All Chapters of MINE: Chapter 21 - Chapter 30
60 Chapters
Kembalinya Mantan
Ana duduk di lobi kampus menunggu Edo menjemputnya. Davin sempat menghubunginya tadi untuk tidak pulang terlebih dahulu dan di sinilah dia sekarang, menunggu kedatangan asisten pribadi kekasihnya. Ada perubahan yang terjadi pada teman-teman Ana dan perubahan itu terjadi sejak kejadian di mana Davin berbuat ulah di kampusnya. Berita itu tersebar dengan cepat dan Ana dapat merasakan dampaknya sekarang. Banyak berita yang bermunculan dengan teori-teori yang membuatnya mendengus tidak suka.  Untung saja dia masih mempunyai Ally dan Andre yang mengetahui bagaimana jalan kisah asmaranya.Ana menggoyangkan kakinya ketika bosan mulai menyerang. Sepertinya Edo terjebak macet sekarang. Pandangan matanya mengedar ke sekitar dan tak sengaja bertemu dengan Alex yang sedang duduk di sisi lain lobi. Dengan cepat Ana mengalihkan pandangannya berharap jika Alex tidak menyadari keberadaannya."Ana?" panggilan itu membuat Ana menghela nafas kesal dan menatap Alex dengan tersenyum, t
Read more
Keresahan Hati
Ana menyantap makanannya dengan lahap. Seharusnya dia tahu jika Davin tidak akan langsung kembali ke kantor setelah bertemu dengan Lucy. Jadi di sinilah mereka sekarang, makan siang di restoran lain. Tangan Ana meraih kembali undangan pernikahan Lucy yang dia letakkan di atas meja. Dia membaca undangan itu sekali lagi dan menatap Davin, "Mas Davin tau siapa Adam?" tanya Ana saat melihat nama Adam yang tertulis sebagai calon suami Lucy. Davin hanya menggeleng dan mengelap mulutnya dengan tisu."Kata Diva, Lucy udah pernah diajak nikah sama orang. Apa orang itu namanya Adam ya?" tanya Ana lagi dengan penasaran."Aku nggak tau Ana, dan nggak mau tau," ucap Davin bersandar di kursi dan mulai memainkan ponselnya.Ana mendengus mendengar respon Davin, kekasihnya itu benar-benar kelewatan. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, Davin memang sudah memiliki sifat aneh itu sejak lahir.Ana beranjak berdiri membuat Davin menatapnya, "Mau ke mana?" tanya pria itu cepa
Read more
Mengkhawatirkanmu
Ana terdiam memandang wajah pucat itu. Dia tidak bisa melihat Davin seperti ini. Lebih baik dia melihat wajah kekasihnya yang marah-marah dari pada tidak berdaya seperti sekarang. Ana berusaha untuk tidak menangis, dia harus kuat, dia tidak boleh cengeng."Dia baru minum obat makanya tidur." Ana hanya mengangguk dan menatap Lando yang duduk di sofa. Pria itu terlihat kacau begitupun juga dengan Kevin."Tapi Mas Davin nggak papa kan?" tanya Ana mencoba untuk memastikan.Lando mengangguk dan berbicara, "Nggak papa, nggak ada luka serius. Cuma goresan-goresan aja.""Kenapa bisa kaya gini? Padahal tadi siang kita masih makan siang bareng."Kevin menghela nafas kasar dan duduk di kursi sebelah ranjang. "Rem blong, mobil Vinno nabrak bis yang ada di depannya. Kata polisi sih gitu.""Tapi tadi siang mobilnya nggak ada masalah." Ana meraih jari-jemari Davin dan memilinnya."Makanya itu, supir di rumah selalu cek mobil setiap pagi sebelum dipa
Read more
Misteri
Ana menutup pintu kamar setelah mengantar kepergian Ibu Davin. Dia mulai membuka bekal makanan yang dia bawa untuk makan siang kekasihnya, begitupun sebaliknya, makanan rumah sakit yang akan menjadi makan siangnya. Entah kenapa Davin tidak suka, bukannya makanan rumah sakit lebih sehat? Ana duduk di samping Davin dan siap untuk menyuapi pria itu. Saat akan menyuapkan sesendok nasi ke mulut Davin, Ana menghentikan gerakan tangannya ketika pria itu hanya diam dan menatapnya datar. Paham jika sedang berada dalam masalah, Ana memilih meletakkan piringnya di atas nakas dan menatap Davin dengan wajah konyolnya.Davin mendengus dan mendorong wajah Ana untuk menjauh. Dia tidak bisa jika harus mengomeli Ana, apalagi dengan wajah imut seperti itu. Namun kali ini gadis itu benar-benar keterlaluan. "Kenapa bolos kuliah lagi?""Nggak bolos kok, udah pulang," jawab Ana santai sambil kembali mengambil piring makan siang Davin. Davin kembali menolak nasi pemberian Ana saat gadis itu m
Read more
Teror Lagi
Ana memijat keningnya pelan begitu telah selesai menceritakan semua yang dia alami pada Ally. Tentu saja sahabatnya itu marah dan kesal. Dia tidak menyangka jika teror kembali datang menghantuinya. Ally yakin jika Lucy yang menjadi dalang di balik semua ini. Melihat betapa nekatnya wanita itu, Ally tidak yakin jika Lucy benar-benar sudah sadar."Kebetulan kalian di sini, aku mau kasih ini." Ana dan Ally kompak mengangkat wajahnya saat Alex datang."Wah, kacau nih! Masa ulang tahun dirayain di Flyrock club," ucap Ana membaca undangan yang diberikan Alex.Alex tertawa mendengar itu, "Ya di club lah, Na. Masa di kafe kayak anak SD?"Ally menggeleng dengan keras dan mengembalikan undangan itu pada Alex, "Nggak! Aku nggak bisa, Bang. Kita cewek baik-baik, masa diajak dugem.”"Aku juga undang pacar kamu kok?" Mendengar itu, wajah Ally memerah. Dia tidak menyangka jika berita tentang hubungannya bersama Andre sudah t
Read more
Tragedi Berdarah
Sudah 2 hari berlalu dan keadaan Davin sudah mulai membaik. Saat pertama kali membuka mata, dia terkejut mendapati 3 bodyguard yang berjaga di depan ruangannya. Dia juga bingung ketika menempati kamar yang berbeda. Davin sadar dengan apa yang terjadi. Sesuatu kembali meneror Ana, atau bahkan dirinya. Dia sudah meminta semua orang untuk menjelaskan, namun sepertinya tidak ada yang ingin membuka suara."Mas Davin jangan marah ya, kita nggak maksud buat nyembunyiin ini semua. Mas Davin memang harus sembuh dulu baru kita bisa bicara.""Aku nggak papa, jangan anggap aku lemah, Ana.”Mendengar itu, Ana langsung memukul luka Davin keras membuat pria itu meringis. "Sakit kan? Makanya jangan sok. Semua orang tau kalau Mas Davin lagi sakit, jangan sombong!" Davin mendengus dan menutup telinganya.“Jelaskan.” Perintah Davin akhirnya.Bram mengangguk dan membuka suara, "Teror muncul lagi. Bukan cuma Ana yang diteror tapi ka
Read more
Kehilangan Jejak
Ana meringis begitu kapas beralkohol itu menyentuh sudut bibirnya. Setelah peristiwa tadi, akhirnya dia bisa kembali ke kamar. Davin sendiri sudah bangun dari pingsannya dengan infus yang lagi-lagi tertancap di tangannya. Sempat Ana merasa takut, bahkan sampai detik ini dia masih memilih untuk duduk jauh dari Davin. Dia sebenarnya tidak ingin seperti ini, sungguh. Dia masih tidak percaya jika Davin bisa menembak 3 orang sekaligus demi menyelamatkannya. Untung saja, Bram dengan tanggap menyelesaikan permasalahan di rooftop tadi.“Aku mau pulang sekarang." Tiba-tiba Davin berbicara membuat Ana mengangkat kepalanya terkejut.Diva berdecak, “Nggak usah aneh-aneh deh, nanti Bunda pasti banyak tanya.""Ya, nggak usah dijawab," jawab Davin enteng, "Lagian di rumah sakit udah nggak aman.”"Tapi Mas Davin belum sembuh total." Akhirnya Ana membuka suara membuat Davin tersenyum tipis."Aku nggak papa, Sayang. Bahkan aku ud
Read more
Mengintaimu
Tangan kecil Ana bergerak untuk mencatat semua materi yang menurutnya penting. Dia tidak akan serajin ini jika dosen tidak menerapkan ujian lisan. Ana tidak tahu kenapa dosen harus bersusah payah menerapkan ujian lisan jika ujian tulis jauh akan lebih praktis nantinya. Benar bukan? Getaran pada ponselnya membuat Ana mengambil benda itu dari saku celana. Dia melakukannya dengan hati-hati, takut jika dosen akan melihatnya nanti.Sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal membuat Ana mengerutkan keningnya bingung. Dengan cepat dia membuka pesan itu dan langsung lemas begitu melihat isinya. Di dalam pesan itu terdapat foto Davin yang terlihat sibuk di ruangan kantornya. Di bawah foto itu tertulis sesuatu yang membuat Ana bergerak gelisah dalam duduknya. Tanpa ragu, Ana berdiri dan meminta ijin untuk pulang lebih awal. Dia pergi begitu saja tanpa mendengarkan balasan dari dosen. Tidak sopan memang, tapi Ana takut jika hal ini akan membahayakan nyawa lagi. 
Read more
Sebuah Teka-Teki
Jantung Ana berdetak cepat ketika melewati lorong gelap di gudang kosong yang tidak ia ketahui. Dia tidak sendiri saat ini, ada Davin yang berjalan di depannya dengan cepat. Setelah Kevin menghubungi Davin dan mengatakan jika telah menemukan pelaku pemasang kamera di ruangannya, Davin langsung bergegas pergi tanpa menunggu lagi. Ana yang sejak tadi memang bersama Davin memilih untuk ikut dan mengekor seperti anak ayam. Hatinya tidak bisa tenang begitu melihat wajah kekasihnya yang berubah menakutkan. Dia takut jika kekasihnya akan bertindak diluar kendali atau bahkan lebih parahnya, Davin akan membunuh lagi nantinya."Di mana dia?" tanya Davin pada Bram yang berdiri di depan pintu sambil merokok.Bram mengepulkan asapnya dan berbicara, "Di dalem."Ana melepaskan cengkeramannya pada jas Davin begitu pria itu berlalu pergi meninggalkannya di depan pintu. Ana merasa ragu untuk ikut masuk. Melihat Bram yang seperti menunggunya, akhirnya Ana ikut masuk ke dalam ruang
Read more
Kenakalan Remaja
Ana datang ke pesta Alex bersama Ally dan Andre, untung saja pasangan gila itu mau menemaninya. Suasana club terlihat sangat ramai dan banyak wajah asing di sini. Ana yakin jika Alex tidak hanya mengundang teman kuliahnya.“Akhirnya kalian dateng!" Alex datang dan tersenyum lebar."Nice party," ucap Andre sambil menikmati keadaan sekitar."Makasih, oh iya kenalin ini Allen, kakakku." Alex mengenalkan pria yang sedari tadi mengikutinya.Ana tersenyum saat Allen menjabat tangannya, tapi lama-lama senyuman Ana berubah canggung ketika pria itu tidak kunjung melepaskan tangan Ana. Allen masih menatapnya sambil tersenyum."Let her go, dia udah punya pacar," ucap Andre pada Allen."Serius? Sayang banget, kenapa Alex nggak cerita kalau punya temen secantik Ana." Allen tertawa dan melepaskan jabatannya pada Ana."Jangan ganggu dia, Bang." Alex berucap pada kakaknya. "Kalian nikmati pesta ini, pes
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status