Bab 59: Permintaan Konyol Rizky.
Rizky dan Papanya sedang bertengkar hebat di ruangan kerja Tuan Syahputra Wijaya. Sementara itu, Bunda Yasmin dan Jasmine hanya kekal berada di dapur. Mereka berdua tidak mahu ikut campur dan memilih untuk membersihkan ruang dapur bersama-sama.
"Apa?! Kamu ingin meninggalkan Fiya di Jakarta sementara kamu bertugas di Surabaya? Papa tidak setuju, Riz. Jangan keterlaluan kamu, ya! Kamu bisa saja membawa Fiya bersama kamu ke Surabaya. Lagian, Papa sudah menyediakan rumah mewah untuk kalian tinggal di sana. Semuanya cukup lengkap dan tidak ada yang kurang," kata Tuan Syahputra Wijaya dengan berang. Teriakan pria paruh baya itu seolah menggelegar dan memenuhi seluruh ruangan. "Tenang, Pa! Aku hanya inginkan yang terbaik buat istriku. Coba Papa berpikir dengan baik. Jika aku membawa Fiya bersamaku ke Surabaya, Fiya akan kesunyian di sana. Lebih baik, dia tinggal di sini. Setidaknya, ada BibiTerima kasih karena sudi membaca karya ku ini menggunakan bonus free GoodNovel atau beli koin. Kepada yang membeli koin, saya sangat bersyukur karena kalian sudi memberi penghasilan kepada saya. Maafkan author jika ada yang kurang tentang cerita ini. Terima kasih atas dukungan gem/vote dari kalian sehingga saya semakin bersemangat untuk terus menulis hingga tamat. Salam hormat dari Mocha Latte ❤️
Bab 60: Kejujuran Yang Menyakitkan.Safiyya sedang berbaring di kursi santai yang terletak di tepi kolam renang sembari merenung langit malam. Malam itu, langit penuh dengan bintang-bintang yang membentuk buruj yang cukup mengagumkan hati Safiyya. Bulan purnama turut bersinar terang. Oh, pemandangan ini benar-benar cocok dengan peribahasa seperti bulan dipagar bintang."Sudah puas melihat langit, Sayang?" Rizky menyapa dengan suara dingin. Lelaki itu berjalan perlahan menghampiri Safiyya lalu berdiri di samping kursi santai.Safiyya menoleh ke arah Rizky yang baru muncul. Pasti lelaki itu baru tiba dari rumah keluarganya. Suaminya itu hanya memakai t-shirt berlengan pendek berwarna biru gelap dan seluar panjang berwarna hitam yang semakin menyerlahkan ketampanannya. Namun, raut wajah Rizky kelihatan dingin dan tidak ramah.Safiyya sama sekali tidak merasa aneh dengan perubahan mood suaminya itu karena dia sudah ta
Bab 61: Kekalahan Safiyya."Kamu sudah gila, Rizky!" Teriak Safiyya dengan keras. Rizky hanya tertawa nyaring. Seringaian sinis dan kejam masih menghiasi bibir pria itu.Bibi Suminah yang sedang tidur terjaga setelah mendengar teriakan Safiyya. Niat di hatinya, mahu saja dia melihat dari balik jendela apa yang telah terjadi antara Rizky dan Safiyya tetapi dia mengurungkan kembali niatnya.Bibi Suminah mengingat bahwa dia sudah berjanji dengan Safiyya untuk tidak melihat apalagi ikut campur dalam urusan rumah tangga wanita muda itu. Bibi Suminah kembali memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur semula. Setelah beberapa ketika, Bibi Suminah kembali belayar ke alam mimpi.Di kolam renang, Rizky sedang mengulurkan tangannya kepada Safiyya. Air muka Rizky masih kekal dingin malah bisa Safiyya katakan bahwa wajah pria itu lebih dingin jika mahu dibandingkan dengan suhu air kolam renang ketika itu.
Bab 62: Dia Milikku Seutuhnya!Rizky baru saja menyelesaikan aktivitas hangat penuh cinta bersama istrinya, Safiyya. Teman ranjang yang sudah sah menjadi istrinya itu langsung tertidur tanpa bicara karena terlampau lelah. Mata tajam bak elang milik Rizky sempat melihat ada noda darah merah mengotori sprei ranjang mereka yang berwarna abu-abu.Rizky menyeringai puas. Hatinya merasa senang karena berhasil mendapatkan keperawanan Safiyya setelah enam tahun berlalu. Sebetulnya, Rizky bukanlah pria alim yang sentiasa menjaga mata dan perilakunya. Dia sudah terbiasa berpesta tiap malam minggu bersama teman-temannya dan mengenal ramai perempuan ketika kuliah di Universitas Bristol. Boleh dikatakan, dia adalah lelaki 'badboy' tetapi bukan 'f*ckboy'.Sebagai seorang lelaki normal dan berada jauh dari tanah air ketika itu, Rizky Iqbal sedikit terpengaruh dengan gaya hidup masyarakat di Inggris yang bersikap terbuka dalam hubungan seksual. B
Bab 63: Niat Terselubung.Bibi Suminah baru saja meninggalkan kediaman mewah Rizky menuju ke rumah kerabatnya setelah mendapat kabar bahwa ada saudaranya meninggal dunia akibat kecelakaan mobil. Wanita paruh baya itu juga sudah memaklumkan kepada Rizky bahwa dia tidak pulang pada hari itu.Rizky sama sekali tidak keberatan untuk melepaskan Bibi Suminah pergi ke rumah kerabatnya karena dia dan istrinya bisa mengurus rumah dengan baik. Apalagi hanya mereka berdua saja yang tinggal di dalam rumah mewah itu.Sekarang, Rizky sedang sibuk menyiapkan sarapan buat istrinya, Safiyya di dapur. Sudah jam 10 pagi tetapi Safiyya masih belum bangun dari tidurnya yang sungguh nyenyak. Wanita muda itu sangat kepenatan setelah berolahraga sepanjang malam membuatkan seluruh tenaganya terkuras.Di dalam kamar tidur, Safiyya membuka kelopak matanya secara perlahan-lahan. Anak matanya bertemu langit-langit kamar. Hidungnya bis
Assalamualaikum/Selamat Sejahtera /Hello/Annyeonghaseyo/Hajimemashite etc😘 Pertamanya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang sudi membaca novel ini. Biarpun novel ini masih belum selesai, saya amat gembira karena ada yang sudi membaca karya saya ini sama ada menggunakan bonus free dari GN mahupun yang membeli koin. Saya tahu kita sekarang sedang melalui kehidupan sukar ketika pandemi Covid19. Jadi, kalian bisa membaca novel saya menggunakan bonus free dari GN. Terima kasih juga pada pembaca yang tulus ikhlas memberi dukungan dan komentar serta kritik saran kepada saya. Saya akan coba upload lebih banyak bab setiap hari (jika saya sehat) Tak lupa juga, terima kasih karena menyumbangkan gem/vote😭 Moga kalian bisa mengambil hal yang baik-baik dalam novel ini dan maafkan kekurangan saya sebagai seorang penulis yang baru bertatih-tatih dalam dunia literasi. Salam hormat dari saya, Mocha Latte 💕😍
Bab 64: Honeymoon di Bali.Seperti yang dijanjikan pada Safiyya, Rizky telah membawa istrinya bulan madu di Bali. Kemarin, mereka tiba di Bali dan cuaca di tempat wisata itu sangat buruk. Sehingga pagi, hujan lebat masih lagi turun dan angin bertiup kencang menghasilkan udara dingin yang mencengkam sampai ke tulang sumsum.Safiyya baru membuka matanya dan menggeliat malas. Serta-merta netranya melihat langit-langit kamar hotel. Dia menoleh ke samping. Terlihat sekujur tubuh kekar dan berotot tanpa pakaian masih tertidur pulas seperti bayi. Mata Safiyya turun ke bawah dan wanita itu melihat ada beberapa bekas cakaran dan gigitan di dada bidang Rizky.Pipinya langsung merona merah saat dia mengingat kembali aktivitas hangat penuh cinta yang mereka berdu
Bab 65: Merindukan Purnamaku.Tengku Zafril merenung langit malam dengan tatapan sendu. Ketika itu, dia sedang berdiri di beranda penthouse mewahnya yang terletak di kota Bristol. Lelaki bertubuh kekar itu menghela napas panjang sebelum membuangnya dengan kasar seolah berharap agar segala kepedihan yang tumbuh dalam hatinya akan segera sirna.'Tuhan, aku mohon pada-Mu. Tolong ambil kembali perasaan cintaku buat Safiyya. Aku tahu perasaan ini salah karena dia sudah bernikah dan dia tidak akan pernah menjadi milikku. Hapuskanlah segala ingatanku tentangnya, wahai Tuhan yang Maha Penyayang," batin Zafril dalam sepi.Tengku Zafril mengusap wajahnya berulang kali. Dia mendesah kasar. Biarpun sangat berat untuk dia melupakan gadis yang pernah be
Bab 66: Sopir pribadiSeorang pria muda berwajah tampan yang berpakaian formal lengkap berdasi sedang mondar-mandir di hadapan pagar rumah mewah Rizky sembari memegang erat sebuah file di tangannya. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir dan sedih. Sepertinya, hatinya sedang rusuh resah. Pria muda itu juga kebingungan sama ada dia perlu menekan butang bell atau tidak.Bibi Suminah yang baru saja berjalan ke taman bunga langsung saja melihat ke arah pagar rumah. Ketika itu juga, wanita itu melihat ada satu sosok tubuh seorang laki-laki di sana. Tanpa membuang waktu, Bibi Suminah menghampiri pagar dan menyapa pria muda itu."Assalamualaikum. Maaf, kamu siapa ya? Apa kamu mau bertemu sama Tuan Rizky dan Nyonya Safiyya?" Sapa Bibi Suminah dengan sopan.&nb