All Chapters of MINE: Chapter 11 - Chapter 20
60 Chapters
Kembali Bersamamu
Entah apa yang merasuki Ana hingga membuat keputusan untuk bekerja paruh waktu. Bahkan orang tuanya pun tidak tahu akan apa yang dia lakukan saat ini. Ally yang jengah dengan kemurungannya akhirnya menawarkan pekerjaan yang langsung ia setujui. Sebenarnya Ana menganggap jika ini hanya pengalihan saja, agar otaknya tidak terus tertuju pada Davin, pria yang tega membuatnya sakit hati untuk yang pertama kali karena cinta. Selain karena Davin, Ana juga ingin memanfaatkan waktu luangnya untuk menambah pengalaman, dan uang tentu saja."Ana, tolong ambilkan piring kotor di meja 10!" Ana mengangguk dan memasukkan kain lap ke dalam kantong yang terikat di pinggangnya. Dengan
Read more
Nilai Absolut
"Sebelum mengakhiri kelas hari ini, saya akan memberi tugas untuk kalian." Suara lenguhan dari mahasiswa langsung terdengar begitu dosen tidak langsung mengakhiri kelas."Sebentar lagi kan ujian, Bu? Kenapa masih dikasih tugas?" celetuk Andre, salah satu mahasiswa kupu-kupu yang berarti 'kuliah-pulang kuliah-pulang' dengan berani."Kalau tidak mau dikasih tugas ya nggak usah kuliah!" ucap Bu Linda yang langsung membuat Andre terdiam. Diam bukan berarti takut, tapi dia malas untuk menanggapi.
Read more
Teror Kedua
Ana mengusap kedua tangannya senang saat makanan yang dia pesan telah datang. Andre hanya pasrah begitu melihat banyaknya makanan yang dipesan oleh temannya itu. Jika bukan karena kalah taruhan, dia tidak akan mau melakukan ini. Untung saja ayahnya memberi uang saku yang cukup seolah paham jika dia akan bertemu manusia dengan spesies aneh seperti Ally dan Ana."Habis ini nambah ya?" ucap Ally membuat wajah Andre berubah kusut."Udah dong, kalian makan udah habis 300 ribu ini."
Read more
Teror Ketiga
Langkah Ana terhenti saat melihat sebuah mobil yang berhenti tepat di depannya. Dia mengenali mobil itu. Perlahan Ana masuk dan terkejut saat mendapati Edo yang ada di sana dan bukan Davin seperti perkiraannya."Loh, Pak. Saya kira tadi Mas Davin.""Pak Vinno minta saya buat jemput, Dek. Makanya saya di sini. Pak Vinno lagi meeting soalnya."Mobil berhe
Read more
Puncak Teror
Davin mematikan rokoknya dan menatap Bram yang sedang berbicara. Dia sengaja mengundang kedua sahabatnya untuk datang guna membicarakan masalah teror yang dialami Ana. Davin sadar jika diasedang berurusan dengan orang yang berbahaya sekarang."Aku udah bilang. Lucy pelakunya," ucap Kevin sambil menuangkan anggurnya ke dalam gelas.
Read more
Penyesalan
Lucy menangis ketika semua keluarga Rahardian menghakiminya sekarang. Dia tidak menyangka jika perbuatannya akan menyakiti banyak orang. Entah apa yang di pikirannya dulu ketika merencanakan hal keji ini. Ketika melihat Ayah Davin yang menangis karena dirinya, Lucy merasa ada batu besar yang menghantam kepalanya. Dia seolah tersadar dengan kesalahannya. Ini semua karena perasaan cinta butanya pada Davin. Bahkan pria itu tidak ingin bertemu dengannya saat ini. "Tante nggak nyangka kamu
Read more
Kembali Ke Rutinitas
Mobil Davin berhenti tepat di depan kafe sunrise, di mana Ana bekerja paruh waktu. Setelah masalah teror yang dilakukan Lucy selesai, Ana memutuskan untuk pindah ke kos barunya dan kembali bekerja. Davin sempat melarang, tapi bukan Ana jika tidak bisa meluluhkan hati Davin. Ana meraih tasnya dan mengecek apa ada barang yang tertinggal. Setelah selesai dia menatap Davin yang masih saja diam. Ana mengerutkan hidungnya dan mencebikkan bibirnya kesal."Jangan marah dong, Mas.""Kamu berhenti kerja bisa nggak?"Ana mendengus saa
Read more
Hilangnya Kekasih Hati
Hari jumat merupakan hari bebas untuk Ana, tidak ada kelas dan tidak ada pekerjaan, tapi bukan berarti dia bisa berleha-leha di atas kasur. Dia harus membersihkan kamarnya sekarang. Jika bukan dia sendiri yang membersihkannya siapa lagi? Dia tersenyum bahagia saat menemukan lembaran uang 5 ribu di dalam kantung celananya. Lumayan. Ana menegakkan tubuhnya yang terasa kaku begitu telah selesai mencuci semua baju yang ada di dalam ember. Dengan tenaga penuh, dia menarik ember yang beratnya menjadi 2 kali lipat itu ke luar kamar mandi. Ana harus membawa ember itu ke balkon untuk menjemur pakaiannya. Belum sampa
Read more
Putus
Ana keluar dari kelas sambil mengecek ponselnya. Berharap jika ada pesan masuk dari Davin, tapi dia tidak menemukan apapun di sana. Ana mendengus dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Dia harus ekstra sabar saat berpacaran dengan Davin. Entah kenapa pria itu selalu menguji kesabarannya. Seharusnya Davin membujuknya sekarang agar tidak marah lagi, tapi apa? Ana bahkan tidak melihat ada upaya yang benar dilakukan Davin selain tadi malam.Sebenarya Ana hampir saja luluh, tapi saat mendengar ucapan Davin yang
Read more
Milikku
Davin bersandar pada kursinya sambil menikmati pemandangan kota dari balik dinding kaca ruangannya. Tangannya mengelus pelan dagunya sambil berpikir. Dia memang membiarkan Ana untuk sendiri tapi tidak sekalipun dia benar-benar meninggalkan gadis itu. Davin sudah meminta Edo untuk mengawasi Ana dari kejauhan. Dia juga sudah menerima setidaknya 4 kali telepon dari Edo tentang kegiatan gadisnya hari ini.Pintu ruangan terbuka dan muncul Kevin dan Bram yang berdecak melihat Davin yang duduk santai di kursi kerjanya. Meja pria itu juga terlihat bersih, membuktikan jika Davin tidak melakukan apapun sejak pagi.Kevin menghampiri Davin dan menendang kakinya pelan, "Nggak ikut rapat malah enak-enakan di sini.""Udah ada Edo kan tadi?""Kamu kenapa sih, Vin?" tanya Bram yang mulai kesal karena Davin bertingkah seperti orang bodoh.Kevin tersenyum mengejek saat menyadari sesuatu. "Putus ya sama Ana?"Davin mendengus dan berdiri dari kursinya. Dia ikut
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status