All Chapters of Side Story of Erhan: Chapter 21 - Chapter 30
65 Chapters
Bantu Aku
Ponselnya berdering. Dengan malas Nadira meliriknya. Dipikirnya itu Erhan yang mengganti cara membujuknya dengan mencoba meneleponnya. Tapi tidak. Panggilan itu memunculkan wajah Meta di layar. Nadira melirik jam di atas nakas. Pukul sembilan malam. Ia mengerutkan dahi, tidak biasanya Meta menghubunginya malam-malam seperti ini. "Ya?" "Ra, loe dimana?" "Apartemen, kenapa?" "Sir Lucas sadar!" Pekiknya. Nadira mematung seketika. "Ra?" "Ini beneran? Bukan hoax?" Tanyanya tak yakin. Terdengar suara gesekan kain. Kemudian suara. "Beneran. Ganjar barusan nelepon gue. Katanya Sir Lucas bangun. Gue mau otewe ke RS sekarang. Loe kesana juga?" "Iya, gue kesana sekarang." "Mah gue jemput?" "Gak usah. Gue sendiri aja." Lalu kemudian telepon di tutup. Nadira dengan cepat memasuki kamar mandi. Mencuci muka, ber
Read more
Kisah Lama
Caliana, Syaquilla, Adskhan dan Caliana sudah meninggalkan rumah sakit beberapa saat lalu. Kini hanya tinggal Lucas, Gisna dan Erhan di kamar. Erhan sengaja tinggal lebih lama untuk menemani Gisna. Ia merasa takut kalau-kalau ada sesuatu yang dibutuhkan Lucas ataupun Gisna. Dia tidak suka melihat sepupu iparnya yang tengah mengandung itu harus pergi kesana kemari dan membuat dirinya sendiri lelah. Jadi Erhan mengatakan kalau ia tidak mau kembali ke apartemen dan merasa kesepian sebagai alasan. "Han.." suara itu begitu lirih. Erhan yang sedang menonton berita di TV menoleh. Gisna tengah menatapnya. "Kamu manggil aku?" Tanyanya tak yakin. Wanita hamil itu mengangguk. "Ada yang kamu butuhin?" Tanyanya seraya bangkit dan mendekat ke arah tempat tidur. Gisna masih duduk di kursi samping tempat tidur. Nanti ketika hendak tidur, wanita itu akan naik ke atas tempat tidur dan berbagi ranjang rumah sakit yang tak terlalu besar itu
Read more
Ezgi
Nadira melangkah lesu masuk ke bagian depan apartemen. Tubuhnya entah kenapa terasa lelah. Ia menerima kunci mobil dari Feri begitu saja. Menggumamkan terima kasih dan tanpa melihat kepergiannya, ia masuk begitu saja ke bagian lobi terus mengarah menuju bagian dalam. Wangi lembut parfum terasa begitu dekat. Nadira menoleh dan melihat sosok wanita cantik sedang berdiri dekat dengannya. Wanita itu melirik Nadira sejenak. "Anda mau buka password nya?" Tanyanya dengan bahasa Indonesia yang masih terbata. Nadira tidak mengenal wanita itu. Daripada menaruh curiga, dia membiarkan wanita itu menekan password-nya terlebih dahulu. Siapa yang tahu kalau wanita itu sebenarnya sedang mengintip-intip, menunggu seseorang dan kemudian masuk ke area dalam apartemen jika ada kesempatan lalu melakukan kejahatan. Membobol salah satu apartemen misalkan? Atau dia seorang wanita yang sedang mengejar mantan kekasih yang sudah menolaknya, mungkin? Nadira tahu pikira
Read more
Alden
Nadira menyandarkan punggungnya di balik pintu. Napasnya berubah tak beraturan karena menahan amarah. Apa maksudnya wanita itu? ingin menyombongkan statusnya sebagai tunangan pria itu? Dan kenapa pula dia harus mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti akan berkencan? Dia benar-benar sudah gila. Alasannya benar-benar diluar nalar. Memangnya dia akan berkencan dengan siapa? Dan sekarang dia juga bingung harus pergi kemana. Baiklah. Sekarang ia sudah tertawan dengan kata-katanya sendiri. Dan jika dia tidak keluar apartemen, jelas akan semakin membuat dua sejoli itu curiga.  Alhasil, ia kini tengah membuka lemari pakaiannya, mencari apa yang menurutnya pantas untuk dikenakannya sebagai orang yang hendak "berkencan". Nadira meraih dress lengan panjang dengan panjang rok yang mencapai mata kaki yang memiliki bentuk leher V, sehingga sedikitnya menunjukkan belahan dadanya yang seksi. Mengenakan make-up sederhana dan me
Read more
Cemburu Nadira
Nadira melemparkan handbagnya ke atas sofa begitu saja, sesaat setelahnya ia membaringkan tubuhnya disana dan menutup matanya dengan sebelah tangan. Alden yang melihat kelakuannya hanya bisa menggelengkan kepala. Pria itu berjalan menuju dapur, mengambil sebotol air mineral dingin dan mendekati Nadira dan meletakkan minuman dingin itu di pipinya sehingga membuat gadis itu berjengit seketika. "So, mana janji kamu?" Tanya pria itu seraya duduk di salah satu kursi kosong disana. "Apa?" Tanya Nadira tanpa sedikitpun menoleh. Ia lebih memilih memainkan botol di tangannya sebelum kemudian membukanya dan menghabiskan hampir setengahnya sebelum meletakkannya di meja kaca yang ada di depannya. "Laki-laki itu.” Jawab Alden santai. Ia mengangkat sebelah kakinya dan meletakkannya di atas kaki yang lain. Membuat posisi duduk yang nyaman sebelum melanjutkan pertanyannya. “Kenapa kamu kelihatan marah banget sa
Read more
Cemburu Erhan
Sementara di tempat lain. Erhan mengabaikan Ezgi. Dia benar-benar marah pada wanita itu. Secara tidak langsung wanita itu telah membuat Nadira semakin menjauh. Bukannya semakin dekat. Baiklah, salah Erhan pula kenapa dia mau-maunya setuju saja mengikuti cara Ezgi. Setelah pulang kembali ke apartemen, Erhan terus menerus mengerang dalam hati. Telinganya terus menerus memantau Nadira. Berharap gadis itu pulang. Karena sungguh, jika ia melihat Nadira saat itu juga, ia akan memberondong gadis itu dengan segala pertanyaan dan akan mengakui tentang siapa itu Ezgi. Namun sampai pagi menjelang, Erhan tidak mendengar tanda-tanda keberadaan gadis itu. Erhan bahkan mengetuk pintu unit gadis itu sebelum berangkat kerja. Tapi gadis itu sama sekali tak merespon. Sehingga Erhan memastikan pada dirinya sendiri bahwa gadis itu memang tidak pulang semalam. Erhan melirik ponselnya. Lagi-lagi pesannya tak dibaca dan panggil
Read more
Profesi Erhan
Alden tampak tengah menyiapkan sarapan ketika Nadira keluar kamar pagi itu. Nadira sudah menghubungi Haira, istri Alden untuk meminjam pakaiannya. Kebetulan mereka memang memiliki tinggi badan yang sama, jadi Nadira tidak terlalu kesulitan memilih pakaian yang cocok untuknya. Ia mengenakan kaos berlengan pendek berwarna putih dengan tulisan di bagian punggung dan celana jogger hitam sebetis. "Kamu mau pulang?" Tanya Alden saat melihat Nadira sudah segar. Nadira menggelengkan kepala. "Lantas? Mau kemana sepagi ini?" Nadira berjalan menuju pantry, membuka lemari es dan mencari buah-buahan yang bisa dimakannya. "Aku ada jadwal gym pagi ini dengan pelatih kebugaran." Ia meraih pisau dan membagi dua buah naga yang ditemukannya. Alden meletakkan semangkuk salad sayuran di atas meja sebagai teman sosis panggang dan telur mata sapi. "Sarapanmu." Ucap pria itu sebelum menuangkan sebagian salad ke dalam piringnya sendiri.&
Read more
Maaf, Tapi Saya Kurang Tertarik
Dua puluh menit kemudian Nadira sudah berganti kembali mengenakan kaos dan jogger yang tadi ia kenakan saat berangkat. Dari area gym yang ada di lantai tiga. Ia naik ke lantai lima dimana ruang managemen berada. Lantai lima itu diisi oleh para staf administrasi. Dan disana pula lah letak ruang CEO agency mereka berada. Sebelumnya managernya, Fera bin Feri sudah memberitahukan bahwa pria setengah matang itu akan menunggunya disana, mereka hendak membahas sesuatu mengenai pemotretan mereka yang baru yang rencananya akan dilakukan secara berpasangan. Dan pasangan Nadira kali ini kemungkinan besar akan bersama Will lagi. Mengingat chemistry mereka ketika fashion show mereka tempo lalu berhasil. Nadira mengetuk pintu kaca hitam bertuliskan ruang CEO di hadapannya. Perintah untuk masuk ia dengar. Ketika membuka pintu, ia kembali dibuat terkejut dengan keberadaan Erhan disana. Kenapa pria itu terlihat seperti bunglon di mata Nadira? Karena belakang
Read more
Bukan Jovita
Erhan berdiri seketika. Tanpa aba-aba ia menarik tangan Nadira dengan gerakan cepat. Membawanya ke salah satu ruangan dan menguncinya dari dalam. "Apa yang kamu lakukan?!" Nadira menyentakkan tangannya dari pegangan Erhan. Matanya memandang pria itu tajam. "Aku yang seharusnya bertanya. Apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu menolak kontrak ekslusif itu tanpa sejenak pun memikirkannya?" tanya Erhan tajam. "Karena itu mauku dan itu hak ku!" jawab Nadira tak kalah tajamnya. "Tapi itu bukan hal yang main-main.” “Aku tahu itu bukan hal yang main-main, makanya aku menolaknya. Bukankah kalian semua sudah mendengar alasannya?” “Itu hanyalah alasan bodoh.” Elak Erhan. “Setidaknya pikirkan dulu sebelum membuat keputusan. Jangan sampai kamu menyesalinya? Atau semua ini ada urusannya denganku?" "Apa maksudmu?" Nadira menatap Erhan
Read more
Gue Pikir-Pikir Lagi
Sementara itu. Fera bin Feri berusaha mengejar dan mencari keberadaan Nadira. Wanita satu itu memang punya emosi yang menggebu-gebu. Namun biasanya, jika urusannya dengan pekerjaan, dia selalu menjadi orang yang paling masuk akal. Tapi ada apa dengannya kali ini? Kontrak ekslusif yang diajukan Levent itu nilainya tidak main-main. Seperti yang sudah Fera bin Feri katakan sebelumnya, bahwa nilai kontrak itu bisa menutupi seluruh biaya sekolah yang selama ini Nadira inginkan. Tapi wanita itu.. Fera hanya bisa menggelengkan kepala tak paham.  Nadira ternyata masih berada di lantai yang sama. Gadis itu tengah berbicara dengan pasangan catwalk-nya. Siapa lagi jika bukan William Chandra. Pria berkebangsaan Indonesia Inggris itu sudah beberapa kali dipasangkan dengan Nadira. Dan sebenarnya chemistry diantara keduanya itu sangat cocok. Banyak orang yang menduga keduanya menjalin hubungan di belakang layar. Padahal sebenarnya
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status