Semua Bab Fake love (Indonesia): Bab 21 - Bab 30
68 Bab
Part 20
Dasta mengerjapkan kedua matanya dengan sangat perlahan, menyesuaikan penglihatannya menatap ruangan bernuansa serba putih. Hampir dua minggu tak sadarkan diri membuat Dasta jadi bingung.Apakah aku sudah berada di surga? batin Dasta bertanya-tanya.Dasta melirik dengan sangat pelan ke segala arah, bau obat-obatan tercium jelas oleh indera penciumannya. Dasta berusaha bangkit dari rebahannya namun gagal. rasa pusing di kepalanya begitu terasa saat ia menggerakkan tubuhnya yang juga sangat terasa pegal dan kebas. Terutama di bagian lengan kirinya, Dasta melihat tangannya yang di pasang infus.Sedetik kemudian ia menyadari jika saat ini dirinya sedang berada di rumah sakit. Ia masih hidup, dan saat itulah Dasta mendesah kecewa.Kenapa Tuhan masih tetap membiarkannya hidup? Kenapa Tuhan tak mengambil nyawanya juga.Dasta jadi bertanya-tanya, siapakah orang yang telah menyelamatkannya? Membawanya ke rumah sakit setelah ia berhasil menyayat pergelanga
Baca selengkapnya
Part 21
Shaka menatap bingung wajah mamanya yang kini menatap tajam dirinya. Sebisa mungkin Shaka menampilkan senyumnya yang tampak sangat terpaksa. Kondisi Dasta benar-benar menguras rasa kepanikan dan perhatiannya.Barusan saja bu Marwa menarik tubuh Shaka ke tempat yang agak sepi di rumah sakit ini. Sebut saja mereka berdua kini tengah berada di taman belakang rumah sakit."Ada apa ma?" tanya Shaka polos."Apa yang telah kau lakukan pada Dasta?!" tanya bu Marwa sembari melototkan kedua matanya.Wajah Shaka menegang dengan air muka yang sudah sangat pucat pasih. Kenapa dengan sangat tiba-tiba ibunya bertanya seperti ini."Katakan pada mama nak, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang telah kau perbuat pada Dasta sehingga wanita itu meminta cerai darimu." "Apa? Cerai?" ulang Shaka mendelikkan matanya mendengar kalimat terakhir bu Marwa."Apakah Dasta sudah sadar?" bu M
Baca selengkapnya
Part 22
Dasta tak mau melihat ke arah Shaka yang kini tengah menatapnya, Dasta lebih memilih memejamkan matanya. Pura-pura seolah ia tengah tertidur lelap."Sampai kapan kau tetap berpura-pura tidur seperti itu?" tanya Shaka sengit.Dasta tak bergeming, tak mempedulikan pertanyaan menyindir dari Shaka untuknya.Shaka yang geram melihat Dasta pun perlahan berjalan mendekati ranjangnya. Ketika sudah mendekat Shaka merundukkan badannya lebih condong ke wajah Dasta. Mengamati wajah istrinya seksama, kedua bola mata Dasta sesekali bergerak menandakan jika wanita itu tak benar-benar tertidur."Akting yang buruk." ejek Shaka tertawa meremehkan."Buka matamu! Aku tahu kau sedang tidak tertidur saat ini." Mau tak mau Dasta membuka perlahan kelopak matanya hingga terbuka sempurna. Wajah Shaka lah yang pertama kali ia lihat begitu dekat dengannya, Shaka langsung menegakkan tubuhnya kembali."Apa saja yang sudah kau katakan pada mama?" tanya Shaka langsung."C
Baca selengkapnya
Part 23
Bu Marwa saling menautkan kedua tangannya yang tampak gemetaran, saat ini ia tengah berhadapan dengan dokter yang memeriksa kondisi Dasta dua minggu yang lalu saat Dasta hampir merenggang nyawa.Dokter paruh baya dengan usia kisaran sama seperti usianya, dokter itu menatap bu Marwa sebentar sebelum berbicara."Ibu dari pasien yang mencoba melakukan upaya bunuh diri dua minggu yang lalu?" tanya dokter itu yang langsung di angguki bu Marwa."Saya ibu mertuanya," dokter itu pun mengangguk.Bu Marwa melirik name tag dokter tersebut, ternyata dokter itu bernama Faisal. "Syukurlah menantu ibu segera di bawa ke rumah sakit, karena jika terlambat sedikit saja kemungkinan pasien akan langsung meninggal." "Ya, terima kasih dokter." "Jangan berterima kasih pada saya bu, berterima kasihlah pada Tuhan karena menantu ibu masih hidup dan berhasil melewati masa kritisnya." Bu Marwa mengangguk lesuh, dokter Faisal tampak memperhatikan tiap raut waja
Baca selengkapnya
Part 24
Setelah di nyatakan membaik oleh pihak rumah sakit, akhirnya Dasta di perbolehkan pulang. Kedua orang tuanya setiap hari rutin menjenguknya, kini kedua orang tua Dasta tengah membereskan semua barang milik Dasta ke dalam tas.Dasta merengek hgg ikut pulang bersama kedua orang tuanya, saat ditanya mengapa begitu dan Dasta tak kunjung memberitahu hal yang sebenarnya.Kedua orang tuanya tau apa penyebab dirinya di rumah sakit, bu Marwa mengatakan kebohongan sesuai isyarat Dasta tempo hari. Jika Dasta menyayat pergelangan tangannya karena cemburu melihat Shaka yang tak sengaja bersama teman wanitanya. Alasan klasik yang langsung di percayai kedua orang tuanya jika Dasta nekat melakukan tindakan itu karena rasa cemburu. Mereka juga sangat menyayangkan tindakan bodoh yang Dasta lakukan, syukurlah Dasta selamat.Selama itu pula Shaka tidak terlihat lagi datang ke rumah sakit. Dan hal itulah yang memicu sedikit rasa curiga orang tua Dasta,
Baca selengkapnya
Part 25
"Tidak!" tolak Dasta cepat nyaris berteriak. Semua orang kaget mendengar suara Dasta yang nyaring."Kenapa tidak?" tanya Shaka menantang."Kerena aku tidak ingin kau juga ikut." jawab Dasta tak mau kalah, wanita itu bahkan sudah tak mempedulikan panggilannya yang biasa memanggil Shaka dengan sebutan abang kini berubah menjadi 'kau'."Dasta, kau adalah istriku, dan aku adalah suamimu. Kemanapun aku pergi maka kau juga ada dan harus ikut. begitupun sebaliknya. Jadi, aku akan ikut denganmu, kita berdua akan pergi bersama ibu dan ayah. Aku benar, kan, ayah dan ibu?" Kedua orang tua Dasta mengangguk. "Nak Shaka akan ikut bersama kita Dasta." ucap ayah Dasta menyetujui perkataan Shaka.Dasta ingin menolak kembali, tapi dengan cepat Shaka menarik dirinya pergi dari situ. "Jangan harap kau bisa lepas dariku dengan mudah Dasta, aku tidak akan membiarkanmu pergi ataupun lepas dari
Baca selengkapnya
Part 26
Shaka gelisah dalam tidurnya, terlihat bolak-balik pria itu membalikkan badannya ke kanan dan kiri. Telentang ataupun terlungkup, tapi tetap saja Shaka masih merasakan resah dan sesak.Ia bangun dari rebahannya hingga posisinya kini duduk menyandar di kepala ranjang. Ia melirik ke arah Dasta yang tampak tidur membelakanginya."Ranjang ini terasa sangat sempit untuk di tiduri kami berdua. Ah, sial!" umpatnya merasa kesal.Kenapa Dasta dan keluarganya memilih ranjang dan kamar sekecil ini untukuk ukuran dua orang? Shaka bangkit turun dari ranjang seraya membawa bantal dan guling. Rencananya Shaka akan memilih tidur di lantai yang dingin saja, baru lima menit tidur di lantai tanpa alas, Shaka sudah mulai merasakan kedinginan. Dengan sangat curangnya dia menarik selimut yang di pakai Dasta untuk menyelimuti tubuhnya. Dasta tersentak saat merasakan seseorang menarik selimut dari tubuhnya, ia
Baca selengkapnya
Part 27
Dasta bangun lebih awal dari Shaka, melirik Shaka yang semakin meringkuk dalam tidurnya. Bisa Dasta pastikan jika pria itu mengalami masuk angin dan flu saat bangun nanti.Bagus sih! pikir Dasta tersenyum jahat. Dasta melangkah masuk ke dalam kamar mandi, ia ingin membersihkan tubuhnya sebelum pria gila itu bangun. Ya, sekarang Dasta lebih suka memanggil Shaka dengan julukan pria gila. Lidah Dasta lebih enak saat menyebutkan kata itu.Cepat Dasta memulai ritual mandinya dan keluar dari kamar untuk membantu sang ibu, yang pasti sudah bangun dan berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan.Tak membutuhkan waktu lama bagi Dasta untuk mandi, sekitar sepuluh menit ia sudah selesai mandi dan keluar. Berjalan ke arah lemari mengambil pakaian miliknya yang sebagian memang sengaja ia tinggalkan di rumah, dan untungnya itu sangat berguna.Dasta melirik Shaka kembali yang masih pada posisinya semula sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi tadi. Pakaian yang di kenak
Baca selengkapnya
Part 28
Music instrumental diatas semoga cocok dengan part ini Hampir seminggu Shaka tinggal di rumah mertuanya, selama seminggu itu pula Dasta tak henti-hentinya menguji kesabaran Shaka. Berbagai macam hal sudah Dasta lakukan untuk Shaka agar pria itu merasa bosan dan tak betah lebih lama lagi tinggal bersamanya.Sebaliknya, rencana Dasta harus pupus ketika melihat Shaka yang begitu semangatnya malah menyuruh orang suruhannya untuk memindahkan semua barang-barangnya yang ada di rumah mereka berdua ke rumah orang tua Dasta.Dasta menepuk jidatnya sendiri saat menyaksikan hal itu. Kini lemarinya tak hanya berisikan pakaiannya saja, tetapi kini juga berisikan pakaian milik Shaka.Tak hanya itu saja, Shaka juga membeli tempat tidur baru yang cukup luas untuk berdua. Alhasil seisi kamar Dasta di sulap menjadi baru olehnya. Shaka tersenyum puas memandangi kamar Dasta, keinginannya terpenuhi sekarang hingga tak membuat dia harus lebih lama lag
Baca selengkapnya
Part 29
Shaka tak konsentrasi di kantornya, entah kenapa pikirannya terus melayang ke wajah Dasta beserta ucapan wanita itu yang mengatakan jika ia tidak percaya dengan perubahan sikap Shaka yang menjadi manis dan lembut dalam sekejap.Entahlah, Shaka juga tak mengerti pada perubahan dirinya sendiri. Awalnya ia memang berniat membawa Dasta kembali ke rumah mereka, tapi sepertinya Shaka harus bersabar untuk itu melihat Dasta yang tampak senang mengujinya. Shaka bukannya tidak tahu jika Dasta sedang mengujinya dari hari pertama ia memutuskan untuk ikut tinggal di rumah mertuanya itu. Hanya saja Shaka mengikuti alur permainan yang Dasta buat.Shaka rela mengalami flu untuk itu karena memang jujur ia merasa gerah jika harus berbagi ranjang sempit itu bersama Dasta. Syukurlah sekarang sudah ia ganti yang lebih besar, sehingga sekarang Shaka tak akan merasakan dinginnya lantai lagi.Shaka jadi berpikir, hal selanjutnya apalagi yang akan Dasta lakukan untuk dirinya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status