All Chapters of Side Story of Erhan: Chapter 51 - Chapter 60
65 Chapters
Diselamatkan
“Mereka sudah tahu kalau mereka dikepung.” Ucap si detektif pada Adskhan dan Lucas. Bergegas semua yang ada di dalam mobil itu turun dan berlari menuju ke dalam rusun dan menuju lift yang ada disana. Mereka menekan tombol ke lantai terakhir yang diserukan oleh si detektif. Keluar di lantai lima belas, berharap bisa menangkap kedua penjahat itu dari atas, mereka meleset karena kedua pria itu sudah naik menuju lantai teratas rusun. Adskhan, Lucas, Erhan dan tiga detektif yang naik bersamaan mendengar sebuah seruan dari bagian luar lantai teratas. “Lepaskan dia sekarang, maka kau akan kami biarkan pergi!” seruan bernada negosiasi terdengar tepat saat keenam orang itu memunculkan wajahnya ke bagian luar atap rusun. Tatapan kedua pria yang berdiri di ujung dinding setinggi satu meter itu langsung tertuju pada tiga Levent bersaudara. “Kalian?” dengusnya. “Sebegitu pengecutkah kalian sa
Read more
Tangisan Erhan
Erhan tidak peduli apa yang terjadi dengan dua orang yang sudah membawa Nadira darinya. Yang ia pikirkan saat ini adalah membawa Nadira ke rumah sakit dan mengetahui apa yang terjadi dengan kekasihnya itu. Ia bahkan tidak peduli kalau ia meninggalkan Lucas dan Adskhan di lokasi kejadian. Ia menuruni rusun dengan lift dan segera menghampiri mobil terdekat yang disupiri oleh salah satu tim detektif sewaan Adskhan.   “Bawa aku ke rumah sakit terdekat secepat mungkin.” Perintahnya pada pria yang duduk di balik kemudi. Tanpa banyak kata, pria itu langsung menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan maksimal yang ia bisa.   Mereka sampai di rumah sakit terdekat dari rusun hampir sepuluh menit kemudian. Erhan membawa Nadira langsung ke dalam IGD dan memanggil dokter yang ada disana. “Tolong periksa dia. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Kenapa dia bisa seperti in
Read more
Kenapa?!
Nadira kembali merasakan pening dikepalanya. Tubuhnya terasa lemas, bahkan sebelum dia melakukan apa-apa. Dia menggerakkan bola matanya dan kemudian membuka kelopaknya secara perlahan. Silau cahaya membuatnya merasa semakin pening.   “Aşkım, kau sudah bangun?” suara pria yang bertanya membuatnya mengernyit. Haruskah pria itu bertanya dengan nada yang begitu lantang hingga membuat telinganya sakit? Batin Nadira dalam hati. “Istriku sadar, panggil dokter kemari!” Suara itu kembali memberikan perintah yang entah dia berikan pada siapa. “Aşkım, buka matamu. Lihat aku.” Pintanya dengan nada yang lebih lembut.   Nadira kembali membuka mata. Di depannya dia melihat sosok pria berwajah tampan dengan mata keemasannya yang tampak memandang ke arahnya dengan sorot khawatir.   “Aşkım, kau bisa melihatku?” tan
Read more
Nadira
Erhan hanya bisa terdiam lemah memandangi calon istrinya, kekasihnya, pujaan hatinya memandangnya dengan tatapan tak mengenali. Sakit? tentu saja Erhan merasa sakit. jika sebelumnya Nadira memandangnya dengan tatapan penuh cinta, kini tatapan itu menghilang begitu saja. Kenapa? Kenapa ini bisa terjadi padanya? Dokter yang menangani Nadira seketika memandang ke arahnya. Pria itu meminta Erhan untuk mengikutinya tanpa suara. Lucas, yang hanya bisa memandang sang istri sedang menenangkan sahabatnya turut mengikuli Erhan dan sang dokter. Dalam perjalanan menuju ruangan dokter tersebut, mereka berpapasan dengan Adskhan dan juga Caliana yang tampak kesusahan dengan perut besarnya. “Kalian mau kemana?” tanya pria itu lebih kepada Lucas. “Ada sesuatu yang perlu dokter bicarakan.” Jawab Lucas dengan lirih. “Gisna ada didalam. Dia menemani Nadira.” “Nadira sudah bangun
Read more
Sakit
Nadira terdiam dengan tatapan nyalang memandangi atap kamar rumah sakit. Waktu sudah lewat dari pukul sepuluh malam, ruangan kamarnya sudah dimatikan beberapa waktu lalu dan hanya menyisakan penerangan seadanya dari lampu tidur yang entah diletakkan oleh siapa di atas nakas kamarnya. Matanya sudah mengantuk, tapi sulit rasanya untuk lelap. Tadi, ibu, adiknya dan juga teman-temannya datang untuk menemaninya. Gisna, Meta dan juga seorang wanita cantik yang dikenalnya sebagai saudara ipar Gisna. Caliana. Semuanya menemani Nadira sampai waktu menunjukkan pukul tujuh dan Nadira meminta Randu untuk membawa ibu mereka pulang. Lantas setelahnya teman-temannya pun turut pulang karena suami-suaminya sudah menjemput mereka. Hingga akhirnya, Nadira hanya tinggal sendirian ditemani Meta. Sahabatnya yang satu itu memang masih berstatus lajang, sama seperti dirinya. Selama mereka masih ada di ruangannya, mereka hanya membahas hal-hal y
Read more
Erhan
Nadira tidak tahu kapan tepatnya ia terlelap. Karena setelah mendengar permintaan pria itu, rasanya lama baginya untuk benar-benar larut dalam tidurnya. Bukan karena ia tidak mengantuk. Tapi karena ia mencoba menahan kantuk. Ya. Ia menahan kantuk hanya demi bisa mendengar pria itu bicara. Tapi sayangnya, Nadira tak kunjung mendengar pria itu bicara. Justru usapan pelan pria itu di kepalanya dan genggaman tangan besarnya di tangan Nadira membuat Nadira merasa semakin terbuai dan malah terlelap dalam tidurnya. Dan kini, saat Nadira membuka mata, ia tidak melihat keberadaan pria itu. Kemana dia pergi? Pertanyaan itulah yang muncul di kepalanya. Padahal diluar sana, sepertinya langit belum benar-benar menunjukkan cahaya terangnya. Ketika pagi menjelang. Ibu dan juga adiknya kembali datang. Senyum terkembang di wajah mereka. Di salah satu tangan adiknya Nadira bisa melihat sebuah bingkisan yang ia tahu isinya adalah makanan.
Read more
Hikmah
Hari ini benar-benar melelahkan bagi Nadira. Fisik dan juga batinnya. Bagaimana tidak. setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter umum yang menanganinya. Nadira kemudian dialihkan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog. Dia ‘dipaksa’ untuk mengingat dan menceritakan kejadian terakhir yang ada dalam kepalanya. Dan itu bukan hal yang mudah, mengingat banyaknya hal yang tidak bisa ingat dan bisa dia ingat dalam waktu bersamaan. Dan hal itu membuatnya merasakan sakit di kepala. Setelahnya ia melakukan pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dengan tujuan untuk melihat keseluruhan organ dalam Nadira dengan lebih seksama untuk nantinya mereka melakukan penanganan yang tepat. Hal ini berkaitan dengan amnesia yang Nadira miliki dan juga kelemahan otot yang membuatnya tidak bisa bergerak. “Secara keseluruhan, kondisi fisik Bu Nadira itu ada dalam keadaan prima.” Ucap dokter ahli sara
Read more
Askim
Nadira menunggu. Di kamar inapnya yang sudah kembali sepi karena lagi-lagi, ia meminta ibunya, adiknya, Gisna dan juga sahabatnya Meta untuk pulang saja dan tak menemaninya tinggal. Mereka menolak, tentu saja. Karena mereka takut Nadira kesusahan jika membutuhkan sesuatu, terlebih jika ia memiliki kebutuhan untuk pergi ke kamar mandi. Tapi lantas ia menghingatkan mereka bahwa ia menggunakan kateter urin yang meskipun terasa tak nyaman tapi harus digunakan untuk sementara waktu sampai minimal dia bisa duduk sendiri. Jam berlalu terasa lama baginya. Menunggu itu memang tidak nyaman. Dan setelah obat yang dikonsumsinya, menahan kantuk itu rasanya sangatlah susah. Tapi ia masih mencoba bertahan karena dia ingin bertemu dengan orang itu. Siapa lagi kalau bukan Erhan. Pria yang hanya akan datang padanya saat dia tidak sadar. Jam berlalu, dan tanpa sadar Nadira terbuai oleh kantuknya. Hingga kemudian dia bisa merasakan tangan s
Read more
Hanya Saja
"Memelukmu?" Tanya Erhan ragu. Entah kenapa mendengar permintaan gadis itu ia tiba-tiba merasa malu. Tanpa ia sadari, wajahnya memanas dan memerah seketika.  Nadira memandang pria itu dengan heran. "Iya, memelukku. Kenapa? Kamu gak mau lakuin itu?" Tanyanya heran.  Erhan bertingkah seperti gadis perawan yang hendak dipinang oleh pria pujaannya. Pria itu mengusap tengkuknya karena merasa kikuk. "Bukan begitu." Ujarnya lirih. "Hanya saja…"  "Hanya saja apa?" Tanya Nadira dengan nada menuntut.  "Aku takut tidak bisa menahan diri." Rengek pria itu, seperti bocah yang meminta mainan pada orangtuanya.  Nadira terkekeh. Mau tak mau gadis itu memandang Erhan karena tingkah lucunya. "Jangan menertawakanku." Sergah pria itu dengan mimik cemberut. "Aku sudah menahan diri untuk tidak menyentuhmu saat kita dipingit. Dan aku juga sangat merindukanmu saat bajinga
Read more
Cerita
Maap kalo banyak typo, Mimin belum sempet revisi karena pengen cepet-cepet update.  _____________________________________________ Pria itu menarik napasnya dengan perlahan. “Jika ini membuatmu membenciku, tak masalah. Aku hanya perlu usaha lagi untuk membuatmu suka padaku.” Ucapnya dengan percaya diri yang dijawab kekehan Nadira. “Baiklah, darimana aku harus mulai?” tanyanya pada Nadira. “Dari awal?” Nadira balik bertanya. Erhan menganggukkan kepala. “Awal, ya?” ucapnya lirih. Ia kembali menarik napas panjang dan mulai bercerita. “Awal pertama pertemuan kita setelah insiden yang dialami Gisna. Apa kau ingat?” Nadira mengerutkan dahinya. Insiden? Insiden apa yang dimaksud pria itu? hal terakhir yang diingatnya tentang Gisna adalah ketidaksetujuannya atas pernikahan palsu sahabatnya itu. namun sekarang, saat melihat sahabatnya ber
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status