All Chapters of Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]: Chapter 111 - Chapter 120
123 Chapters
111 - Kill Me
Kenedict langsung membungkus tubuh Ilona dengan tubuhnya saat suara tembakan terdengar. Orang-orang di jalanan berbondong-bondong melarikan diri. DOR Sementara suara tembakan masih menggema, Kent mendorong tubuh Ilona menjauh dari trotoar. Mereka memasuki jalanan sempit di antara pertokoan. “Kent, ada apa?” tanya Ilona. “Ada teroris. Kau tidak dengar suara tembakan itu?” Kenedict masih menudungi punggung Ilona dengan tubuhnya dan saat ia berbalik, pria itu pun menyeringai. Lewat sudut matanya, ia memberikan hinaan pada sepasang manik berwarna abu-abu yang memandangnya dengan tatapan membunuh. “KENEDICT.” Ilona hendak menoleh saat mendengar suara teriakan seorang gadis yang terdengar begitu lantang, membuat Ilona begitu penasaran. “Siapa itu?” “DIA TIDAK BISA MEMILIKIMU, KENEDICT KAU HARUS CAMKAN ITU!” Kent menoleh. Pria itu terlihat begitu santai. Tak perduli dengan senjata yang sedang diarahkan oleh wan
Read more
112 - Forgive Me and Let We Forget All
Layla mengembuskan napas panjang. Kedua pangkal bahunya lemas. Jantungnya seperti diremas. Ia mendukkan kepala. Sementara di depannya, Kenedict meringis. Dada sebelah kanan mengeluarkan darah. Rahangnya mengencang dan ia memaksa tubuhnya berdiri. Kent menunduk di depan kaki Layla lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Seketika tangisan Layla pecah. “Maafkan aku, Layla,” gumam Kent. Pria itu memeluk Layla sangat erat. Membiarkan rasa sakit yang memang pantas ia dapatkan. Bahkan menurut Kenedict, semua ini masih tidak seberapa. Sedetik yang lalu Kenedict memang berharap Layla menembaknya di jantung. “Aku sadar kelakuan burukku telah merusak mental beberapa wanita termasuk dirimu.” “Kent, apa yang salah dariku, hah? Mengapa aku tidak bisa memilikimu? Mengapa kau lebih memilih wanita kampungan itu, Kent? Apa kurangnya aku ini, hah!” Suara Layla bak berubah menjadi decitan tikus. Kent menarik dirinya dari pelukan Layla. Wanita
Read more
113 - I'm A Bastard
Ilona berdiri dari tempat duduknya saat ia mendengar suara pintu lift. Cepat-cepat gadis itu berjalan ke lorong yang memanjang hingga ke arah lift. Embusan napas panjang yang keluar dari mulut menggema di sepanjang hallway. “Kent,” gumam Ilona. Dengan degup jantung yang berdetak meningkat, memacu kakinya berlari menghampiri pria bertubuh atletis yang baru keluar dari dalam lift. Terlihat senyum di wajah pria itu ketika ia membuka kedua tangan. Deru napas Ilona kembali menggema saat ia menabrakan tubuhnya pada dada bidang sang kekasih. Ilona menutup mata. Mengucapkan syukur dari hatinya. “Kau ke mana saja, Kent. Ya Tuhan, aku sangat menghawatirkanmu.” Kenedict tersenyum simpul. Ia menahan tengkuk Ilona lalu mendaratkan bibirnya pada puncak kepala gadis itu. Sementara Ilona masih memeluk tubuh kekar di depannya dengan begitu erat. “Maaf membuatmu khawatir, Sayang.” Ilona akhirnya melonggarkan pelukan. Perlahan, ia mulai menarik d
Read more
114 - Love Incredible
Enam bulan kemudian ….______________________Entakan sepatu pantovel berwarna hitam metalik menggema di sepanjang lorong Bethlem Royal. Seorang pria dalam balutan jas formal berwarna hitam berlari cepat menghampiri sebuah ruangan. Ia bergegas meraih gagang pintu dengan tangannya.Seorang wanita muda sontak memalingkan wajahnya ketika sekelebat angin bertiup ke arahnya. Dia tersenyum menatap seorang pria yang tampak begitu gelisah di pintu. Tangan pria itu masih memegang gagang pintu saat ia mengembuskan napas yang sedari tadi menyesak di dada.“Kent ….”Panggilan barusan membuat Kenedict menelan ludah sambil menutup matanya. Ia kembali melepaskan napas panjang lalu mulai mengambil langkah menghampiri gadisnya.Sekali lagi Kent menelan ludah lalu duduk pada sebuah sofa berbentuk kotak yang menghadap langsung ke tempat duduk si gadis berpakaian sweater rajut berwarna putih.“Bagaimana terapimu?”
Read more
115 - Never Forget You
Milan – Lombardia, Italia. _____________________“Semua sudah siap, Tuan.” Seorang pria dalam balutan sweater rajut berwarna hitam dan celana jins berwarna biru bangkit dari atas bangsal rumah sakit yang telah selama enam bulan ini menjadi tempat tinggalnya. “Terima kasih, Theo.” Dia berucap setelah asistennya memberikan over coat berwarna cokelat. Mereka bersiap meninggalkan rumah sakit ini. Setelah dokter ortopedi mengatakan jika Christian Archer telah sembuh dari cedera kakinya seminggu yang lalu. Tidak mudah. Selama enam bulan ini, Christian Archer menahan rasa sakit. Mengikuti fisio terapi bukanlah hal yang gampang bagi seseorang yang memiliki cedera kaki parah. “Tuan,” panggil Theo. Ia memberikan kruk kepada Christian. “Aku tidak membutuhkannya,” kata Christian. Asistennya tak dapat membantah. Melihat tuannya mampu berdiri dengan kedua kaki, membuat ia senang. Perjuangan sang tuan akhirnya
Read more
116 - After All This Time
Christian menatap dirinya di depan cermin. Kameja berwarna putih dengan dasi hitam metalik tampak begitu gagah membalut tubuh kekarnya. Namun, wajah pria itu terlihat suram. Terdengar dari embusan napas panjang yang menggema di dalam deluxe room hotel mewah ini. “Sepertinya aku memang harus diet,” gumam Christian. Sekali lagi ia menatap dirinya dari pantulan cermin. Oke, Chris tak menyangka jika dirinya akan termakan ucapan manipulative adiknya sendiri. Akhirnya semalam Christian ke salon yang berada di dalam hotel ini. Dalam semalam, Chris bisa mengembalikan tampilannya. Dia terlihat makin tampan dengan tatanan rambut klasik yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. Pria itu tak pernah mengganti gaya rambut sama sekali. Terlalu betah dengan potongan rambut crew cut. Tak lupa Christian juga mencukur kumis. Ah! Ini sungguh tidak adil. Sejauh ini Christian memang tak pernah memerhatikan dan memedulikan penampilannya. Hanya saja … entah mengapa
Read more
117 - Don't Go
Dua jam lebih duduk dalam posisi tegang. Gelisah. Gugup. Terus terdengar suara deheman berbalas-balasan.Sesekali saling mencuri pandangan lalu membuang muka saat tak sengaja bertabrak pandang  . Seperti seorang pencuri yang sudah tahu akan tertangkap, tapi tetap ke sana.“Bagaimana dengan Anda, Mr. Chris?”Christian akhirnya bergeming. Pria itu menoleh ke samping. Ia bergumam lalu menaikkan kedua alis.“Apakah Anda punya ide lain?” tanya seorang pria pertengahan tiga puluh.Christian berdehem. Sejujurnya pria itu tak bisa berkonsentrasi. Ia telah berusaha selama dua jam penuh untuk membentuk konsentrasi di otaknya, akan tetapi Christian gagal. Otaknya berhenti berpikir. Terpusat pada bagaimana seorang Hailey McAvoy bisa berada satu ruangan dengannya. Dan kenapa dia sangat sialan cantik.“Ehem!”Entah Christian sadar atau tidak, wajah Adonisnya kini sedang berubah warna. Bagai udang yang terken
Read more
118 - Sweet Karma
Dan sekarang aku sadar, jika sebenarnya ada tempat di mana seharusnya aku berada di sana. Berlari ke sana. Tempat yang pernah kuanggap sebagai sebuah kengerian. Kini berdiri di depanku sebagai penyembuhku.Christian Archer~______________ Restoran di hotel mewah ini sedikit ramai, oleh karena para eksekutif global company memilih untuk makan siang di Ritz Carlton.Terdengar gelak tawa dari suara bass berat milik tuan Dune. Diikuti kekehan dari beberapa teman sebayanya. Mereka menikmati makan siang dengan santai. Berusaha menghilangkan formalitas yang mengikat.Namun, ada satu tempat dekat jendela yang suasananya sangat canggung. Dua orang muda memilih untuk duduk di tempat tersudut. Seolah-olah yang lain memang memberikan ruang bagi mereka. Sesekali mereka memandang pada pemandangan di luar jendela. Namun, semua itu sekadar untuk melepaskan gugup yang sedari tadi membalut suasana makan siang mereka.&ldq
Read more
119 - Happily Ever After
London – England09.23 AM________Kenedict mondar-mandir di dalam ruang ganti. Sementara di sudut ruangan terdengar embusan napas panjang dari Christian yang sedang duduk di kursi tunggal berwarna putih.“Kent, apa kau butuh popok?” cibir Christian. Pria itu gemas melihat tingkah Kent.“Sial!” Kent mendesis sambil menatap kakaknya dengan nyalang.Wajahnya pucat. Benar-benar pucat, tapi telinganya merah. Ia kembali berlari ke kamar mandi dan datang setelah sepuluh detik. Christian menggelengkan kepalanya. Pria itu akhirnya berdiri lalu mengambil jas berwarna hitam yang disampirkan ke sandaran kursi.TOK TOKKeduanya kompak menengok ke arah pintu. Hailey muncul dengan senyum sumringah.“Mempelai wanita telah siap,” kata Hailey.Christian tersenyum. Ia menjulurkan tangan saat Hailey berjalan cepat menghampirinya. Pria itu mendekap tubuh Ha
Read more
To All My Dearest Loved Ones
Hallo :)Dengan berakhirnya kisah romansa dewasa ini, aku mau mengucapkan terima kasih untuk seluruh pembacaku yang sudah mengikuti kisah ini dari awal sampai akhir. Terima kasih juga untuk kalian yang telah berbaik hati memberikan VOTE & RIVIEW untuk novel ini. Mohon maaf apabila Novel ini kurang memuaskan. Sekali lagi, novel ini hanyalah sebuah karangan yang datang dari imajinasi penulis. Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata dan tidak ada maksud untuk menyinggung satu dan atau beberapa pihak/golongan. Apa pun yang tersuguhkan dalam novel ini, niatnya hanyalah untuk menghibur. Semoga ada pesan moral yang bisa diambil dari kisah Kenedict, Christian, Ilona dan Hailey. Sampai bertemu di karya-karyaku selanjutnya, yah :)Sehat terus. Jaga kesehatan dan semoga TUHAN MEMBERKATI :)Your lovely Author : DREAMER QUEEN   
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status