All Chapters of Pacar Sejuta Umat: Chapter 81 - Chapter 90
99 Chapters
81. Aduh
"Mbok, tolong buatkan mie instan, tiga bungkus dengan telur mata sapi dua!" pinta Dewa pada seorang asisten rumah tangga. Lapar membuatnya terpaksa langsung ke dapur. "Baik, Ndoro," jawab asisten itu dengan tergagap karena kaget, tidak biasanya tamu datang langsung ke belakang untuk minta di masakan sesuatu."Nanti tolong di antar ke kamar ya, mbok, sekalian sama minumnya," pinta Dewa dengan mata menyapu ruangan meja makan yang masih tampak sepi dan bersih."Iya, Ndoro.""Kok sepi? Semua sudah pada sarapan?" tanya Dewa yang tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Matanya kembali memperhatikan sekitar ruang makan dan ruang keluarga."Semua ke rumah sakit, Ndoro. Subuh tadi ada kabar kalau tuan besar sudah sadar." Sang asisten menjawab sambil memasak apa yang tadi Dewa minta."Alhamdulillah. Cepat bikin ya, mbok." Rona bahagia tampak sekali di wajah Dewa saat itu.Dewa berlari kembali ke lantai atas dan langsung masuk ke dalam
Read more
82. Simalakama
"Sebenarnya berita itu sudah dari tadi subuh. Tapi--""Apa?" Rere menghentikan langkahnya dengan tiba tiba hingga membuat Dewa juga berhenti mendadak karena mereka saling bergenggaman tangan."Hei ... dengerin dulu, kabar itu aku tahu dari si Mbok. Jadi bukan aku yang sengaja menyembunyikan darimu, kalau kau tak percaya nanti kau tanya sendiri pada bunda atau mama." Dewa akhirnya memberikan pembelaan diri.Rere terdiam, dia kembali melangkah, malah kini berbalik. Kini, dia yang berada di depan langkah Dewa yang melihatnya sambil menggelengkan kepala.Mereka sama-sama memilih diam hingga langkah mereka berhenti di sebuah kamar yang pintunya terbuka. "Assalamualaikum ...."Rere masuk lebih dahulu, karena Om Bagas sudah menarik Dewa ke luar ruangan."Ssst ...." Bunda menyuruh Rere untuk mempelankan suaranya. Dengan isyarat ibu tangan yang beliau letakkan di depan bibir."Ayah gimana, Bunda?" tanya Rere yang langsung mendekat
Read more
83. Pulanglah ...
Malam itu, ayah memandang Rere dengan linangan air matanya. "Maafkan ayah ya, Nak. Tidak bisa jadi wali di pernikahanmu." Akhirnya ayah yang memulai percakapan, tangan yang di tusuk jarum itu mengelus jari sang putri yang berada dalam genggamannya.Rere tak menjawab, malah meletakkan kepalanya di samping ranjang tempat ayahnya rebah."Re ... bunda dan ayah mengikhlaskan kamu menjadi istrinya Dewa, semoga Allah juga meridhoinya.""Aamiin." desis Rere hampir tanpa suara."Assalamualaikum." Rere tak mendongakkan kepala, dia hafal benar siapa yang baru saja mengucapkan salam. "Wa Alaikum salam." Hampir serentak semua menjawab salam dari mas Rio."Bagaimana? Apa ada perkembangan? Menurut bunda, kamu tadi ke kantor polisi?" tanya pak Bagas pada orang yang baru saja mengucapkan salam."Iya, Om. Alhamdulillah orang yang nabrak sudah ditangkap," jawab mas Rio, yang mendekat ke ayah hanya sekedar mencium kening ayah kemudian
Read more
84. Keju tan
"Pa, jangan bilang ke Dewa dulu kalau aku ikut, ya? Aku mau bikin kejutan, dari bandara  mau langsung  ke kantor," pesan Rere pada papa mertuanya. Siang itu Rere dan pak Bagas dalam perjalanan ke bandara, setelah sebelumnya ke rumah sakit untuk pamit pada ayah dan bunda Rere."Siap." Pak bagas menjawab permintaan Rere, dengan lirikan mata menggoda, sebentar. Kemudian kembali fokus pada gerakan tangannya yang sibuk di atas ponsel.Lima belas menit perjalanan ke bandara, persiapan, kemudian langsung terbang sekitar empat puluh lima menit, mengantarkan pak Bagas dan Rere  yang kini berdiri di lokasi yang berbeda."Kau mau aku temani ke kantor?" tanya pak Bagas, saat melihat mobil beserta supir pribadinya datang menghampiri."Tidak, Pa. Lagian aku mau ke apartemen setelahnya," jawab Rere dengan bibir tersenyum. "Oiya, Pa. Pesan ayah jangan lupa. Istirahat dan jangan ...." "Stres!"Keduanya tertawa s
Read more
85. Kemesraan
Dengan bangga Alman menceritakan siapa sosok Nia pada Dewa. Juga tentang bagaimana hubungan Rere dan calon istrinya ini."Kenapa tidak kau ajak ke sini, Man.""Dia ada di rumahku sekarang, bersama orang tuanya,""Benarkah?" Rere tampak antusias sekali mendengar Nia ada di sini."Ya, rencananya nanti malam aku akan mengajaknya menemui pak Bagas.""Bisakah kau membantuku, Dew?""Membantu apa?""Suruh dia berhenti kerja, aku ingin dia di rumah saja."Rere sontak menoleh kepada Dewa yang saat itu juga tengah menatapnya."Apa?""Apakah kau juga bakalan menyuruhku untuk berhenti kerja.""Kalau untuk kerja di kantor seperti sekarang, iya. Tapi kalau kau kerja yang bisa kau lakukan semaumu, aku dukung.""Maksudnya?" Alman dan Rere hampir bersamaan, bertanya dengan kata yang sama."Ya kalau seumpama kau buka kafe, toko buku, bunga, atau salon. Itu semua kan nggak menuntut kamu harus ada setiap saat di
Read more
86. Selamat ...
"Selamat ya mbak, atas pernikahannya. Mudah-mudahan Allah memberkahi mbak dan bapak, baik dalam suka maupun duka dan selalu mengumpulkan mbak dan bapak berdua pada kebaikan."Rere dan Dewa tersenyum dan mengaminkan doa Mak.Mungkin sebelum Rere dan Dewa datang ke apartemen, Udin sudah menceritakan lebih dulu tentang pernikahan kedua bosnya. Hingga saat mereka baru saja menginjakkan kaki di apartemen langsung disambut Mak dengan doa."Aden berdua, ini sudah makan apa belum?" tanya Mak dengan sikap dan panggilan yang berbeda."Aden apa, Mak? Biasa aja ah, aku nggak suka." Rere memonyongkan bibirnya saat mendengar Mak merubah panggilannya untuknya. Mak hanya bisa tersenyum saat di protes oleh bosnya. Dan langung pamit ke belakang, setelah Dewa meminta untuk membuatkan dirinya kopi. "Mau nunggu di sini apa, gimana?""Kamu maunya gimana?""Maksudnya?""Kita sudah nikah Rere, apa kau mau kita tinggal d
Read more
87. Mandi dua kali
Sepi! Hanya suara gemericik air dari dalam kamar mandi yang sepertinya menjawab apa yang ada dalam benak Dewa, saat ia kembali masuk ke dalam kamarnya karena urusan kantor dengan papanya sudah selesai.Dasi yang dari tadi sudah tak rapi lagi, dia buka lalu di letakkan begitu saja di sandaran kursi meja hias.Dewa menghela nafas panjang,matanya menatap ke arah pintu kamar mandi dengan pikiran yang yang traveling.Merasa tak mendapatkan satu pun jawaban dari pertanyaannya sendiri. Dewa kemudian membantingkan badannya yang terasa lebih capek ke atas ranjang. Memejamkan mata dan mencoba mengatur lagi rasa malas yang kini ada di hatinya."Mas!?" Tiba tiba Dewa di kejutkan dengan suara istrinya yang sudah berdiri di samping ranjang dengan tubuh di balut handuk berwarna biru, namun tak mampu mencegah wangi sabun untuk masuk ke dalam hidung Dewa.Dewa terus memandangi Rere yang masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan menggunakan -- hair dryer. Sam
Read more
88. Salah kira
Namun, matanya menatap sang suami yang rupanya hanya sebatas memanggil saja, lihat! Dewa malah tertidur dengan pulasnya.Rere terus memandangi wajah tampan di depannya, dia mendekat kemudian mengecup kening suaminya dengan perlahan."Makasih!" Rere membesarkan matanya saat mendengar Dewa mengucapkan terima kasih, dengan mulut yang tersenyum walau matanya terpejam."Ish ... kupikir kau sudah tidur," seru Rere yang kemudian sedikit menjauh, duduk di depan meja hias yang tersedia. Baru saja tangannya hendak membuka kosmetik miliknya, ponsel Dewa tampak menyala dengan mengeluarkan nada yang tidak begitu keras.Tanpa membukanya, tampak di jendela ponsel milik suaminya, pesan dari aplikasi hijau yang mengabarkan tentang seseorang yang sedang hamil, dan Dewa harus tanggung jawab. Hanya sebagian pesan, tapi isinya sudah cukup bagi Rere mengerti apa yang dimaksud oleh si pengirim pesan.  Sontak Rere terdiam sejenak, hing
Read more
89. Pusing
"Mbak ....!"Rere tersenyum saat matanya yang dari tadi menatapi setiap orang yang ada di bandara, akhirnya dia melihat perempuan berambut panjang yang tergerai indah, cantik berbaju casual. Vera, teman kos yang sengaja ia minta untuk menjemput."Diiih, tambah cantik aja kamu, Ver?!"sapa Rere yang mendekat, kemudian memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri Vera, sekilas.  "Mbak juga, tampak lebih cantik, lebih gemuk sekarang," sahut Vera, tak mau kalah.Mereka melangkah beriringan, melangkah ke mobil Vera.  Selama perjalanan ke parkiran, Vera lebih aktif, dia menceritakan semua yang terjadi di rumah kos setelah Rere pergi."Mbak beneran mau kos lagi?" tanya Vera, saat mereka sudah berada di dalam mobil yang di kendarai oleh Vera. "Iya ....""Kenapa?""Ada sesuatu yang tak bisa aku ceritakan sekarang, entah nanti malam atau besok.""Hahaha ... silahkan istirahat aja, Mbak. Eh .... Tapi musik yang aku nyalain ini ng
Read more
90. Alhamdulillah
Rere masuk kedalam kamarnya kemudian meletakkan baki itu di meja dekat ranjangnya, entah kenapa perutnya langsung terasa tidak enak saat tercium aroma sesuatu yang ada di bubur. Rere memuntahkan isi perutnya yang masih kosong di kamar mandi. Dengan mata berair, Rere keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya, kelihatan lelah sekali."Mbak, are you, ok?" Dita, anak kos yang kamarnya bersebelahan dengan kamar Rere muncul dari balik pintu yang memang belum di tutup. "Tolong singkirkan bubur itu, Dit, please ...."Dita mengangguk, dari gerakan mulut nya terbaca dia mengatakan ok berulang kali. Baki yang di atas meja, Dita ambil kemudian dia bawa keluar dari kamar, menyisakan teh hangat. Rere akhirnya bisa bernafas lega, perlahan dirinya melangkah ke ranjang, sambil duduk, tangannya meraih gelas yang berisi teh dan disesapnya sedikit demi sedikit."Mbak ... sepertinya Mbak harus ke dokter deh, anak anak pada khawatir," pinta Di
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status