Semua Bab Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]: Bab 31 - Bab 40
123 Bab
31 - I Will Set You Free
“Kau mau coba merasakannya?”   Ilona membelalak. Alam bawah sadarnya berhasil menampar gadis itu mengembalikan kesadarannya. “No!” tolak gadis itu dengan telak. Ia menggelengkan kepala sambil melotot pada Kent. Sadar jika semua ini semakin menjeremuskan dirinya pada hal yang tidak senonoh, Ia pun memalingkan wajah. Menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan cepat. Gadis itu mengangkat kakinya dan pergi dari sana. Meninggalkan Kent di bawah shower dengan perasaan kecewa. “FUCK!” Kent menggeram. Ia menonjok dinding di depannya. Lagi-lagi kesempatan itu hilang. Harusnya ia tidak perlu bertanya lagi. Harusnya ia langsung menyerang Ilona. Menyerbu bibir merah muda itu dengan lumatan, pasti dia akan langsung luluh dan akhirnya dia sendiri yang akan menjerit memohon pada Kent untuk segera menyetubuhinya. “Fuck you, silly girl!” umpat Kent lagi. Ia memutar lutut. Dengan cepat mematikan shower lalu beranjak mengambil handuk sekedar untuk me
Baca selengkapnya
32 - Speechless
“Mr. Kent,” panggil Ilona. Ia menghampiri Kent yang sedang duduk di ruang tengah sambil menatap iPad di depannya. Pandangan yang awalnya fokus itu, kini teralihkan. Ia menatap gadis di depannya. Meneliti penampilannya dari ujung rambut hingga kebawah. Dress midi berwarna dasar kuning dengan motif bunga-bunga. Rok bagian bawahnya terbuka membentuk huruf A selutut. Kent semakin menurunkan tatapan. Ilona terlihat sangat manis dengan pakaian itu. Di tambah hak setinggi lima senti yang membungkus kaki mungilnya. “Mr. Kent?” panggil Ilona lagi. Kent bergeming. Ia langsung membuang muka. Kent berdehem kemudian. “Kenapa lama sekali, hah?” tanya Kent tanpa menatap Ilona. “Maaf, aku harus memilih pakaian yang layak. Dan setelah mencari agak lama, akhirnya aku menemukan pakaian ini. Hanya ini yang nyaman di tubuhku,” ujar gadis itu. “Terserah kau!” Kent langung mematikan iPadnya. Ia menarik napas lalu membuangnya dengan cepat. Pria itu berdiri dari tempa
Baca selengkapnya
33 - I'm Not Jealous
“Cepat!” “Oh ya Tuhan!” Ilona memilih untuk berlari. Tinggal beberapa langkah lagi dan dia akan sampai namun sialnya ia malah tersandung oleh kakinya sendiri. Tubuhnya melayang. Gadis itu refleks mengangkat tangannya dan …. BUKK Ilona melotot. Kent pun melotot. Sesuatu terasa basah. Astaga ini benar-benar gila! Ilona menarik dirinya dengan cepat. Ia berdiri. Jantungnya telah bertalu dengan kencang sejak dua detik yang lalu. ‘Sialan.’ Gadis itu mengumpat dalam hati. Tangannya bergerak sendiri merapikan pakaiannya kemudian ia menyeka bibirnya dengan kasar. “Hei!” teriak Kent. Dia masih terbaring di atas lantai. “Wh- what?” Ilona menggagap. Mendadak ia menjadi begitu panik. Antara memandang Kent atau memperbaiki berdirinya. Ia sungguh tidak bisa mengendalikan dirinya saat ini. Ya Tuhan, mengapa juga ia harus mendarat di atas tubuh Kenedict dan yang lebih penting, sebuah ciuman tercipta karena insiden barusan. “Bantu aku be
Baca selengkapnya
34 - I Will Bring You Back
“Kau tunggu disini selagi aku mengikuti rapat. Ada TV di sana,” ucap Kent sambil menunjuk sudut kanan ruangan. “Kau bisa menonton, atau apa pun. Yang jelas kau tidak boleh berkeliaran di perusahaan ini. Oke?” Kent meraih tissue lalu membersihkan mulutnya dengan cepat. Pria itu kemudian berdiri dari duduknya. Tak ada kalimat lagi. Ia langsung keluar dari ruangannya dan bergegas menuju ruang rapat. Ilona masih duduk dengan perasaan campur aduk. Ia menepis bibirnya saat kembali mengingat perkataan Kenedict. ‘Kau cemburu?’ Hanya dua kalimat itu yang sanggup menimbulkan konflik dalam dirinya. ‘Untuk apa aku harus cemburu? Lagi pula jika ia, semua itu untuk apa? Cemburu pada Kent, untuk apa? Apa pria itu akan peduli?’ “Cih!” Ilona menertawi pemikirannya sendiri. “Sadar!” bentaknya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Ia berdiri. Menghampiri dinding bentangan di depannya. Ilona bersandar di sana selama beberapa saat. Memandangi Sillicon Vall
Baca selengkapnya
35 - New Place
Kent memutar tubuh. Ada kekecewan di sana. Membentang luas dalam lubuk hati ketika bibirnya sendiri yang mengatakan janji itu. Memikirkan kembali apakah ia benar-benar telah siap melepas gadis yang belakangan ini mengisi hari-harinya. Apakah semuanya memang akan terlepas begitu saja ketika gadis itu bersedia bertelanjang dan menerima tubuh pria itu sepenuhnya. “Ayo,” ucap Kent. Ia kambali menoleh. Menjulurkan tangan yang kemudian di sambut oleh sang gadis. Berpegangan tangan namun entah mengapa kali ini Kent merasa berdebar-debar dalam hatinya. Kent berhenti tepat di samping kubikel sekertarisnya. “Layla, tolong batalkan semua rapatku hari ini. Termasuk wawancara dengan TV internasional,” ujar Kent. Layla mengerutkan dahi. Ia telah bekerja bertahun-tahun bersama Kent. Ia mengenal betul bagaimana sifat seorang Kenedict Archer. Pria itu tidak pernah membatalkan rapat apa pun selama ini. Dan hari ini, entah kenapa Kent jadi semakin aneh hanya karena seorang gadi
Baca selengkapnya
36 - Doesn't Make Sense
“Apa Anda mau minum? Mau kubuatkan jus?” tanya Ilona. “Tidak. Aku tidak ingin apa pun. Cukup temani saja diriku.” “Hei, ap-“ Ilona melotot dengan perbuatan Kent yang tiba-tiba berbaring dan menaruh kepalanya di atas paha Ilona. “Mr. Kent!” pekik Ilona. “Biarkan seperti ini,” ucap Kent. Pria itu langsung menutup wajah dengan tangan kanannya. Ilona menarik napas. Bahunya ikut terangkat secara alamiah. Belum pernah ada yang tidur di pangkuannya selain Gregory. Gadis itu makin merindukan kekasihnya. “Dia kekasihmu?” Ilona mengerutkan dahi. “Kau bisa baca pikiran orang lain?” Kent tiba-tiba menyingkirkan tangannya. “Jadi kau sedang memikirkannya?” hardik pria itu dengan mata yang melebar. Ilona menarik punggungnya. Ia memanyunkan bibir. “Kenapa? Dia kekasihku,” jawab gadis itu dengan polos. Kent mendengkus lantas menarik dirinya. Ia terduduk kembali. Napas gusarnya kentara sekali. Oh ya Tuhan. Ilona m
Baca selengkapnya
37 - Falling In Love ??
“Sial!” geram Kenedict. Ia mendorong kepalan tangannya kebawah. Tubuh pria itu berbalik. Ia berlari menghampiri kolam renang. Tak berpikir lagi, pria itu langsung menjatuhkan dirinya kedalam kolam. Tangan jenjangnya langsung meraih tubuh mungil yang tak lagi bergerak di dalam air.“Sial!” Ia mengumpat lagi. Kent mengangkat tubuh mungil itu hingga ke pinggiran kolam. Ia bergegas naik. Duduk di samping tubuh mungil itu dengan perasaan cemas. Kent bergegas memberikan pertolongan. Ia tahu jika gadis ini masih bernapas. Lagi pula hanya beberapa menit. Tidak mungkin ia mati.Kent meletakkan kedua telapak tangannya di depan dada Ilona. Ia menarik napas dan membuangnya seiring dengan menekan kedua tangan yang tumpang tindih di atas dada Ilona. Ia menekannya sebanyak tiga puluh kali dan ia melakukannya dengan cepat. Setiap dorongan membutuhkan waktu sebanyak satu detik. Untuk tiga puluh kali dorongan, pria itu melakukannya dalam waktu tiga puluh detik.
Baca selengkapnya
38 - Babysitter
‘Tahu apa kalimat yang cocok untukmu?’Lagi-lagi Kent menengok bayangan itu. Ia semakin kesal.‘Jatuh cinta.’Kent terkekeh sinis. Ia menggelengkan kepala kemudian tertawa.“Astaga …,” gumamnya.Pria jenius itu tak percaya jika sekarang dia sedang berdebat dengan batinnya. Lagi pula apa-apaan pemikirannya barusan.“Jatuh cinta?” Kent mengulang kalimat itu, kali ini dengan bibirnya. Ia tersenyum kecut kemudian menertawai dirinya sendiri. Sambil berkacak pinggang, pria itu terus saja menggoyangkan kepala.“Jangan gila,” gumamnya lagi. Masih dengan menggelengkan kepala.Bergulat dengan batinnya sendiri. Namun, di saat bersamaan jantungnya malah berdetak dua kali lebih cepat. Rasanya begitu gugup saat membayangkan wajah Ilona yang seolah berada tepat di depannya. Pria bermata zamrud itu menepis bibirnya. Ia menggeleng untuk terakhir kali lalu bergegas meninggalkan d
Baca selengkapnya
39 - What's Wrong With Me?
Ilona mengernyit kemudian terdengar suara serak yang berubah menjadi erangan lirih. Bulu matanya tampak bergerak begitupun dengan kelopak mata yang perlahan terbuka. Ilona mengusap tenggorokkannya yang tersekat dan terasa begitu kering.Tubuhnya sangat lemas, demikian dengan napasnya. Terasa begitu panas di depan wajah. Ilona menarik napas lalu membuangnya dengan cepat. Sekuat tenaga ia berusaha untuk membalikkan tubuh, berharap ada segelas air di atas nakas.“Eh?” Gadis itu kembali mengernyit saat melihat tangan seseorang melingkari pingganggnya. Segera setelah dia membalikkan tubuh sepenuhnya, ia jadi begitu kaget.“Mr. Kent?” gumamnya dengan suara parau.Ilona menatap pria yang sedang tertidur dengan posisi terduduk di atas lantai. Hanya wajahnya yang berada di tepi ranjang sementara tangan kanannya berada di atas tubuh Ilona. Melingkar pada pingang rampingnya.“Mr. Kent,” bisik Ilona. Ia kembali mengernyit sa
Baca selengkapnya
40 - Changed
Ilona menarik napas dalam-dalam. Ada senyuman yang menghiasi wajah itu, walau kelopak matanya masih tertutup. Kesadarannya belum terkumpul sempurna, hanya saja pagi ini hatinya begitu lega. Ada perasaan senang juga, yang mungkin datang dari alam bawah sadar sang gadis.Semalam ia bermimpi jika dirinya sedang sakit dan Kenedict berubah menjadi pria baik hati yang bersedia memberikannya makan malam. Rasanya Ilona tidak ingin bangun. Bermimpi saja seperti ini sepanjang hari. Mimpi ini terlalu indah. Ia tak ingin sadar dan menghadapi kenyataan. Tidak begini saja untuk beberapa lama.Senyum makin lebar di wajah gadis berdarah Indonesia itu. Namun ketika bunyi gordeng yang di tarik paksa terdengar dan membuat cahaya matahari masuk serentak, Ilona harus menutup wajahnya dengan bantal. Ia menggeram.Pasti itu Kent. Memangnya siapa lagi. Tidak mungkin Louis. Namun, saat mendengar suara ketukan sepatu tak seperti langkah kaki Kent, Ilona langsung menyibakkan bantal yang m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status