All Chapters of Fake love (Indonesia): Chapter 11 - Chapter 20
68 Chapters
Part 10
Cklek...Dasta terperanjat saat mendengar suara pintu kamarnya di buka, Dasta bangkit berdiri menyambut Shaka yang sepertinya baru pulang bekerja. Senyuman Dasta mengembang begitu melihat wajah Shaka, pria itu terlihat menutup pintu kamar dengan cepat dan sedikit membantingnya.Dasta tersentak kaget seraya menutup kedua telinganya, Shaka memandang Dasta dengan wajah marah."Beraninya kau melakukan hal seperti itu tadi pagi!" bentak Shaka murka.Kening Dasta mengkerut bingung. "Me—melakuan apa bang?" tanya Dasta tergagap."Kau masih bertanya lagi? apa kau memang lebih suka di hukum, huh?" Dasta menggeleng. "Coba Abang katakan dulu, kesalahan apa yang Dasta lakukan?" "Diamlah, kau sialan!" Shaka terus membentak dan kini berjalan mendekati Dasta yang berdiri di tepi ranjang bak patung.Dasta gelagapan, ia tahu hal apa yang akan ia alami ber
Read more
Part 11
Shaka keluar dari kamar mandi hanya dengan selembar handuk yang melilit dari pinggangnya sampai ke lutut. Di tangan kanannya ada handuk kecil yang memang sengaja Shaka pegang untuk menggosok-gosokkan ke rambutnya yang basah agar mengering.Shaka mencari keberadaan Dasta ke segala arah dan tak menemukan wanita itu di dalam kamar. "Kemana dia?" gumam Shaka bertanya pada diri sendiri seraya berkacak pinggang.Sungguh pose yang mengunggah selera, bak foto model majalah dewasa yang menggiurkan.Shaka mengendikkan bahunya tanda tak peduli dimana pun sekarang wanita itu berada, bahkan ia sangat bersyukur karena sudah tak mendapati Dasta di dalam kamar.Jika melihat wajah Dasta maka amarah Shaka meningkat secara pesat. Sebenarnya Shaka juga bingung mengapa ia begitu membenci Dasta, padahal ia sama sekali tak mempunyai dendam pada wanita itu, terlebih Dasta adalah sahabat dekat adiknya.
Read more
Part 12
"PELAKOR?!" kata Rasty bertanya dengan suara nyaring.Dasta meremas jarinya seraya mengigit bibirnya. Hal apalagi yang akan di lakukan Shaka padanya. Apa kali ini Shaka akan membuat dirinya terpojok dengan menuduhnya berselingkuh, mungkin? "Ya, ada pelakor." Semua mata menatap antusias Shaka, suasana serasa memanas."Di acara televisi," jawab Shaka santai seraya tersenyum. Semua orang akhirnya bisa bernafas lega."Hhh, ku pikir tadi apa bang." kata Rasty merasa plong."Memang kau berpikiran apa? Apakah ada pelakor di rumah ini?" Suasana kembali memanas saat nada Shaka memancing kembali kata pelakor di tambah kata rumah. Rasty mengernyitkan dahinya dalam, sepertinya ada yang salah dengan kata dalam nada bicara abangnya."Bang Shaka mabuk ya?" tebak Rasty menduga.Shaka hanya menanggapinya dengan tersenyum, Dasta sendiri sedari tadi hanya diam saja. Ia bingung ingin melakukan ataupun mengatakan sesuatu, karena Shaka selalu dominan dalam hal
Read more
Part 13
Prok... Prok... Prok....Shaka masih terus bertepuk tangan riuh, seakan ia tengah memberi sebuah sambutan untuk pemenang sebuah kompetisi.Perlahan namun pasti Shaka berjalan mendekati mereka, menatap secara bergantian Dasta dan Vito."Abang ipar, aku bisa jelasin semuanya. Kau salah paham—"Bugggh.Tanpa ba-bi-bu Shaka langsung melayangkan pukulannya, memberikan bogem mentahnya ke wajah Vito tepat mengenai sudut bibirnya. Sudut bibir Vito mengeluarkan darah akibat robek dari kuatnya pukulan Shaka. Dasta yang panik melihat hal itu pun menjerit histeris.Semakin histeris saat Shaka tak hanya sekali memukul Vito, sepertinya Shaka memang sengaja menimbulkan keributan hingga memukul-mukuli Vito brutal."Hentikan!" teriak Dasta namun tak berarti apa-apa bagi Shaka.Kejadian ini pun sukses membuat semua penghuni rumah yang tadinya masih tertidur pulas kini terbangun. Mereka terbangun karena mendengar suara bising dan suara jeritan Dast
Read more
Part 14
Tubuh kurus itu menatap kosong ke atas langit-langit kamar, tak ada kecerahan yang terlihat di mata dan wajahnya. Mata sembab nyaris bengkak dan wajah memerah bekas tamparan tapak tangan Shaka yang besar.Tak ada harapan kebahagiaan untuk Dasta sepertinya, ia sudah sepenuhnya masuk ke dalam siksaan neraka yang di ciptakan Shaka khusus untuknya. Seluruh tubuhnya lebam penuh luka bekas pukulan dan cambukan ikat pinggang milik Shaka, tak hanya itu saja, Shaka bahkan menambahkan siksaan untuk Dasta yang nyaris tak ingin di ingatnya.Dasta bahkan tak sanggup rasanya bergerak hanya sekadar untuk keluar dari kamar, biarkan saja seperti ini. Bahkan Dasta berdoa semoga saja Tuhan mencabut nyawanya sekarang, agar Shaka senang dan bahagia mendengar kabar kematiannya.Otak licik Dasta timbul ketika siksaan yang membelenggu dirinya terus menerus. Yang perlu Dasta lakukan sekarang adalah, selalu berbuat salah dan terlihat buruk di mata semua orang. Agar mereka semua mem
Read more
Part 15
"Aku ingin pindah rumah." kata Shaka saat mereka semua sedang menyantap makan malam.Deg.Semua mata menatap ke arah Shaka, pria itu dengan santainya melahap makanan yang ada di piringnya sebelum kembali berbicara."Aku ingin hidup berdua bersama Dasta di rumah kami, ku pikir itu hal yang baik bagi pernikahan kami berdua." Vito merasa tersindir dengan kalimat Shaka yang mengatakan 'ku pikir itu hal yang baik.'Sudah seminggu semenjak insiden salah paham itu terjadi, Rasty mengatakan pada kedua orang tuanya jika mereka bertengkar hebat.Namun mereka menganggap hal itu sebagai rasa amarah Shaka yang terlampau cemburu. Dan selama seminggu itu pula Dasta tak banyak bicara, wanita itu terlihat lebih banyak menyendiri di kamar ataupun mengurung dirinya satu harian, dan akan berkumpul saat makan malam saja, itu pun jika Dasta ingin.Sekarang Dasta tak akan malu lagi untuk menunjukkan sikap kurang ajarnya, bukankah hal itu yang memang ingin di lakukann
Read more
Part 16
Pagi-pagi sekali Shaka sudah rapih dan bersih memakai setelan pakaian kantornya. Pria itu melangkah keluar membuka pintu kamarnya lalu menutup pintunya kembali.Saat akan melangkah menuruni tangga, mata Shaka melirik sekilas ke arah kamar Dasta. Kaki Shaka gatal ingin melangkah mendekati kamar itu, tangannya juga gatal ingin mengetuk pintu kamar Dasta. Tapi, akal sehatnya melarangnya melakukan itu.Jadilah Shaka lebih memilih menuruni tangga ke lantai bawah. Mengejutkan, saat sampai di ruang makan yang gabung menjadi satu dengan dapur. Shaka mendapati makanan yang tersedia di meja.Keningnya mengekerut dalam, siapa yang telah melakukan semua ini? Jangan bilang jika makanan ini Dasta yang membuatnya. Jika ya, maka akan sangat sia-sia saja. Sebab Shaka tak akan pernah sudi untuk menyentuhnya. Mendengkus sebal seraya membuka pintu utama rumahnya dan keluar, tanpa berpamitan pada Dasta terlebih dulu Shaka sudah me
Read more
Part 17
Seseorang mencekal lengan Dasta ketika ia akan melangkahkan kakinya naik ke lantai atas dimana kamarnya berada. Dasta terpekik kaget dan langsung melihat orang yang dengan lancang mencekal lengannya.Seringaian licik terukir disudut bibir pria tampan yang kini mencekal lengan Dasta. Aroma bau alkohol begitu terasa sekali menguar ketika pria itu membuka mulutnya tertawa kecil."Siapa wanita ini!!" teriaknya menunjuk Dasta pada semua orang yang ada disitu.Shaka menoleh ke arah dimana suara teman prianya yang berteriak itu. Tatapan tajam menusuk begitu sangat terasa sekali saat tak sengaja Dasta melirik ke arah mereka semua.Tatapan Dasta berhenti terpaku pada tatapan Shaka yang tak sengaja juga ikut menatapnya. Hanya sebentar, karena Dasta tersadar dan langsung membuang muka ke arah lain. Tak sudi rasanya menatap wajah pria iblis itu."Hei, Shaka, siapa wanita ini. Kenapa dia ada di rumah, jangan bilang kalau dia ini istrimu?" ucap pria itu yang penasara
Read more
Part 18
PRAAANGGG.Gelas yang Shaka pegang jatuh begitu saja membuat semua orang terpekik kaget. Shaka menatap pecahan kaca yang berserakan di lantai."Ada apa bro? Kenapa sampai bisa gelasnya jatuh?" tanya Leo menepuk bahu Shaka.Shaka menggeleng seraya berlari menaiki tangga, entah kenapa firasatnya tak enak. Batin Shaka menyuruh dirinya untuk menemui Dasta, seakan seperti ada sesuatu hal buruk yang terjadi.Shaka memutar kenop pintu kamar Dasta, tapi tak bisa di buka karena pintu yang dikunci Dasta dari dalam. "Shitttt!" Shaka mengumpat kesal seraya menggedor-gedori pintu kamar Dasta kuat."Dasta, buka pintunya!" suara Shaka berteriak memanggil nama Dasta."Dasta!!!" teriaknya lagi nyaring.Leo dan rombongan temannya naik ke atas menyusul Shaka, mereka terdiam melihat Shaka yang terus menggedor pintu dan semakin berteriak kencang memanggil nama Dasta.Melihat tak ada tanda-tanda Dasta merespon teriakannya atau membuka pintu kamarnya. Dugaan
Read more
Part 19
Shaka berlari kencang dengan Dasta dalam gendongannya, setelah mobilnya sampai di rumah sakit terdekat, Shaka langsung menghambur keluar dan berlari secepatnya agar Dasta cepat di tangani dokter.Para suster pun ikutan panik sembari menarik ranjang dorong, tubuh Dasta di letakkan diatas brankar."Tolong selamatkan dia, wanita ini mencoba melakukan upaya bunuh diri dengan menyayat nadinya." beber Shaka memberitahu para suster.Para suster itu melirik penuh pada Shaka yang tampak kacau, bahkan kemeja putih yang pria itu pakai kini juga bercampur noda merah dari darah Dasta.Dengan cepat mereka membawa tubuh tak berdaya Dasta masuk ke dalam ruangan IGD. Shaka dilarang masuk, dan hanya boleh menunggu diluar.Shaka menyandarkan tubuhnya di sandaran tembok rumah sakit, wajah dan penampilannya berantakan serta kusut. Sama sekali tak terlihat seperti Shaka yang biasanya, keren dan berwibawa.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status