Semua Bab Merajut Asa: Bab 51 - Bab 60
97 Bab
51. Gelagat Cinta
Salah satu cara menikmati musim panas adalah makan siang di halaman rumah. Minggu siang itu, Thomas terlihat sibuk di depan tungku barbeku, Nils meracik saus barbeku andalannya, sedangkan Edda menyiapkan tempat untuk makan siang. Jovita, Marco, dan Ashley turut membantu. Tiga orang Brasil tidak terlihat batang hidungnya. Jovita bersenandung sambil menyusun peralatan makan. Ia terkesiap begitu menyadari bahwa sejak tadi - bahkan sejak kemarin - ia merinai lagu "Wildest Dream"-nya Talyor Swift. Ia pun merutuki dirinya yang terhasut oleh Fabiana. Gara-gara perempuan Brasil yang sedang kasmaran itu meminta tips agar Joseph lebih memerhatikannya, ia tanpa sadar mengamati setiap inci fisik pria itu dan semua gerak-geriknya. Sebuah pengamatan yang menyadarkannya bahwa pria bermata hazel itu memang sungguh menawan. Tidak hanya paras dan postur tubuhnya, tapi juga caranya membawakan diri. Joseph bukan tergolong pria yang sengaja mempertontonkan kerupawanan atau berup
Baca selengkapnya
52. Saling Terbuka
"Joe and Jo!" seru anak-anak begitu melihat Joseph dan Jovita memasuki halaman rumah asuh sambil membawa makan malam mereka dari Nils. Jovita dan Joseph tertawa mendengar panggilan itu. Keenam anak yatim piatu langsung berhamburan menghampiri. Filippa memeluk pinggang Jovita dari sebelah kiri. Lotta tak mau kalah, memeluknya dari sebelah kanan. Inga menubruknya dari depan Karl bergelayut di kaki kiri Joseph dan Björn di kaki kanannya, membuat pria itu sulit untuk melangkah. Oskar dengan badan tambunnya cukup tahu diri untuk tidak minta digendong oleh Joseph. "Mengapa hari Sabtu kemarin kamu tidak datang ke sini, Jo?" tanya Inga pada Jovita. "Ya, mengapa kamu juga tidak datang ke sini, Joe?" tanya Oskar pada Joseph. "Ada hal yang harus kukerjakan," ucap Joseph. "Ya, begitu pula denganku, ada kegiatan kemarin," sahut Jovita. Inga dan Oskar berpandangan dengan senyum jahil. "Apakah kalian mela
Baca selengkapnya
53. Mahkota Bunga
Jovita baru saja melangkah ke luar dari kediaman Thomas setelah melakukan sesi konseling ketika dari arah pagar dilihatnya Inga, Filippa, dan Lotta berlari menghampiri sambil meneriakkan namanya. Di belakang mereka terlihat Ronja menjinjing sebuah keranjang rotan. "Aku baru saja hendak menuju rumah kalian," sahut Jovita sambil memeluk ketiga gadis kecil itu. Thomas tersenyum melihat kelekatan antara Jovita dan ketiga anak itu. "Kami akan memetik bunga," ujar Filippa dengan bahasa Inggris terbata. Jovita tersenyum lebar. Filippa semakin berani dan terampil berbahasa Inggris. "Oh ya? Bolehkah aku ikut?" Filippa mengangguk, senyum dan mata birunya melebar. "Thomas, bolehkah
Baca selengkapnya
54. Midsommar
Midsommar pun tiba. Sebuah perayaan meluapkan kegembiraan karena mentari menyinari hampir sepanjang hari. Momen ini juga merupakan penanda dimulainya liburan musim panas yang berlangsung selama 5 minggu. Di hari ini, kota-kota besar beristirahat sejenak dari segala aktivitasnya, beralih ke kota kecil dan pedesaan. Tradisi perayaan ini sengaja terus dipertahankan agar tidak punah, baik dalam keluarga maupun perkumpulan masyarakat yang lebih luas. Meskipun rakyat Swedia tidak terlalu religius, tetapi mereka meyakini bahwa alam memiliki kekuatan khusus, terutama pada saat midsommar. Setelah makan siang, orang-orang yang berdomisili di sekitar rumah Thomas mulai berkumpul di Per Säves Park. Beberapa warga memakai kostum tradisional Swedia, termasuk Edda. Blomsterkrans atau mahkota bunga menghiasi kepala para perempuan, bahkan beberapa lelaki pun turut meny
Baca selengkapnya
55. Karena Dirimu
"Apakah kamu akan lari pagi, Jo?" tanya Marco saat Jovita keluar dari pondoknya. "Ya," sahut Jovita. Spontan ia melihat ke arah rumah Joseph. Biasanya pukul 7 pagi pria itu sudah terlihat di depan rumah, tapi kali ini tidak terlihat batang hidungnya. "Tadi Joe pergi dengan mengendarai mobilnya," ujar Marco yang bisa melihat gerakan mata Jovita. Jovita tersipu malu, tak menyangka Marco menangkap basah impulsivitasnya. "Kita lari bersama?" Marco menawarkan diri. Jovita tidak menolak. Berlari bersama jauh lebih baik daripada sendirian. Lagi pula, Marco adalah sosok yang menyenangkan. Setelah dua minggu lebih berada di Gotland, Jovita sudah terbiasa lari pagi dengan jarak te
Baca selengkapnya
56. Tawamu
Jovita baru saja keluar dari pagar rumah Thomas hendak menuju rumah Ronja ketika melihat Joseph turun dari mobilnya sambil menggendong Filippa. Jovita bergegas menghampiri. "Apa yang terjadi, Joe?" tanyanya cemas. Dilihatnya Filippa terkulai lemas di gendongan Joseph. "Ia demam dan terkena influenza, untuk menghindari penularan ke anak-anak lain, lebih baik dikarantina di sini," jawab Joseph sambil membuka kunci rumahnya. Jovita menyentuh tubuh Filippa, teramat panas. "Silakan masuk," ucap Joseph kepada Jovita. Jovita mengiakan lalu melangkah masuk. Ini kali pertama ia memasuki rumah Joseph. Begitu pintu dibuka, terdapat foyer¹ yang menghubungkan pintu masuk ke ruang kel
Baca selengkapnya
57. Dunianya
Jovita mengembalikan buku "Captain's Verses" karya Pablo Neruda ke tempat semula dengan perlahan. Pembicaraan mengenai tawa bersama Marco tadi pagi mendistorsi persepsinya. Ada keingintahuan yang menyeruak tentang siapa pemilik tawa, bersamaan dengan sebuah asumsi yang mendesak logika. Helaan napas panjang terdengar dari hidung Jovita. Matanya menatap punggung dan rambut cokelat Joseph. Pikirannya melayang ke semua rangkaian percakapan mereka sejak di Melbourne hingga saat ini. Pria di hadapannya itu butuh kendali untuk mengungkap diri. Bukan sosok yang akan dengan sukarela menjawab rentetan pertanyaan ranah personal. Menggali informasi pribadi darinya adalah sebuah seni, perlu strategi yang pasti akan menguras energi. "Done!" ujar Joseph. Ia mencopot kacamata, meregangkan badan, melemaskan otot lehernya. Terkirim sudah ulasannya atas jurnal yang ditulis oleh tiga orang peneliti dari negara lain. Jovita segera kembali menghadap ke rak buku.
Baca selengkapnya
58. Mimpi Indah
"Bagaimana keadaan Filippa?" tanya Ronja saat Joseph mengambil pakaian ganti untuk anak itu. "Panasnya sudah turun. Dia juga sudah mau makan," jawab Joseph. "Syukurlah. Sejak kemarin aku kesulitan membujuknya makan. Mungkin kerongkongannya terasa perih untuk menelan. Apa yang kamu lakukan sehingga dia mau makan?" Ronja penasaran. "Aku tidak melakukan apa pun." Ronja memandangi Joseph, lalu tertawa kecil. "Tidak mungkin. Pasti kamu mengiming-imingi sesuatu," tukasnya. "Sungguh. Aku tidak melakukan apa pun," sahut Joseph, "tapi Jovita. Ia memanjakannya, bahkan mau menemani Filippa tidur malam ini di rumahku." "Kehadirannya pasti membuat Filippa senang," - Ronja tersenyum jahil - "dan juga membuat dirimu senang tentunya," godanya. "Mana pakaian Filippa?" Joseph mencoba untuk tidak menggubris Ronja. Ronja tergelak. Ia menaiki tangga, Joseph mengikuti dari belakang. Mereka berjalan menuju kamar Filippa. "Kamu sudah m
Baca selengkapnya
59. Innerstaden
Joseph bergegas menuju pintu rumahnya yang diketuk oleh seseorang berulang kali. Ia mendengkus kesal ketika melihat Fabiana berdiri dengan pakaian olahraga di balik pintu. "Ada apa?" tanya Joseph ketus. "Ini hari terakhirku di sini, aku ingin kita berolahraga bersama," pinta Fabiana kenes. "Maaf, aku tidak bisa menemanimu. Semoga perjalanan pulangmu lancar," sahut Joseph hendak menutup pintu kembali. Fabiana tidak menyerah. Ia menahan pintu, segera menyeruak masuk. "Hey!" tegur Joseph atas kelancangan Fabiana. Ia tidak menduga gerakan tiba-tiba dari perempuan Brasil ini yang menyelonong masuk. "Joe, mengapa kamu begit
Baca selengkapnya
60. Mawar dan Reruntuhan
Dari Stora Torget, perjalanan dilanjutkan ke reruntuhan lainnya yang berjarak sekitar 150 meter, reruntuhan Gereja Drottens. "Kapan gereja-gereja yang sekarang menjadi reruntuhan itu tadinya dibangun?" tanya Jovita.  "Sekitar tahun 1200-an. Reruntuhan ini sekarang juga sering digunakan untuk berbagai kegiatan, salah satunya acara perkawinan," jawab Joseph. "Oh ya? Pasti mengesankan sekali." Jovita membayangkan upacara sakral bercampur gaya gotik berpadu menjadi sebuah acara pernikahan yang syahdu. Usai melihat reruntuhan Gereja Drottens, mereka kembali menyusuri jalan berlapis pavling block menuju reruntuhan lainnya. Joseph menjelaskan berbagai bangunan bersejarah yang mereka lewati dan kunjungi.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status