Semua Bab The Huntress Trilogy #1 Daughters of Lucifer: Bab 21 - Bab 30
179 Bab
Broken
Elba bangun dengan tubuh limbung. Gedoran di pintunya terasa memekakkan telinga. Dengan mata setengah terpicing, ia menarik engsel dan membuka pintu. Nina menyeruak masuk dengan wajah tegang.“Kamu benar-benar tidak beradab dan memiliki sopan santun, Nina. Ini terlalu pagi!” seru Elba mengeluh. Nina tidak peduli dan meletakkan rekamannya di meja serta menekan tombol play.“Dengarkan keterangan dari kekasihmu, Reid,” pinta Nina.“Astaga, dia bukan kekasihku …,”“Sstt …,” potong Nina ketika rekaman itu mulai terdengar. Elba akhirnya memilih bungkam dan mengambil botol air mineral yang ada di meja. Awalnya, pembicaraan yang terekam hanya menjelaskan tentang kejadian di kota mati. Reid memaparkan tentang lima kasus utama yang menggemparkan. Elba masih tidak mengerti tujuan dari Nina memintanya mendengarkan rekaman yang dia sudah dengar langsung kemarin lusa.“Aku sudah mendengarnya, Ni
Baca selengkapnya
Trust
Nina duduk di selasar rumah sakit sementara ibu Reid masih berbicara dengan dokter. Elba duduk di lantai dengan wajah hampa. Sesaat, Nina mendengar ibu Reid terisak dengan pelan kemudian berubah menjadi tangis histeris. Nina memejamkan mata. Reid tidak lagi tertolong!Semakin Nina membuka diri untuk memahami cara manusia normal berinteraksi, semakin sulit menahan rasa sakit juga kecewa yang terkadang ia rasakan. Ternyata ada berbagai macam emosi yang membuatnya menguras energi jauh lebih besar dibandingkan saat bertempur.Inikah cara bagi Nina menjadi manusia seutuhnya? Belasan tahun mematikan perasaan dan tidak memiliki ambisi lain selain membunuh dan menuntaskan tugas. Kini terasa sangat berbeda setelah menjadi manusia bebas.“Aku akan menunggumu di kafetaria,” ucap Nina memberi kesempatan pada Elba untuk berduka bersama ibu Reid. Elba bergeming dan menatap Nina yang menjauh.Dengan gontai Nina melangkah keluar rumah sakit dan berjalan kaki menuju kafe terd
Baca selengkapnya
Believe is Hard
Rasanya menempuh jarak panjang dengan ritme musik pelan, bisa mengugah sisi melankolis jiwa seseorang. Nina mengambil alih kemudi dan membiarkan Elba berbaring di kursi belakang dalam kondisi terpuruk. Roth yang menghuni tubuh Reid sebagai media untuk mengikuti perintah Nina, duduk di sebelahnya. Nina tenggelam dalam kilas balik kenangan lalu.“Aku tidak pernah memiliki cinta yang Elba rasakan. bukankah itu aneh dan tidak normal?” tanya Nina dengan wajah lurus ke depan. Roth tersenyum. Botol vodka yang sudah kosong di tangannya, Roth letakkan di bawah dan ia mengambil botol kedua, whisky.“Kamu menutup hati dan mematikan perasaanmu hingga semua terasa kebas dan tidak mampu menembus benteng itu,” timpal Roth.“Betapa lucu dan anehnya kehidupan ini sesungguhnya. Menyenangkan rasanya menikmati semua emosi yang baru,” gumam Nina.“Padahal Elohim sudah memberimu paket yang lengkap. Dalam wujud terindah serupa wujudNya. Sifat dan karakter yang baik serta penuh caha
Baca selengkapnya
Tracing Belial
Perumahan di Florence tampak padat namun bersih dan hijau. Tata kota Florence juga sangat rapi dan teratur. Daerah yang dekat dengan Prison Complex atau komplek penjara untuk Arizona State ini tampak cukup ramai dan hidup. Nina berkendara melewati pertokoan dan pusat kota Florence.“Kita harus mencari hotel, aku merasakan kehadiran Belial yang cukup kuat,” cetus Roth dengan wajah tegang.“Aku masih tidak mengerti kenapa Belial begitu terlihat berambisi ingin mencemoohku,” balas Nina.“Mungkin ayahmu dan dirinya memiliki konflik di masa lalu.” Spekulasi Elba cukup masuk akal.“Jarak Serbia ke Amerika bukanlah dekat. Bagaimana mereka bisa kenal satu sama lain? Menurutmu ayahku bukan iblis yang berdomisili di Serbia?” tanya Nina. Roth tertawa, begitu juga Elba.“Iblis dan setan tidak terikat dalam ruang dan waktu. Mereka bebas bepergian tanpa kendala jarak. Bukan seperti kita yang terbentur semua i
Baca selengkapnya
Knowing Others
Nina dan Elba masih terpana dan sulit menguasai diri ketika menyaksikan puluhan remaja dalam kondisi di luar kendali sedang menjahit mulut dengan kesadaran penuh.“Roth …,” desis Nina yang mulai kembali tersadar pada tujuan mereka saat ini. Roth menelan ludahnya dengan gusar.“Mereka sadar sepenuhnya dan mengalami kesakitan. Aku akan menghilangkan hipnotis yang mempengaruhi mereka dan tolong hubungi apparat!” pinta Roth.Elba tidak membuang lagi waktu segera melesat keluar ruangan mencari bantuan, sementara Nina memenangkan siswa yang mulai berhenti untuk tidak panik.Setengah jam kemudian gedung sekolah dipenuhi mobil ambulans dan polisi. Elba masih memberikan keterangan pada polisi. Sementara itu, Roth melanjutkan pembersihan dari pengaruh Belial di gedung tersebut.“Terima kasih atas bantuanmu,” ucap seorang wanita, ibu dari salah satu murid yang menjadi korban malam itu.Nina mengangguk gugup da
Baca selengkapnya
Chase by Nightmare
“Sulit menerima cara berpikirmu yang sangat berbeda dengan keputusan dan tindakanku selama ini. Tapi kini aku mengerti bahwa dirimu bukan manusia yang egois dan tidak peduli,” seru Roth pada Nina yang duduk di halte bus dengan botol yang hampir kosong. Nina bergeming dan masih menatap jalanan sepi.“Averin, kita mulai dari awal. Aku yang salah,” ucap Roth dengan terbata-bata. Nina menenggak cairan terakhir yang tinggal beberapa mili.“Sudahlah, aku tidak memiliki ekspektasi besar untuk orang mengerti tentangku.” Nina menaruh botol kosongnya dengan hati-hati di lantai halte.“Aku bukan manusia, dan aku iblis yang paling bodoh. Jadi, aku mempunyai kesempatan besar untuk kamu maklumi, kan?” tanya Roth membujuk dengan canda. Nina menoleh pada Roth dan mengernyitkan dahinya, Nina terlihat menawan saat melakukan itu.“Kamu tahu? Untuk makhluk yang jiwanya berada dalam genggamanku dan tidak berdaya, nyalimu c
Baca selengkapnya
Slaugther by The Past
Ketiganya menerima undangan Al untuk menikmati pai daging dan wine. Ternyata wine yang Al suguhkan bukan murahan. Sebotol koleksi vintage yang berusia sembilan tahun. Elba mengecup dengan puas dan nikmat. Wine merah itu sungguh berkualitas baik.“Pai daging adalah makanan favoritku,” ucap Elba. “Dan ini yang terbaik,” puji Elba kembali.“Ah, Elba. Kau membuatku melambung. Al tidak pernah memuji masakanku,” sambut Trish dengan ceria.“Trish, aku sudah merasakan masakanmu selama empat puluh tahun, ayolah,” protes Al. Trish terkekeh dan menikmati menggoda suaminya.“Untunglah kalian bertemu dengan kami, jika tidak maka segala macam penolakan akan kalian terima,” ucap Al sambil menghembuskan cerutunya. Pria itu duduk di kursi malasnya dan terlihat menyukai kehadiran mereka.“Oh ya? Kenapa?” kini Nina tertarik untuk mengetahuinya.“Entah kalian percaya tentang hal super
Baca selengkapnya
Second Chance for Sinners
Makan malam yang Trish sediakan untuk mereka sangat lezat. Selain ramah dan baik, Trish juga Al menyediakan informasi penting lainnya mengenai peristiwa di tempat lain.“Aku tidak menemukan tujuan dari semua kematian hewan tersebut selain dari kepuasan iblis dalam menumpahkan darah,” cetus Elba dengan dahi berkerut.“Ya, ini seperti jalan buntu. Tidak ada jejak ataupun pertanda kehadiran Belial dan iblis lainnya. Aneh …,” gumam Roth.“Yang aku butuhkan adalah satu peristiwa lagi untuk mengungkap siapa tokoh di balik ini semua,” ucap Nina dari ujung meja.“Apakah kalian mengetahui bagaimana Belial ini hadir?” tanya Al.“Roth jelas merasakan dan mengetahui dengan cepat. Aku dan Nina hanya bisa melihat jika dia menampakkan diri,” sahut Elba. Al manggut-manggut dengan wajah tampak berpikir.“Ada satu lagi yang belum kami sampaikan karena hal ini sempat membuatku dan Trish d
Baca selengkapnya
No Time To Die
Kisah mereka di Santee usai. Namun bertumpuk pertanyaan menambah kebingungan Nina. Tujuannya semula hanya untuk bebas dan menempuh hidup lebih baik. Pencarian Nina tentang asal usulnya semakin tenggelam dalam ketidak pastian. Tidak ada petunjuk jelas. Kini bertambah, mereka harus waspada atas lancangnya mulut Nina yang menentang Lucifer.Ketiganya terdiam selama menyusuri jalanan yang cukup hangat siang itu. Nina menyandarkan kepalanya menatap luar jendela yang dipenuhi hutan pohon pinus. Elba menyatakan mampu kembali ke balik kemudi.“Kita mengisi bensin dulu,” ucap Elba.Dari jauh tampak tempat beristirahat. Pom bensin dengan kafetaria yang cukup ramai. Tidak ada yang menanggapi. Roth jelas masih dalam kekalutan karena kini harus menjadi sekutu Nina dan oponen rajanya.Mobil terparkir di depan kafetaria setelah mengisi bensin penuh. Elba melangkah lebih dulu dan melepas kacamata hitamnya saat memasuki kafe tersebut. Nina menyusul bersama Roth yang tampak le
Baca selengkapnya
The Highest Risk
Pesawat mendarat di airport internasional Leonardo da Vinci, Roma. Nina menghirup udara dingin bulan Desember.“Inikah udara wilayah yang pernah menjadi salah satu tahta kaki Elohim?” tanya Roth terlihat memandang langit yang cukup mendung. Waktu menunjukkan pukul sembilan lebih lima belas menit.“Salah satu? Di manakah yang lain lagi?” tanya Elba tampak tertarik.“Mekkah,” jawab Roth ringan. Elba mengucapkan alhamdulilah dengan penuh syukur.“Kau mengatakan pernah? Bukankah itu berarti tidak lagi?” tanya Nina yang ternyata jeli. Roth tertawa.“Aku tidak lagi melihatNya setelah ratusan abad. Mungkin tempat ini tidak layak lagi baginya,” sahut Roth. Nina mendengar suara Elba menghela napas panjang.“Tapi siapakah yang bisa mengerti bagaimana Bapa Yang Agung berpikir? Dia akan mengijinkan bagi makhluk untuk melihat atau tidak, jelas aku bukan salah satu yang terpilih,” sam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status