All Chapters of Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]: Chapter 101 - Chapter 110
123 Chapters
101 - Forgiveness
Embusan napas panjang menyertai tangan Hailey yang bergerak sembari memegang sendok mendekati bibir Christian. Namun, pria itu hanya terus diam dengan pandangan kosong. “Makanlah. Kata dokter kau harus banyak makan supaya cepat pulih,” ucap Hailey dengan lembut. Wanita muda itu kembali mendorong sendok di tangannya hingga ke depan bibir Christian, akan tetapi perlakuan lembut Hailey malah dibalas dengan tatapan sinis oleh Christian. “Sudah kubilang agar kau segera pergi dari sini,” ucap Christian dengan nada sinis dan tatapan nyalang. Hailey mendesah. Ia meletakan perlatan makan ke atas nakas lalu duduk di samping bangsal. “Aku akan pergi setelah kau sembuh,” kata Hailey. Christian mendecih lalu mengalihkan pandangannya. “Bukannya kau ingin agar aku cepat mati?” “Apa aku pernah mengatakan itu?” Christian terdiam. Ia menghela napas panjang sampai kedua pangkal bahunya ikut terangkat. Desahan napas yang keluar dari mulutn
Read more
102 - Thanks for Coming Back
Satu bulan kemudian__________________Kenedict berlari menyusuri lorong koridor rumah sakit. Jantungnya berdetak meningkat ketika langkah kakinya semakin dekat. Kent makin tak sabar, ia langsung mengayunkan tangannya menekan gagang pintu. “Ilona.” Panggilan tersebut keluar disertai dengan embusan napas panjang yang menggema di ruangan VVIP rumah sakit ini. Jantung Kenedict serasa berhenti berdetak selama beberapa detik kemudian datang memberikan hantaman yang kuat hingga suaranya menggema dalam kepala Kenedict. Dag-dig-dug-dug-dag … Hentakan keras di dada Kent membuat pria itu menelan ludah. Seakan-akan jika ia tidak melakukan itu, jantungnya akan melompat keluar. Kent kembali mengambil langkah. Sambil tatapannya tidak lepas mematri tatapan pada sepasang manik berwarna cokelat yang terlihat tengah memandanginya dengan pandangan kosong. Empat orang tim medis mengitari bangsal si gadis dan nampaknya mereka telah selesa
Read more
103 - The Girl With Lost Memory
Kenedict tersenyum sambil mendorong punggung Ilona untuk kembali bersandar ke headboard. Beberapa saat yang lalu seorang staff rumah sakit datang membawakan makanan untuk Ilona. “Kau pasti lapar. Sekarang kau makan, yah?” Walau sedari kemarin tak ada satu pun ucapannya yang dibalas oleh Ilona, Kenedict tetap konsisten mengajak Ilona berbicara. Semalam dia mendampingi Ilona. Menunggu gadis itu sadar, lalu kembali berbicara padanya. Kent tak akan menyerah sedikitpun. Dia sudah berjanji. Kali ini ia telah berhasil membuang perasaan emosional walau hatinya terkadang masih berkedut perih. Namun, sebisa mungkin, Kenedict tak ingin lagi menangis untuk Ilona. Sudah cukup. Gadis itu butuh seseorang yang kuat dan Kenedict bukan seseorang yang melankolis. Dia tangguh. Kent yakin itu. Melihat Ilona sudah siuman adalah hal terbaik yang patut disyukuri. Akhirnya doanya terkabul dan kekasihnya telah kembali. Kenedict juga sudah bersumpah tak akan mengulangi keburuka
Read more
104 - Getting Better
“Ilona. Ayo ucapkan lagi Il-“ “Il – lo … na.” “Bagus.” Kenedict tersenyum. Ia mengusap puncak kepala Ilona dengan lembut. Sementara di samping mereka, Christian malah melongo. Ia masih tidak paham harus berbuat apa. Sedari tadi pria itu hanya mematri tatapan kepada dua orang di sampingnya. Seharian ini dia tidak bicara apa pun. Apa pun. Sungguh. Dia bisu seharian. Sejak semalam Christian tidak bisa memejamkan matanya. Terlebih, saat Kenedict menjelaskan keadaan Ilona, mendadak Christian jadi bisu. Bahkan tak ada selera untuk makan. “Chris, makan makananmu. Sialan kau membuatku harus mengurusimu. Lagi pula kenapa kau mengusir Hailey, hah?” Christian mendengkus. Ia memutar pandangannya kepada Kenedict. “Jangan sebut nama wanita itu,” desis Christian. “Oh, sekarang kau bicara? Kupikir kau bisu,” kata Kent sarkasme. “Kalau begitu makan. Kau menunggu aku menyuapimu.” “Diamlah, Kenedict, demi Tuhan!” Kali ini giliran
Read more
105 - Gratefulness
Kenedict membawa satu tangannya terlipat di depan dada, sementara satu tangannya lagi yang telah mengepal bergerak meninju pelan bibirnya. Sejak tadi ia mondar-mandir di depan sebuah ruang pemeriksaan. Lebih dari gelisah pria itu saat ini. “Kent, tidak bisakah kau duduk saja? Kau mulai membuatku pusing,” keluh Christian. Dia menegur Kenedict, padahal sedari tadi jantungnya terus bertalu dengan kencang dan duduknya semakin gelisah. Ilona telah dibawa ke sebuah ruangan kedap suara. Kent dan Christian sempat melihat ruangan tersebut. Sebuah ruangan dengan dinding berwarna putih. Kaca bentangan di dinding menghadap keluar. Sebuah kursi seperti ditempat relaksasi. Alat monitoring dan juga sebuah ventilator. Ilona di dudukkan di tempat tersebut lalu dipasangkan alat mirip earphone. Seorang pria bernama Charter merupakan teman dokter Anna dan ia seorang psikiater ternama di Inggris. Terakhir kali, mereka melihat Ilona diberi suntikan amobarbital sebelum akhi
Read more
106 - Please Take Care My Ilona
Pada akhirnya aku hanya bisa memandang. Sepertinya takdir memang telah menggariskan dirinya untukmu. Menjadi pilihan terbaik. Dan aku telah berada pada posisi yang tepat di mana aku hanya bisa memandangimu dari jarak yang cukup jauh. Christian Archer~ _______________ “Satu suapan lagi, aaa … bagus.” Kent tersenyum lalu meletakan peralatan makan Ilona ke atas nakas. Pria itu memutar pandangannya pada bangsal di samping tempat tidur Ilona. Seketika ia mendengkus. “Chris, demi Tuhan, katakan padaku kau ingin makan apa, hah? Wellington? Rib eye? Lobster? Katakan!” kata Kent nyaris menyentak. Christian mendengkus. Ia memalingkan wajah ke samping sekadar untuk menghindari tatapan Kenedict. Sejurus kemudian tangan Christian mulai terangkat memasukkan makanan ke dalam mulut. Tidak ada pilihan lain. Ia benci terus diomeli oleh adiknya. Ya, walaupun Christian juga merasa senang, akhirnya Kent memerhatikannya. “Hari ini kau terapi, kan?”
Read more
107 - Love not to be understood but to be felt
Satu jam berada dalam pesawat pribadi milik Kenedict Archer, akhirnya mereka pun tiba di kota London. Sebelumnya, Kenedict sudah membeli sebuah aset real estate kelas dunia di jantung kota London. Penthouse seharga 241 juta dolar itu dibeli Kenedict pada seorang pengusaha asal Asia beberapa waktu yang lalu. Rencananya Kent akan menetap di sini setelah menikah. Ia tak menyangka jika dia dan Ilona akan kemari walau bukan sebagai pasangan suami istri. “Tuan, biar saya dan Jane yang bawakan barang-barangnya,” kata Massimo. Kenedict mengangguk. Sambil mendekap tubuh Ilona, mereka pun masuk ke apartemen luxury tersebut. Selain harganya yang fantastis, bangunan ini dilengkapi dengan jendela anti peluru dan selalu dijaga oleh petugas keamanan spesial yang sudah terlatih. Apartemen seluas 1579 m2 ini akan menjadi tempat tinggal Kenedict dan Ilona selama enam bulan kedepan. Sebagai tamu VVIP, Kent memiliki lift khusus yang hanya diperuntukkan un
Read more
108 - Do You Love Me?
Pagi hari yang indah di The King Tower Penthouse. Cahaya yang menyelusup lewat celah gorden yang tidak tertutup membuat tidur Ilona terganggu. Tampak kelopak matanya bergerak. Sedetik kemudian sepasang manik cokelat mulai terlihat. Ilona masih butuh beberapa detik sebelum akhirnya kelopak matanya terbuka sempurna. Senyum di wajah gadis itu ketika menatap suguhan pemandangan indah di hadapannya. Ada sepasang manik berwarna hijau yang kilatannya bak batu zamrud menyambut pemandangan pertamanya. “Good morning.” Dan suara bariton berat barusan menjadi nada termedu yang ingin ia dengar setiap saat. “Good morning,” balas Ilona dengan suara serak. Suara yang mampu membangunkan Kenedict dari kegelapan yang panjang. Suara yang tak akan pernah rela dilupakannya bahkan walau hanya sedetik. “Bagaimana tidurmu, Tuan putri?” Sambil menahan wajah dengan tangan yang bertumpu di atas bantal, Kenedict mulai menggerakkan tangan kanannya.
Read more
109 - My Tiger Has Come Back
Cinta itu adalah sebuah ketulusan. Kau tidak perlu mengerti arti kata cinta. Karena cinta hadir untuk dirasakan. Kenedict Archer~ _______________Bethlem Royal – London10.09 AM________Sambil berpegangan tangan dengan erat, Kenedict dan Ilona memasuki lift. Sebelumnya, Kent telah menghubungi asisten dokter Charter dan mereka sepakat bertemu pagi ini. Setibanya di lantai lima, Kent langsung menghampiri seorang staff rumah sakit yang telah berdiri saat melihat kedatangan mereka. “Dokter Charter,” ucap Kent. Wanita itu berjalan meninggalkan kubikelnya. Sambil menjulurkan tangan, ia menuntun Kenedict dan Ilona memasuki sebuah ruangan. Tampak seorang pria tengah duduk di kursi kerjanya. Kaca mata berwarna putih bertengger di wajahnya. Ia menoleh ketika mendengar suara pintu. Pria itu bangkit dari tempat duduknya. “Hai,” sapa dokter Charter saat melihat dua orang muda yang baru masuk. Kent dan Ilona komp
Read more
110 - Trigger
“LEPAS!” teriak Ilona. Gadis itu menepis tangan Kent yang hendak meraih pundaknya. “Ayolah … bukannya kau juga menikmatinya?” Kent menyeringai. Saat Ilona memutar pandangannya, pria itu pura-pura bersiul sembari membuang muka menghindari tatapan membunuh milik Ilona. “It’s not funny!” gerutu Ilona nyaris membentak. “But you enjoyed, right?” Ilona kembali mendengkus. Gadis itu mengentakkan kedua kaki sambil berjalan menuju mobil. Massimo sedari tadi telah berdiri dan ia sedang menantikan kedua majikannya. Kenedict kembali mengembuskan napas panjang seraya berdecak dan menggelengkan kepalanya. Pria itu melangkah menuju mobil. “Massimo kita kembali.” “Baik, Tuan.” “TIDAK!” Ilona berteriak dari dalam mobil. “Kau bilang kita ke karnaval,” ucap gadis itu sambil menatap Kent dengan wajah marah. Kent tersenyum. Dia menaruh satu tangan ke atas pundak Ilona. Pria itu mendekat. Embusan napas darinya menyapu sebelah
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status