All Chapters of Merajut Asa: Chapter 41 - Chapter 50
97 Chapters
41. Melangkah Ke Luar
Jovita mengambil koper besarnya dari baggage conveyor, lalu berjalan menuju pintu kedatangan Visby Airport, bandara yang ukurannya lebih kecil dan lengang dibanding Bandara Halim Perdana Kusuma. Visby Airport adalah satu-satunya bandara komersial di Gotland, sebuah pulau di tengah laut Baltik, yang masuk ke dalam wilayah negara Swedia. Dibutuhkan waktu sekitar 40 menit penerbangan dari bandara Arlanda di Stockholm, ibu kota Swedia, untuk sampai ke bandara Visby. "Jovita!" panggil Thomas begitu melihat sosok wanita Asia keluar dari Ankomsthall atau area kedatangan. Perempuan itu terlihat lebih kurus dan kuyu dibanding terakhir kali mereka bertemu hampir dua tahun silam. "Thomas!" sahut Jovita. Ia bergegas menghampiri pria Skotlandia yang berdiri menyambut dengan tangan terbuka. "Välkommen till Gotland! Selamat
Read more
42. Rasa Bersalah
Bagaimana tidurmu semalam, Jo?" tanya Thomas yang sudah tampak segar di jam 7 pagi itu, saat Jovita keluar dari pondoknya. "Sangat pulas," sahut Jovita. Ia mengamati suasana di sekelilingnya. Matahari - yang saat awal musim panas di Swedia sudah terbit sekitar pukul setengah 4 pagi -  bersinar dengan cerahnya. Mahkota kuning bunga irish fleabane yang bermekaran di sela-sela rerumputan hijau terlihat begitu menyegarkan mata. "Apakah kamu sudah sarapan?" Jovita mengangguk. Ia sudah membuat roti panggang yang disediakan di dapur pondoknya. "Kalau begitu, mari kita berkeliling," ajak Thomas. Jovita segera mengganti alas kaki dengan sepatu kets dan kemudian bersama Thomas berjalan pagi.
Read more
43. Cemas
Pukul 19.00, Jovita melangkah ke luar dari pondoknya, berjalan melewati halaman rumput yang luas menuju rumah utama. Matahari masih jauh dari horizon, sinarnya menerangi langit sore. Seorang pria berusia 55 tahun keluar dari pondok nomor 2 yang berdekatan dengan tempat Jovita tinggal. "Hallå!" sapa pria itu ramah dengan suara agak serak. Meskipun menyapa dengan bahasa Swedia, tapi dari gayanya, Jovita menduga pasti pria itu bukan orang Swedia. Teringat cerita Joseph bahwa orang Swedia cenderung menghindari bertegur sapa, bukan justru sengaja keluar menyapa seperti pria ini. Fisiknya pun lebih mendekati kaukasia mediteranian dibanding kaukasia nordic. Kulit berwarna olive dan berbintik-bintik, serta rambut gelombang berwarna cokelat. "Halo," sahut Jovita.
Read more
44. Menghindar
Usai melahap roti panggang dan susu, Jovita memakai sepatu ketsnya. Thomas pasti sudah menunggu untuk berjalan pagi seperti kemarin. Sebelum keluar, ia terlebih dahulu mengintip ke arah rumah Joseph, memastikan pria itu tidak sedang berada di depan rumah. Ia tertawa geli karena merasa sudah memiliki kebiasaan seperti orang Swedia pada umumnya, mengintip sebelum keluar untuk menghindari tegur sapa. Harapannya pupus kala melihat Joseph sedang berada di beranda rumah. Ia harus menunggu hingga pria itu masuk ke dalam. Dalam hati berharap Thomas mau bersabar menanti. Diamatinya Joseph sedang menyirami tanaman-tanaman dalam pot yang berjejer di atas pagar pembatas teras dengan telaten. Penampilan pria itu sama seperti kala pertama kali mereka bertemu, mengenakan kaos tanpa kerah dan celana jin, rambut lurus cokelat yang hanya dirapikan dengan jemari, rambut-rambut halus - yang tampaknya sengaja tidak dicukur beberapa hari - mengelilingi
Read more
45. Fokus
Seekor binatang yang lebih besar dan panjang dibanding kucing, berbulu lebat gelap, dengan moncong panjang sedang membelalakkan mata, seolah merasa terusik dengan kehadiran manusia. Belum pernah Jovita melihat binatang seperti itu. Alarm bahaya di otak Jovita menyala. Ia segera melarikan diri. Namun nahas, kakinya tersandung batu dan ia pun terjerembap. Instingnya memerintahkan untuk membalik badan dan melindungi diri. Dengan posisi telentang, kedua siku bertumpu di tanah, kedua kaki Jovita adalah senjata sekaligus tameng agar binatang itu tidak menerkam tubuhnya. Usahanya berhasil, binatang bermoncong panjang itu hanya bisa menggigit hak sepatu boots-nya. Jovita pun menjerit sambil menghentakkan kaki agar binatang itu melepaskan gigitannya. Sebuah ranting kayu dipukulkan tidak terlalu keras ke moncong binatang oleh seseorang
Read more
46. Tak Bisa Mengelak
Setelah makan siang, Jovita mendatangi rumah Ronja seperti permintaan Thomas tadi pagi. Tiga anak lelaki sedang bermain perang-perangan dengan serunya di halaman. Jovita mengetuk pintu berwarna putih yang terbuka. "Hallå!" Ia menyapa menggunakan bahasa Swedia yang coba dipelajarinya sedikit-sedikit. Seorang anak perempuan berambut pirang dikucir kuda menyambut Jovita. "Vem är du¹?" tanyanya dengan kepala mendongak memandangi wanita asing di hadapannya. Jovita kebingungan. Ia tidak tahu apa yang ditanyakan anak ini, belum sejauh itu ia belajar. Ia menerka mungkin gadis kecil ini bertanya tentang identitasnya. "Hi, I'm Jovita. I want to meet Ronja," jawabnya sambil berharap semoga anak ini paham apa yang baru saja disampaikannya. "Wait a minute
Read more
47. Sisi Lain
"Dia hanya bisa seperti itu saat bersama anak-anak," ujar Ronja yang telah berdiri di samping Jovita dan ikut melihat ke luar jendela. "Maksudmu?" Jovita tidak memahami sepenuhnya yang Ronja bicarakan. "Berapa lama kamu bersama Joseph saat di Melbourne?" Ronja balik bertanya. "Tidak sampai satu minggu. Kami hanya sesekali bersama karena kegiatan yang kami hadiri berbeda," jawab Jovita. Ia makin bingung kaitan antar pernyataan dan pertanyaan Ronja. Ronja tersenyum, memahami kebingungan Jovita. Perempuan ini pasti belum mengenal karakter Joseph yang memang tertutup. "Joseph hanya bisa tertawa dan cerewet apabila berada di antara anak-anak, sedangkan jika bersama orang dewasa, ia lebih memilih sedikit bicara, apalagi tertawa. Well, kami orang Swedia memang tidak suka b
Read more
48. Enigma
Pukul 8 malam, anak-anak sudah memasuki kamar tidur. Jovita membacakan cerita untuk tiga anak perempuan di kamar, sedangkan Joseph untuk tiga anak lelaki. Sebuah buku dengan dua bahasa berjudul 'I love to tell the truth' atau 'Jag älskar att tala sanning' menjadi pilihan Inga untuk dibacakan oleh Jovita. Jovita membacakan versi bahasa Inggris, sedangkan Inga membaca artinya dalam bahasa Swedia untuk Filippa dan Lotta. "Apakah kamu punya anak?" tanya Filippa yang kemudian diterjemahkan oleh Inga, setelah buku itu selesai dibaca. Jovita mengangguk. Wajah Vanya kembali menari di matanya. "Anak perempuan, 6 tahun." "Apakah kamu punya fotonya?" tanya Inga. Jovita mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan foto Van
Read more
49. Bukan Masalah
Matahari baru saja menghilang di balik horizon saat Joseph menutup pintu rumah asuh. Ia memandangi Alfred yang terlihat pucat. Ia bisa membayangkan betapa hari-hari anak ini pasti diliputi ketakutan, harus menghadapi ayah pemabuk tanpa seorang ibu yang mendampinginya. "Kamu tidurlah di kamar bersama Oskar," saran Joseph kepada Alfred. "Urusan sarapan ayahmu biar aku yang tangani besok. Tidak usah khawatir." Alfred mengangguk. Ia mengucapkan terima kasih kepada Joseph dan Jovita sebelum menaiki tangga. Embusan napas lega terdengar dari hidungnya. Malam ini, ia bisa tidur nyenyak tanpa waswas mendapat serangan dari ayahnya. Joseph menuju dapur, hendak menyelesaikan minumannya yang pasti sudah tidak lagi hangat. Jovita membuntuti. Ia
Read more
50. Perhatian
Jovita mengamati jalan Mellangatan yang dilaluinya. Area yang merupakan wilayah tempat tinggal dengan jalan hanya cukup untuk satu mobil. Daerah ini tidak jauh beda dengan pemukiman padat di Jakarta. Rumah-rumah berimpitan, beberapa tidak memiliki pekarangan. Perbedaan terletak pada kebersihan dan tidak ada selokan berair hitam. Pikirannya kemudian disibukkan dengan sistem peresapan air di sini. Tak dilihat ponselnya yang dalam mode bisu menunjukkan panggilan dari Joseph. Ia pun sama sekali tidak menyadari bahwa telah memilih jalan yang berbeda dari Joseph dan Fabiana. "Kamu tunggu di sini. Jangan ke mana-mana!" perintah Joseph pada Fabiana. "Tapi, Joe ...," protes Fabiana yang tak lagi didengar oleh Joseph. Pria itu telah berlari meninggalkannya. Tidak adanya respons dari Jovita se
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status