All Chapters of YOU AND US: Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
Berantakan
"Astaga .. apa yang terjadi di sini?" tanya Brian menatap tak percaya rumah Delna.Didalam, semua benda benda jatuh ke lantai, berserakan bagai diterpa angin kencang. Semua laci serta lemari bahkan terbuka lebar seperti sehabis dirampok."Mungkinkah dirampok?" lirih Brian melirik kearah Sintia yang sama terkejutnya dengan Brian.Namun Sintia seakan tuli dan langsung berlari begitu saja kearah dalam, meneriakkan nama Delna berulang kali, bahkan Sintia tidak sadar jika dirinya menginjak pecahan kaca, beruntung Sintia masih mengenakan sepatu sekolah sehingga tusukan kaca tidak menembus hingga kulit."Hei! Hati hati!" seru Brian ikut berlari kearah dalam, namun remaja laki laki itu lebih memperhatikan sekitar ketimbang Sintia.Sementara itu Sintia masih sibuk mencari Delna, netra hitam terus menelisik sekitar dengan gelisah. Bertambah sudah kegelisahan Sintia saat melihat keadaan rumah Delna."Delna!" teriak Sintia menghiraukan darah yang mulai
Read more
Mencari Delna
"Nak? Ayo makan dulu!"Sintia tersentak kaget mendengar seruan ibunya dari arah bawah. Melihat diri kearah cermin, merapikan rambut kemudian menghela nafas."Iya bu!" sahut Sintia lantang kemudian segera berlari keluar kamar menemui keluarganya yang sedang makan malam.Hal pertama yang Sintia temui adalah bau makanan, mulai dari manis hingga asam."Sini makan," ujar sang ibu melambai kearah Sintia, sedangkan Sintia hanya tersenyum, berharap senyumannya ini dapat menutupi perasaan sebenarnya Sintia.Makan malam keluarga Sintia malam ini terasa sunyi, Sintia yang biasanya selalu bercerita banyak hal hanya diam sembari menyantap makanan yang tersaji, cara makan Sintia saja sudah berbeda dan hal itu membuat ayah dan ibu Sintia bertanya tanya."Sintia? Ada apa?" tanya ayah Sintia memegang pundak sang anak.Sintia terlihat kaget, namun gadis itu berusaha menutupinya dengan tersenyum tipis sembari menggeleng pelan."Tidak kok, ayah, S
Read more
Hentikan Sintia!
"Delna?! Hei!"Orang orang mulai memperhatikan Sintia, melihat kearah gadis itu dengan tatapan aneh."Delna!" teriak Sintia sekali lagi sembari menatap sekitar dengan gusar.Sintia tak tau pasti sekarang pukul berapa, namun Sintia tau kalau ia telah mencari Delna hingga siang hari, hal itu ditandai dari pergerakan matahari yang sebentar lagi akan menuju titik tengah."Delna, kamu dimana sih, aku khawatir tau, udah hampir 4 hari kamu hilang," gumam Sintia menghapus keringat didahi serta pelipis, mengenakan jaket disaat matahari terik seperti ini benar benar membuat Sintia kepanasan."Gak! Aku gak boleh nyerah, siapa tau Delna butuh pertolongan," lirih Sintia tak jadi duduk dibangku, ia justru berlari kearah taman, biasanya Delna akan bersantai
Read more
Mencari Delna Lagi
Sintia sedari tadi tak berhenti tersenyum, memandang kearah dua orang didepannya dengan pandangan senang, kemungkinan Sintia untuk bertemu dengan Delna menjadi lebih besar, pikir Sintia tersenyum semakin lebar."Ukh .. Brian, ada apa dengan temanmu itu?" tanya ayah Brian sembari menunjuk kearah Sintia dengan jempol.Brian melirik kearah Sintia sekilas kemudian kembali menatap ayahnya."Entahlah ayah, mungkin Sintia sedang sangat senang? Akhir akhir ini perasaan Sintia sering mengalami berubah drastis," jelas Brian dengan suara pelan, takut jikalau Sintia mendengar perkataannya maka gadis itu akan merasa tersinggung.Sang ayah hanya mengangguk sembari melihat halaman rumah Delna yang terlihat rapih."Ini rumah temanmu yang hilang?" tanya sang ayah pada Brian.Brian mengangguk, menatap kearah Sintia yang saat ini sudah berada disamping Brian, menatap kearah rumah Delna dengan pandangan sendu, Sintia lalu berkata."Om bakal nemuin temen
Read more
Ketemu
Brian menghela nafas sesaat, berusaha menetralkan detak jantung agar kembali berdetak normal. didepan Brian kini terdapat Sintia dengan sang ayah, berdiri kaku seakan terbelenggu oleh sesuatu."Ada apa?" tanya Brian berjalan ke samping ayahnya, menatap raut wajah sang ayah yang terlihat sedikit ketakutan.Jauh disamping ayah Brian, Sintia juga berkondisi sama, hanya saja tubuh Sintia bergetar takut, sembari menutup mulut dengan kedua tangan."D-Delna .. ?" lirihnya sembari menggeleng pelan.Gadis itu kemudian berlari kencang kearah depan, kearah kegelapan. Brian lalu memincingkan mata, ingin memastikan apakah itu Delna atau bukan."Om! Tolong!" teriak Sintia dari dalam sembari menggeret Delna yang sekarang berlumuran darah, entah apa yang terjadi pada Delna hingga membuatnya berakhir seperti itu.Ayah Brian terkejut, tetapi setelahnya ia langsung mengambil ponsel, menekan nomor darurat dan berjalan menjauh dari Brian serta Sintia. Sedangkan
Read more
Perasaan Gundah
Koridor rumah sakit terlihat hening, hanya ada beberapa perawat saja yang lewat. Disalah satu bangku besi terdapat seorang anak yang tengah duduk sembari menatap lantai kosong. Lamunan anak laki laki itu buyar kala seorang pria dewasa memanggilnya."Brian .. dimana Sintia? Lalu apakah dokter sudah keluar dari ruangan Delna?" tanya ayah Brian secara beruntun, membuat sang anak menatap ayahnya kesal."Sudah .. " Namun karena tak memiliki tenaga lebih, Brian hanya bisa menjawab lemah, menghela nafas sebagai pelampias kekesalan.Ayah Brian menghela nafas sembari mengelus dada, tersenyum ke arah Brian kemudian ke arah ruangan Delna berada."Syukurlah, itu berarti Delna baik baik saja, kan?" tanya sang ayah lagi mendapat anggukan pelan dari Brian."Ayah .. " panggil Brian menatap ayahnya serius setelah beberapa menit terdiam.Ayah Brian spontan menatap anaknya balik ketika mendapat tatapan seperti itu dari Brian, ayahnya menatap sang anak dengan p
Read more
Delna .. Sakit Jiwa?
Sebuah petir imajiner seakan menyambar dibelakang Sintia, degup jantung perempuan itu terhenti sesaat sebelum kembali berpacu cepat."M-Maksud tante apa?" tanya Sintia panik, walau begitu ia berusaha agar pita suaranya tetap terdengar normal.Helaan nafas panjang trdengar dari sebrang telpon, Sintia dibuat semakin cemas karenanya."Sudah saya bilang, saya tidak peduli pada anak itu, dan kamu jangan menghubungi saya lagi," ucap ibu Delna kembali menghantam tubuh Sintia, entah karena apa hatinya terasa sakit mendengar hal itu."Tunggu tante!" cegah Sintia agar ibu Delna tak langsung mematikan telpon."Alasan tante apa sampai mengabaikan Delna? Tante tau? Delna masuk rumah sakit," ujar Sintia berharap rasa iba muncul dalam hati wanita itu.Bagaimana pun, seorang ibu tak dapat mengabaikan anaknya yang sedang sakit, setidaknya itu yang dipikirkan Sintia sebelum ibu Delna mengucap kalimat balasan."Saya tidak peduli, setelah anak itu bangun
Read more
Mereka terus Mengganggu
Lorong rumah sakit terlihat gelap, lampu panjang terkadang hidup dan mati dengan cepat, membuat pandangan seorang gadis terganggu."Akh! Ini benar benar mengganggu sialan!" umpatnya sembari menggosok mata sebelah kiri, terasa perih.Ketika tengah asik bergulat dengan mata, gadis itu merasakan sesuatu berlari dibelakangnya, spontan ia menoleh, menatap takut ke arah lorong.Namun gadis pirang itu tak menemukan apapun, hanya ada keheningan dan suara konsleting listrik yang terdengar. Satu detik kemudian hal serupa kembali ia alami, gadis itu menoleh ke arah depan.Netra hitam si gadis menemukan sesosok bayangan diujung lorong. Takut, cemas dan khawatir bercampur menjadi satu, membuatnya tak bisa bergerak.Wajah sosok itu rusak, aliran darah memenuhi wajah sosok tersebut. Sebuah seringai lebar tercipta kala ia menemukan hawa takut milik si gadis.Gerakan langkah cepat diambil oleh sosok tersebut hingga membuat gadis itu bergidik dan berlari tanp
Read more
Keberadaan Dion dan Ian
Langkah gontai menarik perhatian beberapa suster, mereka mengamati wajah si pemilik tubuh untuk memastikan apakah dia baik baik saja atau tidak.Sedangkan yang menjadi pusat perhatian hanya diam mengabaikan, berjalan pelan tanpa tujuan ke sisi lain lorong rumah sakit."Padahal bukan itu maksudku .. " lirih suara perempuan sembari menghela nafas lelah, menatap sekitar dengan tatapan kosong.'Delna tidak tau terimakasih!' Perkataan gadis lain mengalihkan pikiran Delna, perempuan itu kembali menghela nafas untuk kesekian kali.Setelah pertengkaran hebat antara Delna dan Sintia hari lalu, hubungan mereka menjadi kacau. Panggilan yang ia layangkan setiap saat pada Sintia tak pernah terjawab. Nomornya tidak aktif."Menyebalkan! Dasar otak dangkal!" umpat Delna menggeram kesal, tak sadar jika layar ponselnya retak karena digenggam terlalu kencang."Padahal aku berterimakasih dengan tulus," lanjut Delna menyimpan ponsel dalam saku, tak
Read more
Membutuhkan Pertolongan
Suara jangkrik terdengar dari arah hutan, suara binatang itu seperti musik abstrak, enak didengar namun terkadang tak enak didengar. Diantara suara jangkrik tersebut, terdengar sebuah siulan yang mengalun cukup pelan."Dasar! Mereka berat!" Keluh seorang wanita sembari memperbaiki posisi barang bawaannya dan kembali berjalan menuju kegelapan hutan."Kenapa sekalian sama tubuhnya sih?! Padahal ruh saja cukup." Keluh wanita itu lagi sembari menyeret sesuatu tersebut lebih cepat."Berisik, Nissa! Cukup turuti saja perintah tuan!" Suara berat berteriak pada wanita itu, sesosok pria adalah apa yang membentaknya.Nissa berdecih pelan, wanita berambut hitam legam itu mengumpat dalam hati dan terus berjalan menuju suatu tempat, suara dari serangga juga mulai menghilang dari pendengarannya.Beberapa saat terdiam, Nissa dan sosok pria tersebut sampai disebuah rumah tua. Wanita itu melirik sekilas ke arah bawah dan menemukan jika kaki pria tersebut tak menapa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status