All Chapters of He Is My Husband (INDONESIA) : Chapter 51 - Chapter 60
70 Chapters
50. Main Air
"Mas, tolong jagain Jeno dulu, aku mau masak." ujar Anjani usai melipat mukena dan sejadah nya, mereka baru saja selesai melaksanakan sholat subuh bersama. Hari ini hari minggu, Arsya tidak memiliki kegiatan apapun, jadi Anjani bisa menitipkan Jeno yang sudah bangun dari tidurnya itu ke Arsya selagi ia memasak sarapan. "Siap, bunda!" jawab Arsya antusias, dengan cepat Arsya melipat sejadahnya kemudian berlari ke ranjang tidur Jeno tanpa membuka peci dan kain sarungnya lebih dulu. Jeno yang sedang anteng langsung Arsya angkat dan taruh di gendongannya. Ayah muda itu lantas berjalan keluar kamar mengikuti langkah sang istri. "Mas, gas habis!" teriak Anjani seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, Anjani mencoba menyalakan kompor gasnya meski hasilnya tetap sama. Tak lama kemudian, Arsya datang dengan Jeno di gendongannya. "Aku udah telfon tukang gas, katanya setengah jam lagi di antar." lapor
Read more
51. Keputusan Anjani
Arsya: sorry ndra, Anjani gak kasih izin gue buat ketemu NisyaHendra menghela napas panjang, ia menundukan kepalanya lesuh kemudian memijat pelipisnya frustasi. Mendadak kepalanya di landa nyeri setelah membaca pesan yang Arsya kirim beberapa menit lalu"Gini banget cobaan." gerutu Hendra seraya menjambak rambutnya sendiri. Padahal baru tadi pagi ia melihat kemajuan Nisya, Nisya yang biasanya makan sarapan di dalam kamar sendirian, tadi pagi sudah kembali makan sarapan di meja makan barsama.Tapi, Hendra gak yakin kalau besok Nisya bakal sarapan di meja makan lagi karena Arsya menolak untuk bertemu dengannya. Atau lebih tepatnya, Anjani yang tidak mengizinkan nya."Apa gue temuin Anjani aja ya?" gumam Hendra. Mungkin kalau Hendra berbicara langsung ke Anjani, Anjani jadi lebih ngertiin.Hen
Read more
52. Karma
Unknown: dasar cewek gak tau malu! Unknown: murahan, kamu itu lebih hina dari jalang!Nisya sontak melempar ponselnya, tangannya dan bibirnya gemetar, wajahnya berubah cemas. Pesan dari peneror itu datang lagi, bukan untuk yang kedua kali, tapi untuk kesekian kali. Nisya mengigit kuku jempolnya, pikirannya seketika berantakan, napasnya pun berhembus tak beraturan.DRTTT DRTTTMata Nisya memincing tajam kearah ponselnya yang bergetar di lantai, seakan tak puas membuat Nisya ketakutan karena pesan yang ia kirim, kini sih peneror menelfon nya. Dengan cepat Nisya menendang benda persegi panjang itu hingga ponselnya masuk ke kolong lemari pakaian. Tok tok tokKaca jendela Nisya terketuk, bayangan hitam seseorang tergambar jelas dibalik gorden merah mudanya. Kepanikan Nisya bertambah, ia berlari keluar dari dalam kamarnya."M
Read more
53. Kecurigaan Hendra
"Sial!!!" Hendra mengumpat menyadari laki-laki yang hampir memperkosa Nisya telah melarikan diri. Hendra berlari dengan cepat berharap kalau laki-laki itu belum kabur terlalu jauh sehingga ia bisa menangkapnya.Setelah cukup jauh berlari, namun tak kunjung menemukan jejak. Hendra menghentikan langkahnya, ia mengatur napasnya yang tersenggal. Cowok itu menggeram murka, dalam hatinya tak henti-hengi mengumpat dan memaki. Menyesali diri karena terlalu bodoh hingga sih peneror berhasil lepas dari jangkauannya.Hendra berbalik badan, dengan putus asa kembali berjalan menuju rumahnya. Hati langsung berdenyut ketika begitu sampai dirumah mendapati Nisya sedang merintih memeluk diri. Tubuhnya sudah terbalut baju yang utuh meski tampak memakainya dengan asal-asalan.Untuk yang kedua kali Hendra merasa gagal menjadi Nisya. Namun kali ini hati Hendra benar-benar hancur melebihi sakitnya ketika Nisya memfitnah kalau Arsya telah memperkos
Read more
54. Hadiah Dari Hendra
"Yeay ayah pulang!" seru Anjani ketika melihat pintu utama kostnya terbuka, muncul Arsya yang tengah tersenyum lebar di sana.Anjani spontan bangkit dari duduknya seraya membawa Jeno di pelukan."Assalamu'alaikum, istriku yang cantik." goda Arsya sambil mengelus pipi bersemu Anjani.Anjani tersipu kecil, lantas mencium punggung tangan Arsya. "Walaikumsalam, suami." balas Anjani. Arsya merentangkan tangannya bermaksud ingin mengambil alih Jeno dari pelukan istrinya, tapi dengan cepat Anjani menjauh."Ets, mandi dulu." titahnya membuat Arsya menghela napas panjang. Dengan langkah berat ia berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Anjani yang terkikik kecil sedikit terhibur melihat tingkah Arsya yang menggemaskan.Anjani berjalan membuntuti Arsya di belakang, kemudian menaruh Jeno ke dalam ranjang bayi."Mas!" Intruksi Anjani ketika melihat Arsya yang berjalan mengendap-endap me
Read more
55. Bisik-bisik Tetangga
Hendra menatap Nisya yang sedari tadi melamun di atas ranjangnya. Cewek itu terdiam menatap langit - langit kamar dengan tatapan kosong. Sejak bertemu dengan Arsya siang tadi Nisya tidak membuka suaranya sampai detik ini, padahal Hendra sudah mencoba mengajak cewek itu berbicara dan bertanya, tapi Nisya hanya membalas dengan deheman, gelengan dan anggukan kepala.Mulanya Nisya merasa senang saat Hendra membawanya ke tempat kerja Arsya, tapi ketika laki-laki yang ia ingin temui itu membuang muka saat menatapnya, hati Nisya hancur tak tersisa. Nisya kira sikap Arsya akan melunak padanya karena Hendra sudah memberitahu tentang kondisi mentalnya. Namun ternyata, Arsya tidak peduli padanya. Untuk sekedar menatapnya saja Arsya engga dan langsung membuang muka."Mas udah hubungi polisi Nis, Ibu sama bapak juga lagi di jalan pulang." ujar Hendra berhasil membuat lamunan Nisya membuyar, cewek itu menatap Hendra dengan pandangan terkejutnya.
Read more
56. Diam
"Gak, mas. Aku gak mau masalah ini di perpanjang." Nisya memohon melirih sedih, ia masih berusaha membujuk Hendra supaya tidak membawa masalah yang menimpanya itu ke pihak berwajib. "Kamu apa-apaan sih, Sya. Mana mungkin kita bisa aja kalau kayak gini, dia masih bebas berkeliaran di luar sana, dia bisa kapan aja macam-macam sama kamu!" Hasan murka, tak terima dengan keputusan yang putrinya pinta. Nisya menghembuskan napas panjang, ia menundukan kepalanya yang terasa berat. Sudah pasti keluarganya tidak setuju dengan pilihannya. Tapi, Nisya tidak ingin orang-orang tau kalau ia hampir menjadi korban perkosaan, itu seperti aib baginya. Jika orang-orang tau, mereka pasti akan tertawa meledeknya. Mereka pasti merasa puas karena Nisya akhirnya benar-benar hampir menjadi korban pemerkosaan. Dan yang lebih menyakitkan lagi, sebagian dari mereka mungkin ada yang tidak percaya karena dulu Nisya sempat berpura-pura sebagai korban perkosa dan menund
Read more
57. Tuduhan
Tok tok tokHendra mengetuk pintu kamar kost Anjani tanpa ragu. Ia sudah membulatkan keputusannya untuk menyelesaikan masalah Nisya dengan caranya sendiri. Dan menemui Anjani adalah cara pertama yang menurut Hendra bisa membantu ia menyesaikan masalahnya.Tok tok tokHendra kembali mengetuk pintu kamar kost Anjani karena tak kunjung dapat sahutan dari sang empu. Baru saja Hendra ingin mengetuk pintu berwarna coklat itu, namun pintu tersebut sudah terbuka lebih dulu, menampilkan Anjani yang sedang berdiri di hadapannya mengenakan daster dan rambut yang di cepol asal.Sesaat Anjani nampak terkejut melihat kehadiran Hendra yang kembali menginjakan kakinya untuk yang kedua kali."Maaf mas, tadi abis tidurin Jeno, jadi lama buka pintunya." kata Anjani yang Hendra balas dengan anggukan singkat. "Ada apa, mas?" Anjani bertanya lebih dulu sebelum mempersilahkan
Read more
58. Perdebatan Kecil
Jam sudah menujukan pukul sebelas malam, tapi kedua bola mata Anjani menolak untuk menutup. Anjani tidak bisa tidur, ia merenung memikirkan Nisya. Kali ini Anjani memikirkan cewek itu bukan karena kesal dengan kelakuannya, tapi sebab merasa kasihan karena cewek itu hampir menjadi korban pemerkosaan. Nisya masih merasa tidak tenang dan ketakutan. Sebenci apapun Anjani pada Nisya, tapi mereka sesama perempuan, Anjani mengerti apa yang Nisya rasakan sekarang. Tubuh Anjani tersentak kecil merasakan tangan Arsya yang tiba-tiba melingkar di atas perutnya."Mikirin apa?" tanya Arsya membuat Anjani mendongakkan kepalanya menatap Arsya yang matanya terpejam. "Gak mikirin apa-apa." jawab Anjani berdusta. Kedua mata Arsya yang terpejam kini terbuka, tangannya menarik tubuh Anjani untuk semakin dekat dengannya, "Yang bener? Kalau ada yang kamu pikirin ceritain aja sama mas ya." ujar Arsy
Read more
59. Mengamuk
Arsya menginjak pedal gasnya kencang, ia mengendarai laju mobilnya diatas rata-rata. Beruntung siang ini jalanan lumayan sepi. Matahari bersinar terik di atas sana, azan dzuhur juga sudah berkumandang. Seharusnya Arsya melangkahkan kakinya ke masjid dan menikmati makan siang saat ini, tapi ada sesuatu yang membuatnya panik, pesan masuk dari Anjani beberapa menit lalu. Anjani: Mas, aku udah di jalan mau kerumah NisyaAnjani: Mas jangan marah yaTentu saja tanpa berpikir lagi Arsya langsung mengendarai kuda besinya menuju rumah Nisya. Tak lupa Arsya menyuruh Anjani untuk menunggunya supaya mereka datang kerumah Nisya sama-sama. Tak butuh waktu lama, mobil Arsya sudah terparkir di halaman kost nya dulu."Mas!" suara nyaring Anjani memanggil Arsya begitu Arsya keluar dari mobilnya. Arsya berbalik badan, mendapati Anjani yang sedang menggendong Jeno berjalan ke arahnya. Arsya meng
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status