All Chapters of YOU AND US: Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
Hari Kesepuluh
Delna bergegas pergi keluar, caranya untuk keluar pun mainstream, yaitu melompat keluar dari jendela.Melihat hal itu tentu saja membuat Dion terkejut, ia tak menyangka jika Delna akan melakukan tindakan bodoh seperti itu."Delna?!" seru Dion yang dimana panggilan itu Delna hiraukan, sang gadis masih saja terus berlari ke tempat dimana para warga berada."Ckk, merepotkan," gumam Dion kesal dan pergi menyusul Delna, tentu saja dengan cara yang normal.***Suara aneh warga mulai terdengar jelas, mereka seperti membacakan suatu mantra yang Delna dan Dion tak mengerti.Ketika dilihat dari dekat, beberapa warga ada yang membawa suatu sesajen berupa kepala kerbau."Mereka ngapain sih?" tanya Delna heran, baru pertama kali ia melihat hal yang seperti ini.Dion mengangkat bahu tanda ia tak mengerti. Dion memang sering melihat hal seperti ini, namun difilm. Remaja itu tidak menyangka akan melihat secara langsung.Semua warga terlihat sang
Read more
Hari kesebelas
"Hantu .. ? Hmm gak tau juga, antara percaya gak percaya sih," ucap Riski tak menoleh sama sekali, bahkan nada bicaranya jadi berbeda.Delna hanya ber-oh ria, lalu mulai menceritakan kejadian yang ia dan temannya alami akhir akhir ini.Riski terlihat serius saat mendengarkan cerita Delna, Riski bahkan melambatkan laju motornya agar Delna bisa leluasa bercerita."Pokoknya kejadian aneh selalu menimpa kami kak, dan sosok sosok yang kami jumpa selalu menyebut kata 'mati' dan 'Dion'," jelas Delna melihat kearah gedung putih, apalagi jika bukan apotik satu, tempatnya PKL."Lanjut cerita didalam ya? Mumpung ada Diego hari ini," ujar Riski turun dari motor setelah Delna turun terlebih dahulu."Diego?" tanya Delna bingung karna merasa asing dengan nama tersebut.Riski mengangguk, "iya, karyawan baru, aku dengar dia tau soal dunia perhantuan gitu."Lagi lagi Delna hanya ber-oh ria, semangatnya hilang entah kemana."Memang sejak awal aku semanga
Read more
Hari keduabelas
Delna langsung terdiam begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Nissa, raut wajah Delna langsung berubah drastis."Del?" panggil Nissa merasa heran dengan perubahan Delna."Ceritanya panjang sih Nis. Tapi intinya mereka diganggu?" jelas Riski menggunakan nada tanya, toh dirinya juga masih tidak terlalu percaya dengan Delna."Ian hilang, Dion kaya orang gila," lanjut Riski setengah berbisik karna tiba tiba saja bu Salma lewat, Riski langsung memasang tubuh didepan Delna agar bu Salma tak melihatnya."Riski? Anak PKL belum berangkat?" tanya bu Salma sedikit merapikan rambut, kentara sekali kalau wanita itu baru saja bangun dari dunia mimpi."Sepertinya mereka terlambat bu, kalau satu jam juga mereka gak dateng saya bakal jemput," ujar Riski sembari memberi isyarat pada Delna untuk tidak keluar dari balik tubuh Riski.Bu Salma menggeleng heran, "baru beberapa hari saja mereka terlambat," gumamnya kemudian berjalan kembali ke ruangan bu Salma
Read more
Hari Ketigabelas
"Kenapa Del .. kenapa?" Disana, Dion terduduk lemah diatas kasur, kulitnya pucat, rambut hitam berantakan. Penampilan Dion benar benar kacau saat ini. "Astaga .. Dion?" panggil Nissa merasa prihatin dengan keadaan Dion, lagipula siapa yang tak tega melihat seseorang dalam keadaan mengenaskan seperti itu? Nissa kemudian segera berlari kearah Dion, tak peduli dengan seruan yang dilontarkan Delna. "Kak Nissa! Jangan! Bahaya!" seru Delna memperingati, namun Nissa tampak tak peduli, toh Dion lebih membutuhkan pertolongan. "Kak Nissa!" seru Delna lagi ketika melihat Dion menunduk lesu, ia takut Dion akan berteriak marah atau melakukan hal yang ekstrim. Setelah sampai didepan Dion, Nissa segera mengelus pucuk kepala Dion dan bertanya apakah Dion baik baik saja atau tidak. Dion menggeleng sebagai jawaban, tanda jika dirinya sedang tidak baik baik saja. Nissa kemudian mengangguk pelan lalu mengamit pergelangan tangan Dion. Lilitan tali
Read more
Petunjuk
Orang itu menatap Delna intens, matanya bergerak dari atas turun kebawah, memperhatikan Delna secara detail. "Maksudnya?" Suara Delna memecah keheningan, membuyarkan fokus orang itu. Namun sepertinya pria didepan Delna lebih memilih untuk tak menjawab. Kerutan didahi sang pria sudah menjadi bukti untuk Delna bahwa ia sedang berfikir keras. Hening tiba tiba menyergap membuat Delna merasa tak nyaman sekaligus risih, "saya permisi kalau memang Anda tak memiliki urusan dengan saya," ujar Delna sopan dan berniat pergi sebelum pria itu menghentikannya. "Oh! Kamu Delna?" tanya orang itu dengan wajah riang, tak mempedulikan semua perkataan yang Delna lontarkan sebelumnya. Walaupun sedikit sebal, Delna tetap mengangguk sebagai jawaban. "Ini aku Henri!" ungkapnya sembari menunjuk diri sendiri. Tiba tiba saja memori beberapa minggu lalu terputar bagai rewind dikepala Delna. Terdiam sesaat karna otak Delna masih memproses informasi
Read more
Kenapa?
"Tunggu! Pak Hendra?" tanya Delna setengah terkejut, terlalu fokus dengan Dion membuatnya lupa untuk melaporkan hal ini pada kepala desa."Yap, aku mau kamu menebak, Del," ujar Henri melipat tangan didepan dada.Lagi, Delna mengernyit bingung. Ayolah, otaknya terlalu bodoh untuk memecahkan suatu teka teki."Aku malas berfikir, akan aku tanyakan hal ini pada Dion saja," ungkap Delna bangkit lalu berjalan kearah kamar Ian, Delna hendak membawa pemuda itu ke rumah."Ya sudah, lakukan hal seperti Dion, semoga beruntung gadis kecil."***Perkataan Henri terus saja berputar dikepala Delna, terngiang bagai sebuah musik.Nafas gadis itu  terengah karna membawa beban dipunggungnya. Bulir bulir keringat memenuhi pelipis Delna. Sesekali Delna akan terpeleset ketika berjalan. Kepalanya sedikit berkunang-kunang akibat terlalu lelah membawa beban."Sedikit lagi .. " lirih Delna menatap jalanan didepannya."Kalau bukan karna aku p
Read more
Dunia astral
Kegelapan dengan sinar warna biru merupakan pemandangan yang Delna lihat pertama kali. Pepohonan lebat menjadi pelengkap tempat Delna berada. Netra hitam menelisik sekitar, mencoba untuk mencari tau sedang dimana Delna berada sekarang. Terbangun dari posisi tidur hanya untuk melihat lebih luas, Delna bangkit berdiri, sedikit membersihkan debu yang menempel ditubuhnya.Otak gadis itu masih berusaha untuk mencerna kejadian hari ini, lagi lagi otaknya disuruh kembali untuk berfikir, pikir Delna kesal."Astaga .. padahal niatku kan hanya iseng," lirih Delna memijat pelipisnya setelah mengingat kejadian beberapa menit lalu.Delna sendiri yang memang kurang ajar, namun niatnya kan hanya ingin memastikan apakah teorinya benar atau tidak."Tidak kusangka hantu itu sensitif .. " gumam Delna sangat pelan mulai berjalan tanpa arah.Delna membiarkan sang kaki menjadi pemimpin kali ini, otaknya sudah terlalu lelah."Sekarang .. aku harus apa
Read more
Keluar?
"Delna?" lirih Dion terus menatap sosok seorang gadis yang tengah menari seorang diri dipinggir panggung.Semua penonton semakin bersorak senang ketika Delna menaikkan tempo kecepatannya menarinya. Walau samar, Dion dapat melihat rasa lelah tampil diwajah Delna.Perasaan takut yang sebelumnya hinggap langsung tergantikan dengan perasaan iba. Entah kenapa firasatnya mengatakan jika Delna sedang meminta bantuan.Dengan perlahan Dion menuruni tanjakan. Pertunjukkan itu seperti berada ditengah lubang dalam."Aw!"Dion langsung menutup mulut rapat rapat, takut jika ia menjadi pusat perhatian. Namun sepertinya 'orang-orang' itu asik menonton pertunjukkan yang terpampang dihadapan mereka, Dion diam diam bersyukur akan hal itu."Gimana cara nyelamatin Delna tanpa memancing perhatian?" gumam Dion langsung menatap sekitar dengan hati hati.Otak Dion paksa untuk berfikir lebih, "bayangkan kalau ini game," batin Dion masih berusaha mencari cara.
Read more
Perjanjian
Delna dan Dion membulatkan kedua mata mereka, tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. Namun dari hati paling dalam Delna dan Dion juga bersyukur kepada Tuhan.Melupakan rasa syok, kini Dion tersenyum lebar, bahkan sangat lebar hingga menampilkan deretan gigi rapi milik Dion. Begitu juga dengan Delna, gadis itu tersenyum sesaat sebelum akhirnya berdiri dan menghampiri seseorang yang diam diam Delna rindukan."Ian!" sapa Delna sedikit keras, membuat sang empu nama menutup telinga rapat rapat."Baru juga dateng," lirih Ian menatap sebal kearah Delna sembari mengusap telinga sebelah kanan.Bukannya merasa bersalah Delna justru membalas tatapan Ian, Delna tidak mau mengakui rasa rindunya pada Ian."Ian!"Saat hendak kembali bicara, Dion memotong ucapan Delna dengan cara berseru memanggil Ia
Read more
Akhir dari segalanya
"Setelah itu, tanpa fikir panjang aku langsung menerima tawaran dari sosok itu," jelas Ian mengakhiri ceritanya dengan suara serak, ia lelah bercerita panjang lebar, tenggorokannya terasa kering namun tak ada air yang bisa Ian minum. Ketika Ian sedang sibuk mengurusi tenggorokan, Dion tiba tiba saja menghambur kedalam pelukan Ian, Dion terharu karna Ian rela tersiksa demi dirinya. "Terima kasih sahabatku~" ungkap Dion sedikit berlebihan menurut Ian. Mengabaikan cerita Ian sesaat, Delna bertanya pada Dion, "setelah mendengar cerita tadi, apa kamu ingat .. semuanya?"  Dion langsung melepas pelukannya dengan Ian. Termenung sebentar sebelum menjawab, "gak terlalu sih, cuman ingetlah dikit dikit," jawab Dion sembari menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Delna menghela nafas lelah mengetahui hal itu, bagaimana nanti ketika mereka pulang lalu diminta presentasi selama mereka PKL tetapi Dion hilang ingatan? Akan sangat tidak lucu jika Delna harus b
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status