Semua Bab Suamiku Mencintai Kakakku (INDONESIA): Bab 41 - Bab 50
90 Bab
41. Tumben Sekali
Agak menyesal memang dan kecewa karena hanya beberapa hari saja berkeliling kota Berlin. Tapi ya, semua hal yang dilalui aku bersama Drey menjadi kenangan tersendiri.Andai aku tidak pulang ke Jakarta dengan cepat, pasti banyak tempat wisata yang aku kunjungi.Akhirnya aku kembali menginjakkan kaki di kampus, suasana kampus masih sama seperti terakhir kali aku ingat. Tentu saja, apa yang bisa berubah hanya dalam waktu satu minggu? Baru pertama kali masuk ke kelas, aku disambut dengan ocehan sahabatku yaitu Jessica dan Viola. Astaga! Mereka berdua sudah siap mengadahkan tangannya. Bibir Viola maju beberapa sentimeter dan matanya memincing sebal kepadaku. “Sumpah, Ryn. Lo sebenarnya sahabat gue bukan? Masa nggak beliin gue oleh-oleh dari Berlin.”“Jadi bener dari Berlin? Mana oleh-oleh buat gue,” tadah Jessica kepadaku.“Oleh-oleh?” Viola tertawa hambar. “Gue aja yang ngom
Baca selengkapnya
42. Bercinta (Author POV)
[Author POV]Auryn merasa tidak tenang. Dia sudah berkali-kali menghubungi Drey tapi tidak diangkat, entah sudah keberapa kali Auryn menelfonnya. Masalahnya Drey tidak bisa dihubungi. Bahkan dia mondar-mandir di depan ruang tv lalu ngirim pesan.Bertanya apa yang telah terjadi hingga tidak bisa dihubungi? Awalnya Auryn berpikir positif, lama kelamaan berpikir yang tidak-tidak. Sementara di tempat lain, Drey dengan Anna tengah berciuman mesra di apartemen Anna. Tentu mereka tidak memakai busana. Drey dengan panasnya memainkan lidahnya di mulut Anna tanpa memperdulikan Anna yang sudah kehabisan napasnya.“Drey?” kata Anna lirih ketika melepaskan tautan bibir mereka. “Ponselmu berbunyi,” lanjut Anna, menunjuk ponsel milik Drey yang menyala di atas nakas dan berdering kecil. Ya. Anna sejak tadi merasa terganggu melihat ponsel Drey berkali-kali menyala.
Baca selengkapnya
43. Foto di I*******m
[Auryn POV]Aku tertidur di meja belajar, kedua tanganku digunakan menjadi bantal. Sebelumnya aku menunggu Drey sambil membaca novel, malah ketiduran.Kantukku telah sirna saat aku sadar ada seorang masuk ke dalam kamar. Aku langsung mengucek-ucek mataku, menyipitkan mata melihat jam dinding menunjukkan pukul satu. Aku segara dan berdiri, meraih tas Drey. “Kamu baru pulang?” tanyaku.Ngomong-ngomong mataku terasa sulit untuk melebar, mungkin karena tadi aku menangis.“Hm,” gumam Drey sebagai jawaban.“Sudah makan, Drey?” tanyaku. “Kalau belum makan, aku buatkan Indomie.”Drey mengangguk. “Aku sudah makan. Aku menyuruhmu jangan menungguku kalau kamu mengangguk,” ucap Drey. “Lain kali kalau aku pulang telat, kamu tidak usah menungguku. Kamu harus tidur duluan,” imbuh Drey.Aku menggeleng. “Tidak bisa, Drey. Aku akan tetap menunggumu,” balasku.
Baca selengkapnya
44. Are You Okay, Ryn?
Aku langsung beranjak dari duduk, mengambil ponsel di atas meja belajar dan segara dia perlihatkan foto kita kepada Drey, foto saat di Berlin.“Foto ini,” kataku memperlihatkan layar ponsel akun media sosial—instagram. “Kalau bukan kamu yang posting lalu siapa?”Drey merebut ponselku agar terlihat lebih jelas. Drey terperangah. “Aku tidak pernah memposting foto kita lagi.” Ekspresi wajahnya terlihat terkejut dan matanya melotot tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya.Aku kecewa. Sangat. Padahal aku sudah berharap Drey yang memposting foto tersebut. Tapi, ternyata bukan dia. Lantas siapa?“Terus siapa, Drey?” Aku menggigit bibir, menahan kekecewaan atas reaksi Drey yang tampak tidak menyukai foto kita di Instagramnya.“Pasti ini kerjaannya si Zany.”Aku tidak bisa berkata-kata lagi ketika aku mendengar nada kekesalan dari Drey.“Waktu tadi
Baca selengkapnya
45. Surat Cinta
Bagiku sebuah pernikahan adalah hal yang sangat rumit seperti bentuk gundukan piramid semakin besar dan tinggi, semakin pula memakan hati—rasa sakit. Pernikahan yang harusnya berjalan semestinya, namun penuh liku-liku dengan berbagai cobaan masalah datang silih berganti. Ya, masalahku dengan Drey. Cinta Drey kepada Anna Kalau dipikir-pikir, aku merasa menjadi wanita paling terbodoh di dunia. Ya, bodoh. Sudah tau kenyataan bahwa suamiku mencintai kakakku, perlu digaris bawahi bernama Anna, wanita itu adalah kakakku.Bodoh!Cinta itu membutakanku. Aku sangat mencintai Drey, takut kehilangan dirinya. Aku mengerutkan kening bingung saat melihat sebuah amplop putih tergeletak. Aku segara meraih benda tipis itu. “Surat apa ini?” gumamku heran. Aku baru saja datang ke kampus dan melihat surat itu. Entah siapa pengirimnya aku tidak tahu. Aku membolak-balik benda tipi
Baca selengkapnya
46. Lip Balm
Aku baru pulang dari kampus, tadi aku sempat mampir ke sesuatu tempat untuk mengambil foto yang sudah dibingkai. Sekarang aku masuk ke rumah membawa bingkai besar sekali tertutup karton coklat cukup kuat dan aku membuka benda besar tersebut. Itu adalah foto pernikahanku dengan Drey. Ya saat itu aku sedang memegang bunga, menggandeng tangan Drey dan terseyum lebar ke arah kamera.Aku menggantung di dinding ruang tamu dan memandang foto itu cukup lama.Lalu aku naik tangga, meletakkan tasku dan melepaskan coat panjang. Aku juga sempat menganti baju. Setelah itu aku menuruni tangga dan melihat kembali foto pernikahan. Bibirku terseyum miring melihat foto itu tampak sempurna. Untuk apa Drey menikahiku? Kalau berakhir seperti ini? Malang sekali.Bunyi mobil masuk ke garasi membuat aku berlari ke kamar, aku sudah tau—Drey pulang lebih awal. Jadi, aku bisa menanyakan perihal surat cinta dari An
Baca selengkapnya
47. Titik Terendah
Aku menyenderkan kepala di bahu Drey, aku mengigit bibir bawah. Drey tampak menangkup wajahnya dengan kedua tangan, bahkan wajahnya terlihat memerah. Sejujurnya hatiku sangat sesak, untuk bernapas saja sulit. “Maafkan aku, maaf ....” lirih Drey.“Tak apa, Drey,” ucapku begitu lembut. “Aku baik-baik saja.” Biarkan aku dianggap wanita sering berbohong, membohongiku perasaanku sendiri. Cukup aku yang tahu perasaanku sekarang, aku tidak mau ada orang lain yang mengetahui betapa nestapa menghadapi masalahku. Aku akan menyimpan rapat-rapat.Drey mengecup puncuk kepalaku. “Seharusnya aku yang menguatkanmu, Ryn, tapi aku menyakitimu,” kata Drey. “Betapa brengseknya diriku!” maki Drey pada dirinya.“Aku telah memaafkanmu,” dustaku. Cukup, Ryn! Sudah cukup! Berhentilah seolah-olah baik-baik saja. Berhentilah seolah tidak terjadi apa-apa! Nyatanya aku masih belum bisa maafkan
Baca selengkapnya
48. Tangisan Pecah
Aku tidak mampu menahan tangis. Harapanku tidak terkabul, karena Drey beringsut duduk di sampingku sambil memandangiku. Aku bisa melihat sorot matanya tersirat kekhawatiran yang luar biasa.“Katakan kepadaku. Mengapa kamu menangis, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?” tanya Drey dengan sangat lembut. Dia membelai pipiku, menghapus air mataku yang sudah mengalir turun membasahi kedua pipiku. “Katakan kepadaku, aku mohon, Ryn.”Bukannya menjawab, aku malah menangis pilu. Bahuku naik turun diiringi tangis yang sudah pecah. Seakan tidak mampu menahan beban yang aku tanggung.Drey membawa tubuhku yang bergetar hebat ke dalam dekapan, direngkuh tubuhku dengan erat. Aku menangis dalam dekapannya. Bukannya mengurangi rasa sakit yang aku rasakan, melainkan pelukan itu menambah kesedihan yanga aku rasakan.“Ayo ceritakan, apa yang terjadi denganmu?” tanya Drey mengusap puncuk kepalaku. Aku tidak
Baca selengkapnya
49. Bridal Style
Auryn masih merasakan sakit kepala yang tidak bisa diajak kompromi. Pusing sekali. Bahkan tidak hanya pusing, tapi kepalanya berdenyut.“Kepala masih pusing?” tanya Drey. Tidak tega melihat Auryn.Auryn mengangguk.“Makan, yah!” Drey menyodorkan satu suap sendok berisi bubur sum-sum ke mulut Auryn. “Ayo buka mulutnya.” Drey memberi isyarat agar Auryn mau membuka mulut, namun Auryn merapatkan bibirnya.Dia menggeleng kepala, tidak mau menerima suapan dari Drey. “Aku tidak mau makan!” dengus Auryn dengan sangat manjanya.Drey mengerutkan kening. “Kenapa?”“Ya, kan aku belum cuci muka sama gosok gigi, Drey,” jawab Auryn dengan manja. “Masa bangun dari tidur langsung makan saja. Jorok tau! Aku nggak punya kebiasaan makan habis bangun tidur terus nggak gosok gigi dulu.”Drey tersenyum mendengar penjelasan dari Auryn yang cukup panjang, dia suka mendeng
Baca selengkapnya
50. Menggosok Gigi ( Author POV)
“Drey, please! Turunkan aku!”Permohonan Auryn sama sekali tidak ditanggap olehnya. Bahkan mereka sudah di depan pintu kamar mandi dan hendak masuk ke dalam. Usai tiba di dalam kamar mandi, Drey mendudukkan Auryn di atas tempat WC duduk.“Jangan bergerak. Tetap duduk, oke,” perintah Drey.Auryn menurut saja. Entah kemana Drey akan melangkah, dia tetap menunggu di sana. Ternyata Drey mengambil pasta gigi dan sikat gigi untuknya.Auryn cemberut di tempat. Kesal karena Drey akan membantunya menggosok gigi. Hei! Sekarang dia bukan anak kecil lagi. “Aku akan menggosok gigiku sendiri, Drey,” ucap Auryn.“Tidak,” tolak Drey. “Biarkan aku saja yang menggosok gigimu.”Mendengar itu Auryn menjadi bertambah cemberut.Drey sudah mengoleskan pasta gigi ke sikat gigi Auryn. Dia terkekeh melihat ekspresi Auryn dengan bibir kesal dan wajah yang cemberut. “Kenapa? Apa kamu tidak mau
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status