Semua Bab Side Story of Erhan: Bab 31 - Bab 40
65 Bab
Gisna
"Dimana kalian?" Tanyanya. Ia lantas bangkit berdiri dan berjalan ke ruang ganti dengan cepat. Erhan menyebutkan nama sebuah rumah sakit. Dan tanpa basa-basi Nadira menutup telepon. Fera masih berdiri mengekorinya. Pria setengah matang itu tampak bingung dengan kekalutan yang ditunjukkan Nadira. "Loe mau kemana?" "Pemotretan udah kelar, kan? Gue ada urusan." Jawabnya. Ia bahkan tak segan mengganti pakaiannya di depan Fera. "Tapi ada acara makan bareng, Ra." Ucap Fera dengan ragu-ragu. "Loe wakilin aja. Gue mesti ke RS sekarang." Ia kemudian meraih tas nya dan berlalu pergi meninggalkan Fera yang masih harus membereskan wardrobe. Masuk ke mobilnya dan menginjak gas dalam-dalam, Nadira berdoa dalam hati semoga keadaan sahabatnya baik-baik saja. Rumah sakit yang ditujunya ia datangi dalam waktu kurang dari lima belas menit. Lima menit lebih cepat dari jangka wak
Baca selengkapnya
Aku Tahu Siapa Alden
Nadira termenung di kamarnya. Malam semakin larut tapi ia tak bisa juga memejamkan mata. Membayangkan bagaimana kondisi Gisna saat ini membuat hatinya dirundung duka. Akankah sahabatnya itu kembali pada mereka? Jangan sampai Tuhan membawanya. Tidak, jangan sekarang. Jangan ambil sahabat baiknya saat ini ya Tuhan. Doanya dalam hati.  Gisna, Lucas, Caliana, Adskhan. Menyebutkan keempat nama tersebut kembali menyayat hatinya. Kecemburuan mau tak mau melandanya. Ia merasa iri pada mereka yang bisa menemukan seseorang dan berakhir dengan melabuhkan hatinya pada orang yang tepat. Sementara dirinya? Mungkinkah ia juga akan mendapatkan sosok yang mencintainya seperti halnya Caliana yang begitu dicintai Adskhan dan Gisna yang begitu dipuja Lucas. Satu nama terselip dalam pikirannya. Erhan? Nama itu yang seketika terlintas di kepalanya. Tapi kemudian Nadira tepis.
Baca selengkapnya
Seni Seviyorum
Nadira mengerutkan dahi. Rasa-rasanya dia tidak menaruh informasi apapun tentang Alden di ponselnya. "Gisna yang memberitahuku sebelum kecelakaan itu." Lanjutnya seolah menjawab pertanyaan Nadira. "Kau!" Nadira menatapnya tajam. Erhan meletakkan ponsel itu di nakas dan bangkit berdiri mendekati Nadira yang masih mematung di tempatnya sejak keluar dari kamar mandi. Erhan memegang lengan atas Nadira dan mengusapnya perlahan. Sentuhan Erhan berdampak buruk bagi Nadira, karena memberikan sengatan listrik di tubuhnya. "Sama halnya seperti Alden untukmu. Ezgi pun begitu buatku. Bedanya, dia sepupu dari pihak ibu." Jawabnya dengan lemah lembut. Nadira mendongak, mencoba mencari kebohongan di mata pria itu. "Tapi kau bilang.. dulu..kalian? Kau menyebut namanya waktu itu!" Nadira menepis tangan Erhan dan berjalan menjauh. Erhan membuntutinya. "Iya, aku tahu. Aku salah
Baca selengkapnya
Mawar Hitam
Setelah menerima permintaan Erhan untuk menikah. Semuanya terasa berjalan dengan begitu mudah bagi Nadira.Apakah ini semua hanya euiforia? Atau memang faktanya demikian. Karena segalanya tampak begiu lancar bagi Nadira.Ketika ia membawa Erhan ke rumahnya untuk ia kenalkan pada ibu dan adik laki-lakinya. Ekspresi di wajah mereka terkesan datar. Tidak ada rasa kaget seperti yang Nadira perkirakan sebelumnya. Erhan dan Randu bertegur sapa layaknya mereka adalah kenalan lama. Dan ibunya memperlakukan Erhan seolah Erhan adalah anaknya yang baru saja kembali setelah melakukan perjalanan jauh. Menyuguhinya dengan segala makanan favoritnya layaknya Erhan itu seorang raja.Semua ini terkesan aneh, bagi Nadira khususnya.Ibunya memang sejak lama meminta Nadira untuk mengenalkannya dengan laki-laki. Jadi tidak aneh kalau misalkan dia tampak antusias. Tapi setidaknya wanita itu sedikitnya merasa curiga pada Erhan. Tapi ini tidak.Lantas adiknya, Randu. Biasa
Baca selengkapnya
Semua Ini Rencanamu
Semua orang berkumpul di kamar Erhan. Semuanya tampak tertunduk. Tidak ada seorangpun yang bisa memberikan Erhan berita yang membuatnya puas. Si pemberi bunga itu jelas tidak ditemukan. Dalam rekaman CCTV pun tidak ada yang mencurigakan. Hal ini semakin membuat Erhan cemas.Pada akhirnya dia mengusir semua orang dan kembali ke kamar dimana Nadira terlelap puas setelah mendapatkan obat penenang dari dokter yang sengaja Erhan panggil."Siapa yang dengan sengaja melakukan hal ini?" tanya Erhan pada dirinya sendiri. ia mengusap kepala Nadira dengan lembut, mengecupnya sebelum turut membaringkan tubuhnya di sisi gadis itu. ia meletakkan lengannya di bawah kepala Nadira dan kemudian semakin medekat kearah tubuh wanitanya dan memeluknya.Dalam ketidaksadarannya, Nadira balas memeluknya. 'Aku akan menemukannya. Siapapun dia.' Sumpahnya dalam hati.Erhan terbangun karena seseorang menggoyang tubuhnya tanpa henti. "Erhan, bangun. Sholat!" perintah itu memb
Baca selengkapnya
Antusias
Bahagia? Itukah yang Nadira rasakan? Ya, dia bahagia. Bahkan sangat.Karena siapa?Siapa lagi kalau bukan karena Erhan.Setelah Gisna sadar dari komanya setelah kasus penusukan itu. Nadira akhirnya memikirkan kembali permintaan Erhan untuk mempercepat proses pernikahan mereka. Terlebih ia mendapatkan dorongan dari orang-orang di sekitarnya. Siapa lagi kalau bukan ibu dan adiknya, Gisna dan juga Meta sahabatnya. Orang-orang itu meyakinkan Nadira bahwa pernikahan adalah pilihan terbaik. Dan meskipun Erhan tak pernah mendesaknya lagi, ekspresi pria itu jelas tampak sangat girang saat Nadira mengatakan bahwa dia berubah pikiran dan mengatakan bahwa dia akan menikah dengan pria itu secepat mungkin.Saking tergesanya, pria itu bahkan dengan segera memesankan tiket pesawat untuk kedua orangtuanya dan juga satu-satunya kakak perempuan yang dimilikinya. Kontrak Nadira dijadikannya alasan untuk tidak pergi sendiri ke Turki dan meminta restu langsung disana. Padahal
Baca selengkapnya
Takut
Erhan terduduk dengan mata menerawang jauh. Entah kenapa, menjelang hari pernikahannya ia merasa ada yang salah dengan perasaannya. Semacam ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Dan ia tidak bisa mengartikan kenapa.   Ia merasa bahagia, itu tentu. Antusias, itu pasti. Tapi ada perasaan lain saat ini yang mengganjal di hatinya, seolah ia merasa ada sesuatu yang hilang. Mencelos kosong. Tapi apa itu?   “Apa kau merasa takut karena sebentar lagi statusmu tidak lagi lajang?” Erhan melirik Ganjar yang memandang ke arahnya dengan tatapan mengejek.   “Kenapa aku harus merasa seperti itu?” Erhan balik bertanya.   Ganjar mengedikkan bahu. “Mungkin karena setelah menikah dengan Nadira kau tidak bisa lagi tebar pesona pada wanita lajang lainnya? Atau mungkin kau takut menjadi s
Baca selengkapnya
Part 38 - Persiapan
Erhan memandang berkeliling aula hotel dimana pernikahannya dan Nadira akan berlangsung esok pagi. Aula yang tadinya kosong itu kini sudah delapan puluh persennya terisi dengan berbagai macam hiasan. Panggung yang ada di bagian terdepan aula sudah dihias dengan bunga-bunga hidup yang segar dan indah. Kursi kebesaran yang akan mereka duduki pun sudah berdiri kokoh di sana. Di bagian bawah panggung, sudah tersedia meja dan kursi untuk akad nikah mereka besok.   Di bagian sisi kiri dan kanan aula sudah terpasang kain yang didominasi warna keemasan dan putih. Pilar-pilar yang menjadi pagar telah dibungkus rapi dengan kain dan diselimuti bunga-bunga yang indah. Seluruh kursi untuk tamu dan keluarga pun tak kalah dibuat indah. Semuanya sangat menawan di mata Erhan. Nadira jelas telah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang. Pernikahan mereka, akan terlihat seperti pernikahan putra dan putri raja nantinya. Ya, ini akan menjadi momen pernik
Baca selengkapnya
Part 39 - K-Kau JD?
Nadira membuka matanya dengan susah payah setelah mendapat guncangan hebat. Entah kenapa, tubuhnya terasa begitu lelah. “Loe itu tidur apa ngebangke sih?” tanya Meta dengan kesal dan tanpa henti menggoyangkan tubuh Nadira yang baru setengahnya terbangun. “Gue tahu kalo loe itu pelor. Tapi apa emang mesti se bangke ini?” Gerutu sahabatnya itu seraya menarik kedua tangan Nadira supaya gadis itu bangkit dari tempat tidurnya. “Nyokap loe panik, pikirnya loe pura-pura mati karena gak mau jadi ngawinin Sir Erhan. Kalo emang tahu gitu, kenapa gak loe kasih laki loe sama gue aja?” cerocos Meta tanpa henti.   “Trus loe mau ngasih Ganjar sama siapa? Sama si Winny anak pemasaran?” ledek Nadira dengan kuapan lebarnya. Ia menggeliat dalam duduknya dan mengerang dengan keras sebelum kemudian bangkit dan turun dari tempat tidurnya, berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. 
Baca selengkapnya
Part 40 - Kinuha Niya Ako
Debar jantung Erhan kini sudah tak bisa ia kendalikan lagi. Bahkan mencoba menenangkannya dengan mengatur irama napasnya pun tampak tak berguna.   Sejak keberangkatannya ke gedung pernikahan, dadanya memang sudah berdebar cepat dengan antusias. Dan selama prosesi yang dilakukan secara adat Sunda oleh lengser dan para penarinya, pikiran Erhan sudah melanglang buana kemana-mana.   Ya, ia tidak bisa fokus pada susunan acara saat itu. Entahlah, pikirannya begitu campur aduk. Yang ada di kepalanya saat ini adalah, bisakah ia melafalkan ijab kabul dalam satu tarikan napas tanpa kesalahan apapun? Para sepupunya mengatakan kalau tiga kali ia melakukan kesalahan, maka pernikahan harus dibatalkan. Ia tidak mau itu terjadi.   Jadi sepanjang acara itu berlangsung, yang ada di kepalanya adalah kalimat ijab kabul yang nantinya harus ia ucapkan di hadapan cal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status