Semua Bab Sweet Forgiveness Book 1 (Bahasa Indonesia): Bab 51 - Bab 60
93 Bab
51
Bab 51: Rumah Baru, Kenangan Baru.  Rizky menyetir mobil mewahnya dengan berhati-hati sementara Safiyya hanya memandang ke luar jendela mobil. Safiyya menurunkan jendela kaca mobil sebelum mengeluarkan tangannya untuk merasai betapa nyamannya angin yang sedang bertiup ketika itu."Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Rizky dengan nada khawatir. "Iya," jawab Safiyya dengan ringkas. "Sayang, apa kamu tidak suka tinggal sama abang di sini?" Duga Rizky secara tiba-tiba. "Abang jangan bertanya atau berbicara seperti itu padaku. Kita kan sudah menikah. Sudah kewajiban Fiya sebagai istri abang untuk sentiasa bersama abang ke mana saja abang pergi," tegas Safiyya. "Abang bukannya sengaja mahu bertanya soalan seperti itu cuma abang merasa Fiya agak keberatan tinggal berjauhan dari Umi dan Abah," jelas Rizky. "Sudah menjadi lumrah jika seorang  anak aka
Baca selengkapnya
52
Bab 52: CEO Baru Bima Group.  Rizky sedang meneliti perkembangan proyek dagang internasional dari perusahaan terkemuka luar negeri di ruangan kerjanya. Tiba-tiba bunyi ketukan pintu kedengaran sebelum pintu ruangan kerjanya terbuka luas. Seorang wanita yang merupakan sekretaris pribadi Rizky menghampiri meja kerja Rizky dengan langkah tergesa-gesa biarpun dia agak ketakutan melihat wajah dingin majikannya itu. "Iya? Ada apa kamu mengganggu saya, Sheila? Setahu saya, hari ini saya tidak ada meeting dengan mana-mana clients," kata Rizky dengan nada dingin. "Maafkan saya, Tuan Rizky. Saya tahu Tuan Rizky lagi sibuk. Tapi, Tuan Syahputra Wijaya meminta Tuan Rizky ke ruang kerjanya sekarang juga. Katanya, ada perkara penting yang harus dia bicarakan dengan Tuan Rizky," jelas Sheila dengan wajah takut. "Oke. Terima kasih. Kamu bisa kembali ke tempat kamu sekarang," perintah Rizky. "Baik,
Baca selengkapnya
53
Bab 53: Apa Kamu Jijik Padaku?  Rizky sedang berbaring di atas kasur. Dia hanya memandang langit-langit kamar dengan tatapan kosong tanpa perasaan. Namun, jiwanya sedang berperang dengan rasa bersalah terhadap Safiyya. Dia tidak tahu bagaimana cara bicara yang sesuai untuk memberi tahu istrinya soal pertukaran tempat kerjanya. 'Apa Fiya akan menerima keputusanku untuk meninggalkannya seorang diri di Jakarta sedangkan aku menetap dan bekerja di Surabaya? Jika aku membawa Fiya ke Surabaya, dia akan tinggal seorang diri di rumah tanpa teman ketika aku sibuk di kantor. Setidaknya, dia bisa ke rumah bunda kalau dia menetap di Jakarta. Tapi, apa dia akan setuju?' Batin Rizky penuh rasa khawatir dan rasa bersalah. Safiyya keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan wajahnya yang basah dengan tuala khas untuk wajah. Tubuhnya masih berbalut bath robe. Baru saja dia mahu melangkah ke lemari pakaian, dia terlihat Rizky sedang ber
Baca selengkapnya
54
Bab 54: Rizky Merajuk.  Safiyya dan Bibi Suminah sedang sibuk memasak di dapur. Safiyya dengan pantas menghidangkan sarapan di atas meja makan. Matanya melihat jam di dinding. Hatinya agak bimbang karena Rizky masih belum keluar dari kamar tidur. "Kenapa sih abang masih belum keluar dari kamar? Tadi, aku lihat dia sudah bersiap-siap untuk ke kantor," bisik Safiyya. Safiyya segera berjalan ke kamar tidurnya lalu membuka pintu kamar. Namun, dia sangat terkejut saat melihat Rizky sudah tidak ada di kamar tidur mereka. Dia segera berlari ke muka pintu depan rumah dan benar tebakannya. Rizky sudah ke kantor secara diam-diam. Mobil pria itu sudah tiada di tempat parkir halaman rumah mereka. Sudah pasti suaminya itu keluar dari rumah ketika dia sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur bersama Bibi Suminah. Safiyya yakin bahwa dia sama sekali tidak mendengar bunyi mobil mewah milik Rizky saat lelaki itu pergi
Baca selengkapnya
55
Bab 55: Jessica Safiyya sedang menunggu Rizky di ruangan kerja pria itu setelah mendapat keizinan dari Sheila. Jantungnya berdetak kencang. Sejujurnya, Safiyya khawatir kalau Rizky akan bertambah marah kepadanya apalagi jika Rizky tahu dia berani keluar dari rumah tanpa meminta keizinan dari pria itu terlebih dahulu. Namun, Safiyya mahu menyelesaikan masalah ini secepat mungkin sehingga dia sanggup datang ke gedung perusahaan Wijaya Groups semata-mata untuk bertemu dengan suaminya yang sedang merajuk. Safiyya masih duduk di atas sofa bertemankan secangkir kopi dan sejambak bunga tulip berwarna putih. Niat di hatinya mahu membuat kejutan dan memohon maaf kepada Rizky atas keterlanjuran bicaranya semalam. Dia mahu meyakinkan suaminya bahwa dia akan mencoba lebih keras untuk melayani Rizky sebagai seorang suami dan tidak akan memuji lelaki lain di depan pria itu lagi. Sesekali, Safiyya menyesap kopi sembari melihat akun media s
Baca selengkapnya
56
Bab 56: Kambing Hitam? Setelah Safiyya yakin sudah tidak ada sesiapa lagi yang berada di ruangan itu selain dirinya, barulah Safiyya keluar dari toilet dengan langkah kaki yang perlahan. "Ah, aku benar-benar sudah tidak tahan untuk terus bersembunyi di dalam toilet. Untung saja mereka berdua sudah keluar. Tapi, aku terpikir satu perkara. Apa sekarang, aku sudah menjadi perampas kekasih orang versi muslimah? Perempuan yang menjadi orang ketiga dalam hubungan Rizky sama Hani? Atau Rizky hanya mahu memperalat dan menjadikan aku sebagai kambing hitam yang menunggu waktu tepat untuk dibunuh? Ah, ngeri sekali. Aku harus mencari tahu hal yang sebenarnya. Jika tidak, aku akan mati sia-sia," bisik Safiyya dengan nada sebal. Safiyya keluar dari ruangan kerja suaminya dengan perasaan geram bercampur amarah tanpa memedulikan sekretaris Rizky yang memandangnya dengan tatapan aneh. Dia masuk ke dalam lift dan menekan nomor lantai lobi gedun
Baca selengkapnya
57
Bab 57: Soto Mi Bogor "Assalamualaikum," ucap Safiyya sembari melangkah masuk ke dalam rumah mewah Tuan Syahputra Wijaya dan Bunda Yasmin. Hatinya lega karena sudah tiba dengan selamat di rumah mertuanya. Ketika itu, Jasmine sedang beristirahat di sofa yang terletak di ruang tengah. "Wa'alaikumsalam, Kak Fiya," jawab Jasmine. Jasmine berdiri dan bersalaman serta memeluk tubuh Safiyya. Bibirnya mengukir senyuman yang ramah dan hangat. "Jass, Bunda ada?" Safiyya bertanya setelah meleraikan pelukan. "Bunda ada di dapur, kak. Bunda bilang dia mahu bikin soto mi bogor untuk kak Rizky," ujar Jasmine. "Oh begitu. Kakak tidak tau soal itu karena Kak Rizky tidak bilang apa pun pada kakak," kata Safiyya dengan senyuman tawar tercetak di bibirnya. "Tidak apa-apa kak. Jass juga baru tau dari Bunda lima menit yang lalu. Kata Bunda, tiba-tiba aja Kak Rizky Wh*tsApp Bunda dan dia bil
Baca selengkapnya
58
Bab 58: Berhenti kerja.  "Bukan urusanmu," jawab Safiyya. Jelas sekali, nada suaranya sedikit membentak dan tidak bersahabat. Safiyya masih marah pada suaminya gara-gara perbualan Rizky dan Jessica yang banyak meremehkan dirinya. Dia juga punya harga diri dan dia mahu Rizky melindunginya tetapi lelaki itu malah menyetujui segala omongan wanita berambut pirang bernama Jessica itu! Mendengarkan jawaban Safiyya yang bernada keras membuatkan Rizky segera menyilangkan dua lengannya ke dadanya yang bidang. Wajah Rizky yang tenang bertukar menjadi dingin sedingin musim salju. "Kamu bilang keberadaan kamu di sini bukan urusanku? Biar aku memperingatkan kamu, aku ini suamimu yang sah di mata agama dan hukum negara. Seorang suami berhak untuk tahu ke mana saja istrinya pergi," ucap Rizky dengan nada dingin. "Oke, aku tahu benar kamu itu adalah suamiku. Jadi, tinggalkan aku dan pergilah dari sini karena aku mahu
Baca selengkapnya
59
Bab 59: Permintaan Konyol Rizky.    Rizky dan Papanya sedang bertengkar hebat di ruangan kerja Tuan Syahputra Wijaya. Sementara itu, Bunda Yasmin dan Jasmine hanya kekal berada di dapur. Mereka berdua tidak mahu ikut campur dan memilih untuk membersihkan ruang dapur bersama-sama.  "Apa?! Kamu ingin meninggalkan Fiya di Jakarta sementara kamu bertugas di Surabaya? Papa tidak setuju, Riz. Jangan keterlaluan kamu, ya! Kamu bisa saja membawa Fiya bersama kamu ke Surabaya. Lagian, Papa sudah menyediakan rumah mewah untuk kalian tinggal di sana. Semuanya cukup lengkap dan tidak ada yang kurang," kata Tuan Syahputra Wijaya dengan berang. Teriakan pria paruh baya itu seolah menggelegar dan memenuhi seluruh ruangan.  "Tenang, Pa! Aku hanya inginkan yang terbaik buat istriku. Coba Papa berpikir dengan baik. Jika aku membawa Fiya bersamaku ke Surabaya, Fiya akan kesunyian di sana. Lebih baik, dia tinggal di sini. Setidaknya, ada Bibi
Baca selengkapnya
60
Bab 60: Kejujuran Yang Menyakitkan.Safiyya sedang berbaring di kursi santai yang terletak di tepi kolam renang sembari merenung langit malam. Malam itu, langit penuh dengan bintang-bintang yang membentuk buruj yang cukup mengagumkan hati Safiyya. Bulan purnama turut bersinar terang. Oh, pemandangan ini benar-benar cocok dengan peribahasa seperti bulan dipagar bintang. "Sudah puas melihat langit, Sayang?" Rizky menyapa dengan suara dingin. Lelaki itu berjalan perlahan menghampiri Safiyya lalu berdiri di samping kursi santai. Safiyya menoleh ke arah Rizky yang baru muncul. Pasti lelaki itu baru tiba dari rumah keluarganya. Suaminya itu hanya memakai t-shirt berlengan pendek berwarna biru gelap dan seluar panjang berwarna hitam yang semakin menyerlahkan ketampanannya. Namun, raut wajah Rizky kelihatan dingin dan tidak ramah. Safiyya sama sekali tidak merasa aneh dengan perubahan mood suaminya itu karena dia sudah ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status