Semua Bab He Is My Husband (INDONESIA) : Bab 21 - Bab 30
70 Bab
20. Boomerang
Acara lamaran Arjuna dan Nalla berjalan dengan lancar, tinggal menunggu akad nya saja dua bulan lagi. Anjani tentu saja menangis haru melihat abang tersayangnya memasangkan cincin ke jari manis wanita yang berhasil meluluhkan hati abangnya itu. Dia juga senang memiliki kakak Ipar seperti Nalla, sebelum mengenal Nalla, mungkin Anjani sempet memandang Nalla sebelah mata karna statusnya. Tapi kini, semua yang ada didalam diri Nalla benar-benar mampu membuat Anjani tercengang, tercengang karena tidak menyangka kalau abangnya mampu mendapatkan hati seorang malaikat seperti Nalla. "Istirahat. Kalo perlu apa-apa teriak aja, nanti abang ambilin." Sekarang mereka sudah kembali kerumah. Hari mulai sore, dan badan Anjani terasa remuk semua. "Iya, bang." balas Anjani, lalu Juna melenggang pergi. Anjani merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Badannya lengket, tapi dia terlalu letih untuk sekedar membersihkan diri. Anjani meraih
Baca selengkapnya
21. Kesadaran
Tiga hari berselang, Arsya masih tutup mulut, kasus Arsya yang gosipnya tidur sama anak pemilik kost belum sampai ke telinga Anjani. Masih aman, dan tersimpan baik-baik. Tapi, mau sampai kapan? Arsya pikir, dia bisa menyelesaikan semuanya tanpa Anjani tahu. Namanya juga hanya harapan, kenyataannya Anjani besok pulang. "Tolongin bang, tahan Anjani biar gak pulang besok." "Sialan lo!" Makian dan terus makian. Sejak kejadian sial menimpanya kuping Arsya terus dijejelin oleh makian sampai ia muak mendengarnya. "Gue janji bakal selesaiin masalah ini secepatnya." "Harus! Karena kalo bertele - tele, Anjani yang gak bakal gue kasih pulang ke Jogja" Arsya mendesah frustasi, "Ini gue juga lagi cari bukti. Gue dijebak bang, sumpah!" "Gue percaya, makanya gue masih mau ngomong sama lo." "Thanks bang. Tolong jaga bini gue baik-baik. Jangan dibikin kesel. Kasian, gaada gue yang
Baca selengkapnya
22. Lepas Rindu
Nisya: mbak bisa pulang sekarang? Nisya: mas Arsya nidurin akuNisya: aku mau minta tanggungjawabAnjani: jangan haluNisya: aku serius mbakNisya: demi TuhanAnjani blocked NisyaAnjani menggeleng sambil tertawa kecil. Belum seminggu ditinggal, suaminya sudah jadi korban kehaluan tetangga depan. Halunya anak muda sekarang ngeri ya. Perasaan dulu Anjani kalau ngehalu paling barter sama Leeminho, gak sampe sama suami orang. Tok tok tokSpontan Anjani menoleh, mendapati bang Juna yang memasuki kamarnya setelah mengetuk pintu. "Arsya lagi dijalan," kata bang Juna sembari duduk ditepi ranjang Anjani. Kening Anjani mengerut, menatap bang Juna yang mulai membantunya memasuki baju kedalam koper. Ya, Anjani sedang packing untuk kepulangannya nanti siang. "Dijalan mau kemana?" tanya Anjani gak paham. "Kesini, jemput lo." jawab Juna santai, tapi raut wajah Anjani berub
Baca selengkapnya
23. I Want You
"Kok lo disini, dek?"Anjani yang tengah menonton televisi menoleh, menatap Juna yang melempar pertanyaan padanya."Kenapa?" Anjani balik bertanya sambil menyemili chiki. Pandangannya kembali terfokus pada film yang sedang ia tonton.Juna yang baru keluar dari kamarnya itu lantas menghampiri Anjani lalu duduk disebelahnya."Arsya mana?" tanya Juna mencari keberadaan adik iparnya yang biasanya selalu berada di samping Anjani. Anjani menaruh bungkus chiki yang sudah kosong keatas meja, "Lagi nugas dikamar." Tangan Juna lantas menyenggol pundak Anjani pelan, "Temenin sana," titahnya membuat kening Anjani mengernyit kebingungan.Peka dengan raut wajah bingung adiknya, Juna ngomong lagi, "Bantu pijitin kek! Kasian laki lo lagi stress tuh,"Anjani mencibir,
Baca selengkapnya
24. Kai, Arsya dan Rahasia
"Morning, istriku." ujar Arsya sembari mengecup kening Anjani. Tangan Arsya bergerak mengusap surai berantakan istrinya yang masih tertidur pulas. Ditatapnya wajah lelap Anjani, tampak begitu letih karena baru Arsya kasih tidur subuh tadi. "Bangun dulu yuk, minum susu," ujar Arsya berbisik lembut di daun telinga Anjani. Anjani mengulet geli merasa hembusan nafas Arsya menyapu kulit lehernya "Semalam kan udah, mas." jawabnya tanpa membuka mata. Arsya terkikik sekilas, "Bukan mas yang minum susu, tapi kamu." ujar Arsya meluruskan. "Ayo sayang, minum susu dulu yuk ..." bujuk Arsya sembari menjatuhkan dagunya dipundak kecil Anjani. Dengan susah payah Anjani mencoba membuka kedua matanya, tubuh Anjani berbalik, berhadapan dengan Arsya yang sudah mandi dan berpakaian rapih. "Tapi habis minum susu aku tidur lagi ya?" ujar Anjani sembari menegakan tubuhnya lalu bersandar pada kepala ranjang. Arsya senyum sekilas, menyod
Baca selengkapnya
25. Kepercayaan Yang Menipis
"Aku mau ikut pulanggg..." Anjani merengek, bergelayut manja di lengan Arsya. Arsya bilang, besok dia akan pulang ke Jogja sendiri tanpa Anjani. "Kamu tinggal disini aja dulu sampai melahirkan, mas janji bakal sering - sering nengok kamu." ujar Arsya yang tidak bisa Anjani cerna maksudnya. Anjani gak ngerti kenapa Arsya tiba - tiba mencetuskan ide untuk mereka LDR lagi. Demi apapun, Anjani gak paham! "Kan kata mas dedeknya harus sering - sering dijenguk jelang persalinan supaya keluarnya lancar. Terus kenapa mas malah minta aku buat tinggal disini?" jelas Anjani, Arsya diam, antara nahan ketawa sama gak bisa jawab ucapan istrinya. Arsya mengangkat tubuh Anjani tanpa aba - aba, mendaratkan bokong Anjani di pahanya. Membuat Anjani yang terkejut spontan melingkarkan tangannya dileher Arsya. Terkesan romantis meskipun Arsya harus menahan ringis karena menanggung berat badan Anjani yang bertumpu dikedua pahanya. "Mem
Baca selengkapnya
26. Gundah
"Nisya kenapa, mah?" Suara panik Arsya masih mengalun dengan jelas ditelinga Anjani. Anjani bahkan masih ingat bagaimana raut wajah Arsya terlihat panik saat menanyakan keadaan wanita lain, Nisya. Untuk kali ini, Anjani tidak menyesal sudah bertindak lancang. Sama sekali Anjani tidak menyesal telah menguping pembicaraan Arsya dengan Mamahnya lewat telfon. Anjani tidak menyesal meski ia harus menanggung sakit yang teramat setelah mengetahui kenyataan bahwa, Arsya panik karena Nisya. Apa yang Nisya lakukan hingga bisa mencuri perhatian Arsya darinya? Lalu kenapa suara mamah mertuanya yang terdengar saat nama kontak panggilan tersebut jelas - jelas bernama Nisya? Bukankah Arsya bilang mertuanya itu sedang di Kalimatan? Apa yang mereka sembunyikan? Apa ini alasan Arsya tidak mengizinkannya pulang ke Jogja?
Baca selengkapnya
27. Jerk
Sesampainya Arsya di Jogja, isak tangis Tuti menyambutnya. Wanita paruh baya itu duduk dikursi tunggu dengan pandangan kosong. Namun setelah matanya menemukan radar keberadaan Arsya, Tuti langsung menjerit berlari kecil ke Arsya lalu memukul - mukul tubuh Arsya meluapkan emosinya. Arsya diam, menerima pukulan dari wanita paruh baya itu. "Kurang ajar kamu Arsya! Kamu hampir buat anak saya mati!" jerit Tuti sembari memukul badan Arsya dengan sekuat tenaganya. Arsya tetap diam, tidak berontak sekalipun. Sedang yang lainnya berusaha untuk menghentikan Tuti. "Cukup, buk!" Sintia berusaha menarik Arsya dari jangkauan Tuti. Memeluk Arsya erat melindungi. Arsya yang melihat itu berontak karena kini tubuh Mamahnya lah yang menjadi santapan pukulan Tuti. Suasana mendadak ramai. Suara caci maki Tuti menggema diselingi dengan teriakan orang - orang yang mencoba memisahkan. Begitu ramai, hingga rasanya Ar
Baca selengkapnya
28. Begin
"Yeay mas bojo pulang!!!" Kepulangan Arsya ke kost pagi ini disambut suara melengking Anjani. Dengan wajah sumringah menatap Arsya yang baru saja masuk kedalam rumah. Wajah Anjani sangat cerah begitu melihat siapa yang datang pagi - pagi, senyum Anjani juga terlukis begitu tulus meski hatinya berdenyut nyeri saat menyadari suaminya bermalam diluar. Satu demi satu tingkah Arsya mengoyak kepercayaan Anjani. Mata Anjani memang membinar saat melihat Arsya, bibirnya tersenyum lebar, juga pipinya merona, tapi Anjani tidak bisa menyangkal kalau pikirannya mulai berjalan, sedikit demi sedikit hatinya mulai terkikis dengan logika. Kenapa Anjani melakukannya lagi? Memalsukan diri. Kenapa harus senyum manis yang ia berikan pada suaminya yang ntah tidur dengan siapa tadi malam, bukankah seharusnya Anjani marah pada Arsya? Meminta penjelasan kenapa semalam ranjangnya terasa lebih dingin dan luas. 
Baca selengkapnya
29. It's Okay to Not Be Okay
"Lho, belanjaan nya mana, Jan?" Sintia melempar tatapan bingung pada Anjani yang baru saja pulang dari tukang sayur, yang tadi katanya ingin belanja bahan - bahan masakan hari ini, pas pulang kok tangannya lenggang. Anjani menunduk, menahan tangis, "Aku gak beli, Mah. Maaf." jawab Anjani lalu masuk kedalam kamarnya. Sintia dan Kai yang melihat itu saling melempar pandang, kebingungan. "Biasa, tan. Moody." ujar Kai menjawab tatapan bingung Sintia.  "Apa iya?" ujar Sintia masih tak percaya.  Kai mengangguk, lantas bangkit dari duduknya, "Ayo tan kepasar, saya anterin."  Sintia menghela nafas pendek lalu beranjak ke dalam kamar untuk mengambil dompetnya, pamit sebentar ke Anjani sebelum akhirnya menyusul Kai yang sudah menunggu di mobil.  *** Toong beritahu apa yang harus Anjani lakukan. Terdiam dengan tatapan kosong, tanpa air mata. Pandangan Anjani benar - benar kosong menatap bingkai foto pernikahan nya bers
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status