Semua Bab Fake love (Indonesia): Bab 41 - Bab 50
68 Bab
Part 40
Kita harus melawan mereka sayang, membuktikan bahwa mereka berdua adalah iblis penganggu kisah kita.******Dasta merasakan hawa tak nyaman yang menggangu tidur nyenyaknya, Dasta menggeliatkan badannya seraya membuka kedua matanya perlahan. Tersentak kaget Dasta saat kedua matanya melihat sosok Shaka yang tengah duduk di tepi ranjang sembari menatapnya lekat. Shaka menumpukkan dagunya dengan kedua tangannya, tampak terlihat jelas otot-otot tangan yang menonjol di tangan pria itu."Manis," ucap Dasta tanpa sadar, secara tak sadar Dasta sedang menganggumi wajah tampan suaminya yang tampak sangat manis jika Shaka seperti ini."Apanya yang manis, Dasta?" tanya Shaka tersenyum geli."Hah? Eh!" Dasta berjengit kaget saat ia ketahuan tengah menggagumi suaminya.Dasta bangun dari rebahannya, dan saat itu ia tersadar jika dirinya tidur di ranjang.Tunggu! Seingat Dasta, ia tadi malam bukannya tidur dengan posisi duduk? Lalu kenapa
Baca selengkapnya
Part 41
Shaka sudah rapih dengan pakaian kantornya, sudah tiga hari ia tak bekerja di karenakan demam yang melanda. Shaka menyesali tak mematuhi perkataan istrinya itu, benar kata Dasta jika ia mandi kemungkinan besar demamnya bisa kambuh. Shaka merasakan hawa panas dan meriang pada tubuhnya saat ini, tapi sebisa mungkin ia tahan.Shaka tak ingin hari ini rencananya gagal, hari ini ia harus bisa membuktikan mengenai obat yang dibawa Dasta ke rumah. Obat yang dicurigai Shaka mirip persis dengan vitamin yang dulu sering Mei berikan untuknya, dari segi bentuk ukuran dan warna obat itu sendiri."Aku harus mengeceknya sendiri dan membuktikan pada Dasta, dan setelah terbukti maka aku akan melakukan rencana selanjutnya. Ya, itu harus!" tekad Shaka kuat dan semangat.Shaka tak ingin di kejadian buruk yang kedua kalinya menimpa Dasta, apalagi Dasta mengatakan mendapat obat itu dari temannya. Teman yang mana?Pria atau wanita? Rasanya Shaka sangat gemas dan cemas,
Baca selengkapnya
Part 42
Tangan Shaka gemetaran hebat saat ia membaca dengan sangat jelas hasil lab mengenai obat vitamin Dasta. Kedua mata Shaka bahkan basah karena airmata yang mengalir dengan derasnya. rasanya sangat sesak, hatinya terasa hancur saat segala dugaannya benar.Tubuh Shaka jatuh meluruh ke bawah, kakinya seakan tak bertulang dan tak bertenaga untuk menompang tubuhnya sendiri."Dasta...." lirih Shaka berurai airmata.Ya Tuhan! Kenapa hidup sekejam ini padanya? Rasanya Shaka tak mampu berpikir jernih sekarang, ia terlalu kecewa dengan fakta ini. Ia tadinya masih berharap jika hasil lab berbanding terbalik dengan segala dugaannya, nyatanya, apa yang di inginkan sangat jauh dengan yang terjadi saat ini.Shaka menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh terpuruk seperti ini. Dia seharusnya melawan semua kejahatan ini. Ya, ia pasti bisa!Shaka menyimpan kertas hasil lab it
Baca selengkapnya
Part 43
"Mau mencobanya tidak?" tanya bang Shaka lagi dengan tatapan genitnya padaku.Terhitung ini entah yang sudah ke berapa kalinya bang Shaka melontarkan pertanyaan genit itu. Dan oh, jangan tanyakan bagaimana reaksi wajahku saat mendengar pertanyaan menggoda yang sarat mengundang nafsu.Setelah ia selesai makan, aku membereskan meja makan dan mencuci piring bekas makannya dan juga gelas bekas minumnya."Abang masuk saja duluan ke kamar, aku ingin mencuci ini dulu." kataku menyuruhnya untuk masuk ke kamar terlebih dulu.Selain karena aku tak ingin dia menungguku, aku juga merasa risih dengan tatapan matanya yang seakan menjelajahi setiap inci tubuhku.Katakanlah, mungkin aku yang salah karena telah mengganti bajuku untuk tidur dengan baju yang tadi ku pakai sebelum bang Shaka pulang.Aku mendengar suara langkah kaki mendekat, dan ku rasakan sepasang lengan kekar tengah melingkari pinggang dan perutku. "Aku ingin disini menemanimu," kata bang Shaka
Baca selengkapnya
Part 44
Dasta selesai mandi dan keluar dari kamar, tubuhnya tampak lebih segar dengan rambut yang basah sehabis keramas. Sakit di area bawah tubuhnya masih sangat terasa tapi sedikit berkurang setelah mandi tadi."Kemana bang Shaka?" gumam Dasta bertanya-tanya kemana gerangan suaminya kini, ia sama sekali tak melihat Shaka di kamar.Dasta melangkah perlahan ingin keluar, rasanya sangat malu melihat cara berjalannya yang tampak sangat aneh tidak seperti biasanya.Kira-kira, ibu dan ayah memperhatikan cara berjalanku tidak ya? batin Dasta gugup.Dasta ragu antara ingin keluar atau tidak, tapi jika ia tetap memilih di kamar saja akan menimbulkan kecurigaan bagi ibunya. Dasta mengurungkan niatnya untuk keluar, ia lebih memilih menyibukkan diri memasukkan pakaian kotor miliknya dan milik Shaka ke dalam keranjang kosong. Dasta melirik ke arah ranjang yang masih sangat berantakan, di tariknya sepr
Baca selengkapnya
Part 45
Shaka menatap kaget sosok wanita yang dengan beraninya datang ke kantor miliknya. Mei tersenyum ke arah Shaka dengan mata berbinar bahagia, Shaka menyipitkan matanya melihat maksud kedatangan Mei kesini.Dua orang satpam masuk ke ruangan Shaka dengan tergopoh-gopoh dan nafas ngos-ngosan. Kedua satpam itu langsung memegang masing-masing tangan Mei yang kemudian berontak meminta di lepaskan."Lepas!" rontah Mei galak."Diam!" bentak salah satu satpam. "Pak Shaka, maafkan kami pak, wanita ini nekat ingin bertemu bapak meskipun kami sudah melarangnya sesuai perintah bapak." ucap salah satu satpam lagi menjelaskan pada Shaka.Shaka mengangguk mengerti dan menggerakkan tangannya memberi kode pada kedua satpam itu agar melepaskan Mei. Lagi, Shaka memberikan kode agar kedua satpam itu keluar dari ruangannya.Kini tinggallah mereka berdua yang tersisa di dalam ruangan itu. S
Baca selengkapnya
Part 46
BRAAAKK.Gee terlonjak kaget saat mendengar suara pintu ruangannya di banting kuat, ia menoleh ke arah pintu dimana Mei masuk dengan wajah penuh amarah."Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Gee penasaran dengan mimik wajah Mei yang merah padam."Shaka," jawab Mei semakin memerah marah."Shaka?" "Iya." "Kenapa dengan Shaka?" tanya Gee tak mengerti."Kau tahu, aku tadi datang ke kantornya." "Oh ya? Kenapa kau tak bilang terlebih dulu padaku?" "Aku lupa." "Hmm, terus apa yang terjadi sampai membuatmu semarah ini?" lagi, Gee bertanya karena rasa penasarannya yang luar biasa."Shaka menjebakku, hingga sampai membuatku meminum obat sialan ini!" Mei mengeluarkan kotak obat itu dari dalam tasnya, dan di lemparkannya obat itu ke sembarang arah.Gee syok dengan rea
Baca selengkapnya
Part 47
Weekend sesuai permintaan Dasta, hari ini ia dan Shaka berencana untuk pergi berbelanja di mall. Baik Dasta dan Shaka tengah bersiap-siap, dari mulai mandi bersama yang tentunya dengan sedikit adegan panas yang mereka lakukan di dalam kamar mandi. Kemudian memakai pakaian bersama dengan cepat."Sudah siap?" tanya Shaka menatap sang istri.Dasta mengangguk. "Sudah, ayo!" ajak Dasta mengambil Clutch bag-nya yang tergeletak di ranjang.Shaka hanya diam tak bergerak menatap istrinya dengan tatapan meradang. "Ada apa?" tanya Dasta bingung dengan ekspresi wajah suaminya."Hhh, kalau saja tidak memikirkan perasaanmu, aku sungguh tak ingin pergi Dasta." jawab Shaka frustasi.Dasta terkikik geli mendengarnya. "Jadi, abang tak ikhlas menuruti keinginanku?" "Bukan tidak ikhlas, di hari libur bekerja gini, aku malah ingin di rumah saja. Mendekam di dalam kamar sepan
Baca selengkapnya
Part 48
Aku berdeham sebentar sebelum menjalankan aksiku sesuai rencana yang sudah di katakan Rasty lewat sambungan telepon tadi. Ku lirik Dasta yang masih asyik dengan kegiatannya, bahkan sekarang istri kecilku kini membaringkan badannya memunggungi diriku, dan asyik dengan ponsel beserta headset yang masih setia bertengger di kedua telinganya.Rasty bilang, jika istri yang tengah ngambek merajuk itu harus dilawan dengan sikap yang gentleman dan romantis.Hmm, aku berpikir keras, romantis dan gentleman ya? Perlahan aku melangkahkan kakiku dan naik ke atas ranjang, membaringkan tubuhku disisi Dasta yang masih memunggungiku. Ku beranikan diri dengan mengulurkan tanganku memeluknya dari samping, melingkari pinggang ramping dan perut ratanya.Hhh, rasanya sangat nyaman sekali. Tubuh Dasta sangat mungil, ia sangat kecil sekali jika kami berdua begini. Aku terlihat seperti raksasa yang tengah mendekap anak kecil
Baca selengkapnya
Part 49
Sayup-sayup aku mendengar suara seseorang yang terisak menangis, aku menggeliatkan badanku seraya membuka kedua mataku perlahan. Rasa kantuk menghantam kepalaku ketika aku berusaha bangkit dari rebahanku dan duduk di ranjang. Beginilah efek yang ku rasakan ketika tidur siang.Ku edarkan pandanganku ke seluruh arah kamar ini, dan tepat di depan jendela sana aku melihat bang Shaka yang tengah berdiri menghadap ke arah luar jendela.Suara isakan itu semakin terdengar dari arah tempat bang Shaka berdiri sekarang. Apakah ia menangis? Aku ingin mengabaikan dirinya karena aku teringat jika aku sedang merajuk padanya. Tapi, niat mengabaikan itu ku urungkan seiring dengan suara isakannya yang semakin menjadi. Bahkan kini bang Shaka menyebut-nyebut namaku dengan suara yang lirih.Turun dari ranjang aku mengayunkan langkah kakiku menuju ke arahnya, setelah tepat berada di belakang punggungnya, ku peluk tubuhnya dari bela
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status