All Chapters of Pengantin Pengganti: Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
Bertemu Lagi
"Anak-anak demikian pelajaran kita hari ini. Jangan lupa tugas yang ibu berikan dikumpul minggu depan. Seperti biasa juga, bagi yang tidak mengerjakan maka akan membantu ibu mengoreksi tugas teman-temannya," ucap Dara tegas. "Huuuu ...."Terdengar riuh suara sebagian murid yang merasa keberatan dengan 'hukuman' yang Dara terapkan. Dia memang tegas tapi selalu dirindukan. "Yang komplain nanti tugasnya double," katanya."Huuuu ...."Dara melipat kedua tangannya di dada dan memandang satu persatu dengan galak."Kalau gue sih, mau aja dihukum kayak gitu. Asal bisa berduaan dengan Bu Dara," kata seorang siswa yang disambut dengan suara riuh oleh yang lain.Wanita itu menarik napas panjang. Sekarang kalian bereskan buku.alu pergi ke aula. Jam pelajaran terakhir ditiadakan karena ada sosialisasi dari dinas kesehatan.Kali ini suara sorak senang terdengar kencang. Sejak zaman Dara sekolah dulu, jika ada jam pelajaran yang ditiadaka
Read more
Terapi
Kursi roda didorong pelan melewati lorong rumah sakit. Dua pasang kaki yang berjalan mengiringinya. Sejak dalam perjalanan hingga tiba disini, Dewa lebih banyak diam. Ada sedikit rasa takut saat menjalani terapi hari ini.Dara dan Arya juga berlaku sama. Tidak ada banyak percakapan kecuali hanya basa-basi. Apalagi wanita itu memang kesal dengan perlakuan kakak iparnya.Mereka berbelok ke kiri saat tiba di ujung lorong. Ada banyak ruangan disitu. Dara mencari tulisan fisioterapi pada papan nama di setiap ruangan."Mau daftar." Wanita itu menyerahkan sebuah kartu yang diambil dari dompet dan menyerahkan ke bagian pendaftaran."Silakan ditunggu. Nanti akan dipanggil menunggu giliran."Dara duduk di bagian ujung kursi tunggu, berdekatan dengan Dewa. Bibirnya menekuk saat Arya dengan begitu santai duduk di sebelahnya persis sehingga mereka tak berjarak. "Nanti temani Mas di dalam ya, Ra.""Iya. Mas tenang aja. Aku temani, kok." Jemari merek
Read more
Perpisahan
Dara menjadi serba salah saat Riri menatapnya dengan penuh tanda tanya. Hati jumat minggu lalu dia izin untuk mengantar Dewa terapi dan digantikan oleh guru lain. Ternyata sahabatnya itu menunggu untuk meminta penjelasan.Sekarang, mereka duduk berdua di kantin yang sudah sepi setelah selesai mengajar. Kali ini Riri yang mentraktirnya makan. "Aku gak ada hubungan apa-apa dengan Radit. Beneran!" kata Dara berusaha meyakinkan. "Tapi dari ucapannya membuktikan kalau kalian cukup dekat.""Dia sahabatku waktu SMA dulu. Kami memang ... pernah dekat," jawab Dara.Gadis itu menganggukkan kepala, apalagi melihat Dara yang sedikit gugup. "Dia suka sama kamu, Ra. Dari tatapannya kelihatan.""Aku udah punya suami, Ri. Sekalipun Mas Dewa sedang tertimpa musibah, aku gak akan meninggalkannya.""Kamu udah jatuh cinta benaran sama Dewa, Ra.""Sepertinya iya. Aku gak bisa kehilangan dia. Bahkan aku sampai lupa mengurus diri send
Read more
Bertahan
Dara membuka mata saat alarm berbunyi. Hari masih gelap dan dia masih mengantuk. Tangannya memegang bantal di samping dan tak mendapati Dewa berada di sana. "Mas?" Dia menyalakan lampu kamar dan menatap sekeliling. Astagfirullah. Dara mengucap istigfar berulang kali, lupa kalau suaminya sedang pergi berobat di luar negeri. Wanita itu mengambil wudhu dan menunaikan dua rakaat. Doanya masih sama, meminta kesembuhan untuk sang suami dan kelanggengan rumah tangga mereka. Setelah selesai, wanita itu keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Tidak ada Bibik mulai sekarang. Wanita paruh baya itu meminta pulang ke kampung untuk menemui anaknya. Berat hati tapi Dara mengikhlaskan. Kini mereka hanya tinggal berdua. Untunglah, sekolah putrinya sudah berpindah ke tempatnya, sehingga memudahkan antar jemput.Dara membuka lemari pendingin dan mengeluarkan beberapa box makanan beku untuk dihangatkan. Selama Dewa pergi, ibunya rutin me
Read more
Perjuangan
Dara membuka kelopak mata saat mendengar bunyi benda terjatuh. Kepalanya terasa berat. Rasanya baru saja dia memejamkan mata, lalu terbangun di jam segini.Pelan dia membuka pintu dan menyalakan lampu. Bunyi berisik kembali terdengar. Sepertinya ada orang di dapur. Tapi siapa? Apa ada maling yang diam-diam menyusup Semua jendela dan pintu sudah dikunci. Lalu bagaimana dia bisa masuk?Wanita itu memasang baik-baik telinganya. Sepertinya maling ini nekat kerena berani membongkar isi dapur. Dara berjalan ke ruang tamu dan mengambil raket nyamuk, sebagai alat untuk membela diri jika terdesak. Jika sampai si maling ini berani mencelakai, maka dia akan menyetrumnya. Dalan kondisi gelap dia berjalan kenbaki ke dapur. Tampak sosok tinggi besar sedang membongkar isi kulkas. Dia mengendap dan melangkah pelan agar tak menimbulkan suara. Jarinya sudah dalam posisi menyentuh tombol on pada raket nyamuk. Lalu ....Suara teriakan kesakitan dise
Read more
Flashback
'Hai. Ini Keysa."Begitulah isi pesan Dewa terima barusan. Sejak pertemuan hari itu, dia sama sekali tak menghubungi Keysa. Lupa karena setiap hari harus melakukan terapi dan pemeriksaan lainnya. Seingatnya, ucapan terakhir saat bertukar nomor ponsel adalah dia akan menghubungi jika ada keperluan. Sejauh ini memang belum ada, karena itulah dia cuek. Dewa bukanlah tipe laki-laki iseng yang akan menggoda wanita hanya untuk bersenang-senang.'Ya. Ada apa?''Cuma nyapa. Aku cerita di grup kalau ketemu kamu disini.''Grup apa?'"Grup kampus.''Oh.' Hanya itu balasan yang Dewa ketikkan. Dia baru saja pulang dan merasa cukup lelah. Mama bahkan sudah tertidur di sofa depan karena hari juga sudah mulai gelap. Kamar di flat ini hanya satu. Jadi mama mengalah dengan memilih tidur di depan televisi yang sekaligus berfungsi sebagai ruang tamu. Alasannya agar bisa sekalian menonton. Dewa merasa tak tega. Untunglah papa membel
Read more
Rencana
Sejak kejadian malam itu, sikap Dara sedikit melunak dengan Arya. Bahkan beberapa kali dia ikut jika mereka berpergian. Ciara akan senang sekali. Arya seperti ganti dari Dewa yang saat ini tidak ada."Om, Cia mau ke mall," pinta anak itu saat Arya datang berkunjung ke rumah mereka saat weekend. "Nanti, ya," jawab Arya.Dara hanya bisa menggelengkan kepala ketika putrinya naik ke punggung Arya dan meminta keliling halaman. "Puter sana, Om. Terus sana." Ciara menunjuk kesana kemari.Sejak tadi dia hanya duduk di kursi teras sambil melihat-lihat. Tangannya bergerak mengambil sepotong brownies yang terletak di meja. Setiap Arya datang, dia selalu membawa berbagai macam camilan. "Udah, ya. Om capek," kata laki-laki itu. Mereka ikut duduk di kursi dan makan camilan.Dara menuangkan orang juice di gelas. Arya meneguknya dengan cepat karena kehausan. Ciara juga ikut minum. "Ini enak banget browniesnya. Kakak beli dimana
Read more
Pilihan
Wanita paruh baya itu menatap sang putra dengan perasaan sedih dan kecewa. Matanya berkaca-kaca sejak tadi. Berharap apa yang diucapkan hanya guyonan semata."Aku mau mulai kehidupan baru disini, Ma. Sepertinya belum akan pulang," ucap Dewa dengan penuh keyakinan."Kamu tega sama Dara? Sama Ciara?""Demi masa depan kami. Ini cuma sementara. Nanti kalau udah stabil, aku jemput mereka," lanjutnya."Pikirkan baik-baik, Nak!""Udah, Ma. Rasanya kalau pulang, aku gak punya muka karena keadaan ini." Laki-laki itu menunduk melihat kedua kakinya.Sudah hampir tiga bulan mereka berada disini dan menghabiskan cukup banyak biaya. Hasilnya? Dewa bisa kembali berjalan, hanya saja pincang. Dia tak bisa berdiri tegak dan normal seperti yang lainnya. "Apa yang kamu harapkan disini, Nak? Lebih baik pulang, kita ngumpul," pinta mama. Berat hati jika dia harus pulang sendiri. Semua keluarga sudah menanti dan pasti akan kecewa seandainya Dewa
Read more
Ketika Kesetiaan Diuji
"Sudah, Buuuuu ..." Teriakan para murid membuyarkan lamunan Dara. Hari ini moodnya begitu buruk sehingga malas menjelaskan pelajaran. Jadi, dia hanya memberikan tugas soal-soal kemudian meminta mereka mengumpulkan di depan jika sudah selesai."Oh, ya. Kalian boleh istirahat.""Tapi belum bel, Ibu.""Kalau begitu kalian bebas. Ibu mau istirahat. Ibu kurang sehat. Kalau ada guru lain tanya, jawab saja begitu," jelasnya."Baik, Bu!" jawab mereka serentak. Dara berjalan gontai menuju ke ruang UKS. Mungkin sebutir pil penghilang nyeri kepala bisa meredakan rasa pusingnya. "Bu Dara sakit?" tanya petugas UKS saat dia masuk ruangan itu."Pusing, Mbak.""Ayo duduk sini, saya periksa tensinya."Dara menarik kursi dan menyerahkan lengannya untuk diperiksa. Ternyata setelah dicek tensi darahnya memang drop. Pantas saja dia limbung."Ibu belum sarapan?""Sudah.""Apa beberapa hari ini begadang?" 
Read more
Kedatangan
Dara meraih koper dari kabin dan ikut mengantre untuk turun dari pesawat. Sejak malam itu, saat mendengar suara wanita yang mengangkat telepon suaminya, dia berniat berangkat kesini dan membuktikan semua prasangka. Wanita itu menitipkan Ciara kepada ibu dan Riri, serta mengambil cuti kerja selama 3 hari. Saat Arya bertanya dia hendak kemana, Dara menjawab ada training diluar kota dan dia terpilih. Berbohong sedikit, agar keluarga Dewa tak membocorkan kedatangannya. Untunglah bapak, ibu dan Riri bisa diajak kerjasama. Dara menceritakan semua dengan air mata berlinang. Ibu mengizinkanya berangkat, namun dia harus menenangkan diri terlebih dahulu. Riri juga terus memberikan nasihat positif agar hatinya tenang, juga membantu mencarikan promo tiket dan penginapan. Setelah semua persiapan matang, hari ini dia datang untuk menemui Dewa."Taxi?" tanya seseorang bapak bermata sipit menawarkan.Dara bertanya berapa tarif yang dikenakan jika samp
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status