Semua Bab He Is My Husband (INDONESIA) : Bab 31 - Bab 40
70 Bab
30. Speak Up
"Kenyang," "Satu sendok lagi, mubazir buang - buang makanan," Nisya cemberut, lalu membuka mulut membuat sendok berisi bubur terakhir mendarat ke dalam mulutnya. "Mau minum," pinta Nisya, Arsya segera mengambil segelas air putih diatas nakas sembari menaruh mangkok bekas bubur yang Nisya makan. Nisya menyodorkan lagi gelas yang isinya tersisa setengah, Arsya sigap menerima lalu menaruh ketempat semula. "Mas, kakiku dingin. Tolong pakein kaos kaki." ujar Nisya dengan nada manja yang dibuat - buat. Arsya menghela nafas samar, lalu beranjak mengambil kaos kaki Nisya yang tergeletak disofa. Dengan setengah hati memasangkan kaos kaki berwarna pink itu ke kaki Nisya. Tanpa Arsya sadari, kamera hape Nisya menyorot kearahnya. Mengambil satu foto tanpa izin dari objeknya. Bibir Nisya tersenyum licik menatapi hapenya yang berhasil mengirim hasil fotonya ke
Baca selengkapnya
31. Murka
"Mas Arsya gak boleh pulang..." rengek Nisya sembari bergelayut manja di lengan Arsya. "Istri saya menunggu dirumah." ujar Arsya memohon. Wajah Arsya sudah jengah, ia lelah menuruti segala keinginan Nisya."Kalau mas Arsya pulang nanti aku sendirian," ujar Nisya mengerlingkan mata mengiba. Bibirnya mempout, mencoba merayu Arsya dengan wajah imut. Arsya menghela nafas berat, "Saya harus pulang, Nis. Saya memiliki tanggung jawab atas istri saya!" kata Arsya mulai tersulut emosi. Suaranya meninggi membuat Nisya tersentak kecil. Raut wajah Nisya praktis berubah, matanya menyalang, dadanya bergemuruh kesal karena Arsya terus mengingat istrinya dirumah. Kepala Nisya yang tadinya bergelayut manja di lengan Arsya kini menegak lalu menepis lengan Arsya dengan kasar. Nisya melipat kedua tangannya di depan dada, "Aku juga tanggung jawab mas Arsya!" bentak Nisya murka. Tungkai Arsya mundur selangkah, menatap Nisya dengan sorot te
Baca selengkapnya
32. Minggat
Esok paginya Anjani datang lagi ke rumah sakit bersama Kai beserta keluarga Nisya. Sebenarnya bersama Arsya juga, namun Anjani seolah tidak melihat keberadaan Arsya yang selalu berdiri di belakangnya. "Mamah sama Ayah lagi di jalan," ujar Arsya memberitahu saat mereka sedang berjalan beriringan di lorong rumah sakit. Langkah Anjani berhenti, praktis membuat langkah Kai dan Arsya ikut berhenti. Sementara Tuti dan suaminya sudah menuju kamar inap Nisya lebih dulu."Kenapa selalu bawa - bawa orangtua lo sih? Kemarin lo bilang bisa nyelesain masalah ini sendiri, tapi buktinya lo seret - seret Kai sama mamah ayah. Lo gak kasihan sama orangtua lo bulak - balik jogja jakarta?" ujar Anjani sarkas. Arsya menunduk, menahan diri untuk tidak marah melihat perlakuan sarkas Anjani. Bibirnya bungkam, tak mampu buka suara. Melihat keterdiaman Arsya, Anjani berdecih lalu kembali melanjutkan l
Baca selengkapnya
33. Missed You
Semalaman Arsya merenungi kepergian istrinya. Menatapi ruang kamarnya yang begitu sunyi. Biasanya jam segini harum masakan Anjani sudah menusuk indra penciuman Arsya, ditambah dengan suara cempreng Anjani yang bersenandung menyanyikan lagu yang berasal dari negeri gingseng, yang Arsya yakin Anjani sendiri tidak tau artinya. Arsya menyeruput minuman soda nya, mengambil putung rokok milik Kai yang tertinggal lalu memetik api menyalakan bara rokoknya, Arsya bukan perokok, tapi disaat - saat seperti ini dia butuh barang nikotin itu untuk sedikit melepas penatnya. Mata Arsya melirik kearah jam dinding, jarum pendek pada jam menunjukkan pukul sembilan. Dan Arsya sama sekali tidak ada gairah untuk berangkat kerja pagi ini. Kepala Arsya mengepul, kebanyakan mikir tapi tidak ada tindakan. Calon Ayah itu bahkan memilih untuk berdiam diri di dalam kamar semalaman daripada menyusul istrinya ke Jakarta. Arsya menggaruk rambutnya kesal, mematikan putung rokok y
Baca selengkapnya
34. Serangan Dari Nisya
"Aku mau minta maaf," Mendengar penuturan Nisya barusan, Arsya berdecih. Bola mata Arsya menatap Nisya yang sedang duduk di hadapannya, cewek itu menunduk sambil meremas telapak tangannya gelisah. "Saya maafin. Tapi kamu harus terima konsekuensi yang udah kamu perbuat." ujar Arsya tegas, tak ada lagi raut khawatir yang Arsya berikan pada Nisya. Meskipun Arsya bilang sudah memaafkan Nisya, tapi bagaimanapun Arsya ingin Nisya di berikan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang dia lakukan. Kemarin, Arsya sudah mengajukan berkas laporan yang sudah dia siapkan matang - matang. Nisya mendongak, kerlingan matanya seolah memohon pada Arsya, "Mas--""Kali ini kamu sudah keterlaluan, saya gak mungkin diam aja." potong Arsya cepat sebelum mendengar cewek itu mengiba. Wajah Nisya menunduk lagi, tak kuat menerima tatapan tajam yang Arsya berikan. Meskipun Nisya ta
Baca selengkapnya
35. Met With Ar
Arsya menginjakkan di kafe tempat dia janjian dengan Nisya. Mata Arsya langsung menemukan keberadaan Nisya yang sedang duduk manis memandang dirinya dengan senyum tipis. Tanpa membalas senyum Nisya, Arsya melangkah menuju nya. Menarik kursi di hadapan Nisya lalu mendaratkan bokongnya.Arsya sudah memikirkan matang - matang keputusan nya. Dia juga sudah siap menanggung resiko dari keputusannya itu. Apapun resikonya, Arsya terima daripada melihat Istrinya masuk penjara.Nisya baru saja mengangkat tangannya ingin memanggil pelayan kafe untuk memesan minuman, tapi Arsya segera menahannya."Gak perlu, saya gak lama ngobrolnya." ujar Arsya menolak untuk memesan minuman."Okey" balas Nisya seadanya."Langsung ke intinya saja. Saya sudah menarik tuntutan kamu, jadi kita impas." kata Arsya to the point.Nisya tersenyum lebar mendengar penuturan Arsya, senyuman manis yang entah kenapa mem
Baca selengkapnya
36. Sorry
Anjani meneguk saliva, pandangannya tak lepas pada Arsya yang tengah berjalan kearahnya. Jantung Anjani sudah maraton dari tadi, belum lagi kepalanya yang mendadak pening saat melihat Arsya yang tersenyum kearahnya. Ah, sejak kapan ketampanan Arsya melebihi Ardan begini?Tunggu sebentar, mata Anjani tidak salah lihat kan? Arsya tersenyum!"Assalamu'alaikum, istriku." ujar Arsya setibanya didepan Anjani, suaranya begitu manis hingga membuat Anjani meleleh. Belum lagi laki - laki itu tersenyum cerah dengan mata menyipit membentuk bulan sambit. Gemesin parah!"Kok suaminya datang gak disambut?" tanya Arsya dengan nada guyon nya.Anjani berdehem, menetralkan nafasnya. Anjani lantas berdiri lalu mencium telapak tangan Arsya. Arsya yang melihat itu semakin melebarkan senyumnya, tanpa izin, Arsya bawa Anjani kedalam pelukan.Tidak habis - habis Arsya kecupi puncak kepala Anjani, sesekali menghiru
Baca selengkapnya
37. Lahiran
Sudah hampir satu minggu Arsya di Jakarta, tapi sampai saat ini dia belum berhasil mendapatkan maaf dari Anjani. Anjani masih bersikap acuh, malah kadang mencuekin dirinya. Padahal Arsya sudah melakukan segala cara untuk mendapatkan perhatian Anjani. Bersikap romantis, membantu Anjani membersihkan rumah, bahkan Arsya sudah memberikan Anjani gombalan mautnya. Tapi semua tidak berhasil. Menjinakan Anjani kali ini tidak semudah biasanya. "Kamu gak pulang?" Arsya menoleh kaget, sedikit tidak percaya namun lega saat tau kalau akhirnya Anjani mau bicara dengannya. Dengan cepat Arsya menggeleng, melempar senyum manisnya kearah Anjani yang baru saja masuk kedalam kamar. "Mas pulang kalau kamu mau ikut pulang." ujar Arsya semanis mungkin. Arsya masih belum menyerah sebelum Anjani bersikap lembut seperti biasanya. Anjani berdecih, mendaratkan bokongnya disisi ranjang sembari mema
Baca selengkapnya
38. Arjeno Shakeel Cakrawala
Air mata Arsya menetes ketika bibirnya berkumandang kan azan ditelinga sang anak yang baru saja menyuarakan tangisan pertamanya didunia. Arjeno Shakeel Cakrawala. Nama yang Arsya dan Anjani berikan untuk jagoan kecilnya. Anjani menghapus air matanya, ibu muda itu terharu biru melihat pemandangan indah di hadapannya. Usai mengazani anaknya, Arsya mengecup kening dan kedua pipi Jeno. Ditatap wajah mungil Jeno lamat - lamat, kemudian bibir Arsya menerbitkan senyum bersamaan dengan air matanya yang kembali menetes. Anjani yang melihat itu membuang muka, menyembunyikan air matanya yang semakin deras. Rasa sakit yang tadi ia rasakan ketika melahirkan Jeno tak sebanding dengan kebahagian yang kini ia dapatkan. "Bunda jangan nangis dong." ujar Arsya yang memergoki kesedihan Anjani, dengan lembut tangan Arsya mengelap air mata Anjani. Anjani tersenyum simpul, mengecup tangan Arsya yang bera
Baca selengkapnya
39. Tempat Tinggal Baru
Hari ini Arsya berhasil membawa Anjani pulang ke Jogjakarta. Bukan cuma Anjani, tapi sama Jeno juga. Sih tampan itu sudah dibawa pulang dari rumah sakit sejak beberapa minggu lalu, tapi keluarga Anjani meminta untuk mengistirahatkan Anjani dan dulu di Jakarta untuk beberapa pekan. Hampir satu bulan Arsya meliburkan diri dari kegiatan perkantoran hingga perkuliahannya demi menemani Anjani dan sang anak di Jakarta. Tapi hari ini berakhir sudah, Arsya akan membawa istri dan anaknya ke tempat tinggal barunya. Omong - omong dengan tempat tinggal, Anjani sudah tau kalau Arsya sudah pindah tempat kost. Karena kalau Arsya tidak beritahu, Anjani tidak akan mau ikut pulang. Roda kemudi Arsya berhenti tepat dihalaman khusus parkir penghuni kost, membuat Anjani meluruskan pandangannya menatapi gedung kost tempat tinggal barunya yang tampak lebih besar dan luas dari kost sebelumnya. Arsya melepas seatbelt nya, d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status