sedang menunggunya tak jauh dari sana. Ketika itu, Bram dan Arga baru saja selesai bermain futsal dan hendak pergi makan sebelum mereka pulang ke rumah.Dari jauh, Arga melihat Papanya memeluk seorang perempuan dan menciumnya. Arga tahu itu bukanlah Kenanga dan sejak saat itu pula Arga mulai memahaminya ketika Bram tak pulang ke rumah dan beralasan pergi ke luar kota dan waktu mereka bersama semakin berkurang. Sebagai anak pertama, Arga jauh lebih dewasa dari Maga, adiknya. Ia mampu memahami keadaan di sekitarnya dengan baik tak terkecuali ketika orangtuanya bertengkar dan mereka mulai tidur secara terpisah. Arga sering mendengar teman-temannya bercerita mengenai orangtua mereka yang bercerai lalu tak tinggal lagi bersama dalam satu rumah. Dan Arga langsung berpikir bahwa itulah yang terjadi dengan Mama dan Papanya ketika Kenanga mengemasi barang-barang mereka kemu
Baca selengkapnya
Kemalangan Maga
Kenanga baru saja selesai memotong sayuran yang akan dia gunakan untuk memasak makan malam sesuai janjinya. Sedangkan Saga, sejak tadi hanya duduk sambil mengamati Kenanga yang begitu lincah memotong bahan masakan.Biasanya, Saga tidak pernah ada di dapur karena yang menyiapkan semua kebutuhannya adalah pelayan rumah tangga yang dia miliki. Selain itu, dia juga jarang ada di rumah. Hanya sesekali saja di pulang, itu pun hanya numpang tidur."Kamu punya banyak pelayan, kenapa tidak meminta mereka saja yang memasak?" tanya Kenanga heran yang mulai memasak kare ayam yang akan dijadikannya makan malam.Dengan sangat hati-hati, kenanga menumis bumbu agar minyak yang ada di dalam pot tidak mengotori dapur mewah milik Saga. "Aku sudah bosan makan masakan mereka. Aku ingin makan masakanmu," balas Saga menopang dagunya dan memperhatikan setiap gerakan Kenanga dengan rasa takjub.Dia tak pernah menyangka bahwa seorang perempuan bisa secanti
Baca selengkapnya
Kematian Maga
Pyaar! Gelas yang dipegang oleh Kenanga meluncur mulus dari genggaman tangannya dan menghantam lantai dengan sangat cepat. Seketika itu juga dada Kenanga teranya nyeri dan telapak tangannya gemetar. Tak pernah sebelumnya perasaan Kenanga secemas dan setakut ini. Bahkan, saat ketuk palu perceraiannya dengan Bram, hati Kenanga tak sepedih ini. Saga yang mendengar suara pecahan dari dapur langsung menghentikan acara makannya dan berlari ke arah Kenanga. "Kenanga! Kau tidak apa-apa?" Dengan cepat Saga memegangi tubuh wanita yang terlihat sedang melongo itu. Pikirannya kosong sampai-sampai ia tak sadar ada serpihan gelas yang melukai kakinya hingga berdarah."Um? Maafkan aku memecahkan gelasnya," jawab Kenanga linglung. "Aku tidak peduli pada gelasnya. Kalau kau mau, kau bisa memecahkan semua gelas yang ada di ruamah ini!" sentak Saga langsung mengangkat tubuh Kenanga menuju sofa. Entah apa yang ada di pikiran wanita sampai-sampai wajahnya terlihat pucat dan
Baca selengkapnya
Penyesalan Saga
Orang-orang telah meninggalkan area pemakaman namun Kenanga tak bisa meninggalkan gundukan tanah merah di hadapannya. Dia terus saja memeluk kuburan Maga dengan air mata yang tak pernah berhenti membanjiri pipinya. "Nga, ayo kita pulang. Kita harus ikhlas atas kepergian Maga," ucap Bram mengelus punggung Kenanga namun tak dihiraukannya. Wanita itu terus bergumam, menyanyikan lagu kesukaan Maga sebelum ia tidur. Sedangkan Saga yang berdiri tak jauh dari sana, memegangi tangan Arga yang masih sering melamun."Maafkan kami merepotkankanmu, Nak Saga," ucap Handoko yang berdiri di sebelah Arga dan juga istrinya.Saga tertunduk lesu. Berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Meskipun dia dan Maga sama sekali tidak memiliki ikatan darah, namun jauh di dalam hatinya gadis itu seperti putrinya sendiri. Maga benar-benar telah mengisi ruang di hatinya. Terlebih lagi, Saga tak sanggup melihat Kenanga yang selalu menangis dan terdiam meratapi kepergian Maga. Hati Saga bena
Baca selengkapnya
Pernikahan Kenanga
Suara mesin pendeteksi jatung terdengar di ruangan yang dingin dan terasa hampa. Sesosok perempuan yang berwajah pucat, tengah tertidur di atas ranjang dengan alat  bantu pernapasan yang membantunya untuk terus bernyawa meski sesungguhnya ia seperti orang mati.Kenanga hampir sebulan terbaring koma setelah ia jatuh dari tangga dan kepalanya mengalami pendarahan di dalam otak dan mau tak mau dia harus dioperasi. Namun, siapa sangka bahwa setelah operasi yang memakan waktu berjam-jam itu Kenanga tidak juga siuman meski belum dinyatakan mati, tetapi Kenanga sama sekali tak bergerak. Bahkan, rambut Kenanga yang semula dipotong sebahu kini mulai memanjang. Saga yang setiap hari tak pernah absen menunggui Kenanga memandang ke arah Kenanga sebelum benar-benar menutup laptop yang ada di depannya. "Arga sudah membaik sekarang. Dia sudah mulai masuk sekolah dan memiliki banyak teman baru. Kau tidak ingin melihat Arga, Nga?" tanya Saga seolah-olah dia percaya bahwa Kenanga aka
Baca selengkapnya
Hilang Ingatan
'Di mana aku? Rasanya tubuhku sulit sekali digerakkan.'Kenanga mengerjapkan mata dan meringis kesakitan saat sedang berusaha menggerakkan tubuhnya. Dengan cepat ia melepaskan alat bantu pernapasan yang ada di mulutnya. Begitupun jarum infus yang menempel di tangannya. "Ibu ...," gumam Kenanga dengan mata berkaca-kaca karena tidak mendapati siapapun di orang itu. "ibu ...." Kenanga bergumam lagi kemudian berusaha turun dari tempat tidur dengan tertatih. Mula-mula Kenanga terjatuh karena kakinya seperti kesemutan setelah sekian lama tidak dipakai untuk berjalan. Namun, perlahan dia mulai terbiasa dan berjalan meninggalkan kamar. Kenanga celingukan di lorong rumah sakit. Yang dia ingat, terakhir kali dia sedang bermain dengan teman-temannya di pinggir kali. Tapi ini? Kenapa aku di rumah sakit?Kenanga menghampiri suster yang kebetulan sedang berjalan ke arahnya."Suster ... suster tahu di mana ibuku?""Ya T
Baca selengkapnya
Om Saga Sakit!
"Bagaimana, Bi?" tanya Saga cemas begitu Abi, dokter sekaligus teman Saga selesai melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap Kenanga. "Semuanya baik-baik saja. Kecuali ....""Kecuali?" Saga mengerutkan keningnya. Dia tahu bahwa sikap Kenanga menjadi aneh saat dia sudah sadar. Cara bicara dan tingkah lakunya sama seperti anak umur enam tahun. "Seperti yang kamu lihat. Test psikologinya menunjukkan bahwa kecerdasan dan cara berpikirnya seperti anak enam tahun. Dan ingatannya adalah orang-orang yang dikenalnya saat dia umur enam tahun. Dia bahkan tidak bisa mengingatmu.""Bagaimana dengan Arga?"Abi menggeleng pelan. "Kami memberikan foto Arga, dan Kenanga sama sekali tidak mengingatnya."Saga mendesah pelan. Di sisi lain, dia senang ketika Kenanga tidak mengingat apapun tentang kematian Maga. Di sisi lain, dia juga sedih karena Kenanga sama sekali tidak mengingat Arga."Kau sedih karena dia tidak menging
Baca selengkapnya
Malam Pertama Saga dan Kenanga
Saga benar-benar malu ketika Kenanga menarik tangan Pak Man agar melihat keadaanya. Dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pada Kenanga apa yang terjadi pada bagian tubuhnya. Dia bengkak bukanlah karena sakit seperti yang Kenanga kira. Tapi, karena gesekan antara tubuh Saga dan Kenanga menimbulkan sesuatu yang lain pada diri lelaki itu. "Perlu saya panggilkan dokter?" tanya Pak Man yang berdiri tegak di samping tempat tidur. Dia baru saja akan tidur ketika Kenanga mengetuk pintu kamar Pak Man dengan kasar dan tidak sabar. "Tidak perlu, Pak Man. Ini hanya salah paham.""Kata Ny. Nanga, tubuh Anda bengkak. Biarkan saya menelepon dokter untuk memeriksa."Bener, Om!" timpal Kenanga yang langsung meloncat ke atas tempat tidur. Dan tanpa menunggu lama ia menarik selimut yang menutupi tubuh Saga."Tuh, Pak. Bengkak! Lihat sini, deh!" tunjuk Kenanga tepat di atas seonggok daging yang sejak tadi meronta-ronta untuk dit
Baca selengkapnya
Karena Kau Akan Melahirkan Anakku
"Karena Nanga akan melahirkan anak Om," balas Saga sekali lagi menjelajahi bibir Kenanga dan tangan kanannya menyusuri setiap lekukan tubuh Kenanga yang halus. Sesaat, titik air mata Saga sempat terjatuh ketika melihat reaksi Nang yang polos, wajahnya yng cantik dan kemerahan ketika temaram lampu menerpanya. 'Terima kasih, Nanga. Telah hadir kembali dalam kehidupanku.'"Ooom ...." Nanga melenguh panjang "Nanga ngantuk."Mendengar ucapan Kenanga, Saga langsung menghentikan tangannya dan menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya. "Nanga tidur dulu, ya.""Om gak akan ninggalin Nanga, kan? Gak akan membuang Nanga dan pergi sama gadis lain kan, Om?" tanya Kenanga tiba-tiba dengan mata yang berkaca. Entah dari mana perasaan itu datang yang jelas Kenanga merasa takut dan nyeri di ulu hatinya. Saga memeluk tubuh istrinya dengan Sigap. Mengusap punggungnya dan menciumi rambut Kenanga. Kalaupun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status