All Chapters of The Huntress Trilogy #1 Daughters of Lucifer: Chapter 31 - Chapter 40
179 Chapters
Jin Izkia's Help
Abigail masih menyilangkan tangan di dada dan tampak tidak setuju dengan rencana empat orang dewasa yang kini duduk bersamanya di ruang tunggu bandara.“Aku tidak boleh berpamitan pada Paman Markus? Ini tidak adil! Jangan-jangan kalian ingin menculikku ya?!” tuduh Abigail dengan kesal. Nina menahan diri untuk tidak membentak gadis kecil yang dari semula membuatnya jengkel.“Menculikmu? Untuk apa? Jangan terlalu curiga, Abigail,” tukas Roth dengan lirikan kesal.“Aku tidak bicara denganmu!” seru Abigail makin menunjukkan suasana hati yang tidak bagus. Oliver memberikan ipod padanya.“Tenangkan dirimu, jika menuruti semua yang ada dalam otakmu, kamu akan kambuh dan itu bahaya,” ucap Oliver pelan. Abigail merebut media pemutar musik dengan wajah cemberut.Remaja itu memasang headset dan asyik dengan pilihan musik dalam fitur ipod. Nina menyilangkan tangan di dada dengan geram.“Jika kau tida
Read more
Little Talk
Elba memutuskan untuk menginap di hotel sekitar Firan. Menurut keterangan pemilik rumah makan, polisi sering mengadakan patroli dan berbuat seenak hati dengan menangkap wisatawan asing yang berkeliaran malam hari. Terutama dengan keberadaan Nina, mereka akan melemparkan tuduhan yang sangat keji dan serius. Demi menghormati budaya timur yang masih kental dengan norma dan kesopanan yang berlaku, Elba memutuskan tidak melanjutkan perjalanan.“Membawa wanita dalam perjalanan di malam hari bisa dipenjara? Sangat konyol!” protes Nina sembari membuka pintu kamar dengan kasar.“Ingat yang aku ceritakan tentang kedudukan wanita di dunia timur?” seru Elba. Nina bungkam dan memilih masuk ke kamar dengan kesal.“Ini memang buang-buang waktu. Dengan menunda berarti akan semakin lama aku kembali ke vatikan,” gerutu Abigail. Roth segera menyeret masuk gadis remaja itu, sebelum melemparkan keluhan lainnya dan membuat Elba naik pitam. Keduanya
Read more
The Blind Man
Pagi-pagi, Elba sudah mengedor pintu masing-masing dan membangunkan semuanya.“Setengah jam lagi kita berangkat!” teriak Elba sambil menuruni tangga motel. Nina sudah menikmati kopi dengan Oliver di ruang makan motel. Kebulan asap kopi dari cangkir membuat Elba merasakan emosinya menurun.“Kau membutuhkan kafein. Suasana hatimu tidak begitu bagus akhir-akhir ini,” ucap Nina. Elba membenarkan dan menggelengkan kepala.“Pikiranku kacau,” jawab Elba muram.“Speak up,” pinta Nina. Elba menghela napas dan kembali menyeruput kopinya.“Aku pernah menyakiti seseorang. Makhluk astral tepatnya, dari bangsa Jin. Dia berasal dari Mesir,” sahut Elba dengan wajah kecut. Nina menghentikan suapannya. Sarapan itu tidak lagi menarik.“Apakah parah?” tanya Nina. Elba mengangkat wajahnya dan menatap Nina dengan lekat.“Aku membunuh tuannya,” jawab Elba. Nina membuka mulut
Read more
Death Row In Cairo
“Aku masih tidak mengerti kenapa Karmuzu meminta kita yang menyelamatkan para muridnya dan bukan mengutus murid dia yang lain,” gerutu Roth.“Kau sudah mendengar kenapa tadi, kan?” tukas Elba.“Iya tapi kenapa sekarang kita harus pergi ke Kairo, padahal sudah tinggal satu langkah ke gunung Sinai!” protes Roth kemudian.“Kau bisa memilih untuk tidak ikut!” seru Nina dengan kesal.“Nah, ide yang sangat bagus sekali!” sambut Roth ceria.“Pergilah, aku akan menjaga keduanya,” timpal Oliver. Elba terlihat ragu.“Kami akan baik-baik saja. Kau bisa menyelamatkan sepuluh orang tersebut tanpa kesulitan dengan Elba,” yakin Oliver. Setelah sepakat dengan ide yang Oliver sarankan, Nina dan Elba berangkat ke Kairo segera.***Berdasarkan informasi dari Karmuzu yang sebetulnya tidak cukup memadai, Nina dan Elba bisa menemukan lokasi di mana sepuluh orang ters
Read more
Hell's gate
Nina merasakan perutnya mual dan kepalanya berat seperti terhimpit beban puluhan kilo. Berikutnya ia terhempas ke suatu ruang hampa yang membuat tubuhnya melayang. Dari kejauhan tampak gerbang hitam yang terbuat dari susunan tulang belulang. Aura kegelapan jelas tampak dari balik gerbang tersebut. Nina mencoba berpikir apakah dirinya sedang dalam mimpi akibat benturan atau memang terhempas di alam mengerikan ini.Kegelapan menyelimuti hingga sejauh matanya memandang. Nina tidak mampu melihat di mana ujung dari dimensi yang aneh ini. Satu-satunya cahaya adalah pancaran sinar merah dari arah gerbang tersebut. Nina melihat ke bawah dan ada landasan mirip dengan bentuk gumpalan awan hitam. Begitu dirinya mencoba turun, kakinya menapak dengan mudah. Ternyata cukup padat.Nina berjalan menuju gerbang tersebut dengan hati-hati dan waspada. Tangannya siap menghantam siapa pun yang ia curigai. Mendadak matanya melihat satu persatu bentuk manusia mirip dengan asap hologram. Tubu
Read more
Marked from Hell
Roth menyentuh tangan Elba dengan pelan. Nina mulai membuka mata dengan keringat yang terus meleleh dari keningnya. Wanita itu tampak mual dan Oliver dengan sigap meraih ember dan mendekatkan pada Nina.Semua isi lambung Nina keluar. Oliver mengurut tengkuk Nina sementara tangan kirinya menadah dengan ember. Setelah beberapa saat, Nina duduk tegak dan mengusap mulutnya. Ekspresi wajah Nina mulai memerah dan tidak lagi pucat.“Sial! Aku terjebak di gerbang neraka!” umpat Nina dengan terengah.“Tubuhmu panas seperti bara api sejak terlempar,” ucap Elba mengangsurkan gelas minum. Nina menenggak hingga habis.“Apa yang terjadi?” tanya Nina kemudian.“Kamu pingsan sudah hampir dua hari. Jangan heran dengan tambahan tattoo di lehermu. Sepertinya raja iblis itu memberimu oleh-oleh yang berkesan,” cetus Roth menunjuk pada pangkal leher Nina. Wanita itu meraba tubuhnya dan meringis.“Panas,”
Read more
Home Sweet Home
Setelah berdebat dengan hebat dan melewati sesi bertengkar yang cukup tinggi, Nina akhirnya mengalah. Mereka mengikuti keinginan Abigail untuk kembali ke Roger Pass. Lexi menyambut mereka dengan pandangan heran, tapi tampak bahagia saat melihat Abigail selamat.“Markus benar, kalian memang tim yang paling tepat mengasuh Abigail!” seru Lexi sambil tak henti-hentinya mengusap air mata.“Kau mengenal Markus dengan baik, rupanya,” jawab Elba santun.“Aku dan Robert dulu bekerja untuk Nasa. Kami ilmuwan yang sangat berdedikasi,” balas Lexi dengan sendu. Kemudian mengalir cerita tentang bagaimana ia menjadi ‘mata’ bagi Markus dalam mengawasi keluarganya. Pria tua itu masih merawat rumah peninggalan Robert, kakek Abigail, dengan baik. Setelah melepas rindu dan sedikit berbincang, mereka diantar Lexi menuju pemakaman umum. Para tetangga yang melihat Abigail kembali menyingkir dengan tatapan menyelidik.
Read more
Being Normal?
Waktu berganti dengan cepat. Tidak terasa semua berlalu dan mengalir dengan baik. Seakan-akan semua mengikuti alur yang semestinya. Apa yang tidak pernah mereka duga dan rencanakan, ternyata berjalan dengan baik dan hampir tanpa kendala.Nina mulai merenggangkan sedikit sikap dingin dan tak acuhnya. Tiga bulan hidup bersama Abigail, membuatnya berubah. Secara naluriah, ia menjadi seorang kakak bagi remaja yang menginjak tahun ketiga belas dalam hidupnya.Elba dan Roth menghabiskan waktu dengan Oliver membantu Lexi dan sibuk berburu. Bukan untuk membantai binatang, namun lebih sebagai aktivitas olahraga dan melatih otot maskulin mereka.“Tetangga baru dari rumah sebelah mengantar ini tadi pagi!” seru Roth meletakkan keranjang buah di meja makan. Nina baru selesai merapikan barang belanjaan di kulkas.“Tetangga baru? Sejak kapan?” tanyanya heran.“Aku berangkat!” seru Abigail dari pintu depan dan tanpa menunggu jaw
Read more
The Huntress
Malam itu, mereka berdiskusi dengan seru mengenai penemuan di lereng gunung. Nina mendengarkan dengan santai di dekat jendela.“Aku bersyukur tidak mengiyakan usulan teman-teman yang ingin berkemah akhir pekan lalu,” ucap Abigail dengan mimik cemas.“Jauhi hutan, Abe!” seru Nina tanpa memalingkan wajahnya.“Aku tahu, kami mengagalkan rencana itu,” sahut Abigail cepat-cepat.“Bagaimana kabar tetangga sebelah?” tanya Elba.“Kosong. Kami mencoba mengunjungi mereka dua kali,” sahut Roth dari ujung sofa.“Aku sudah menempatkan mantra penangkal di rumah itu. Jika mereka benar-benar sosok yang bukan manusia, tidak bisa lagi masuk,” imbuh Oliver.“Aku heran mereka bisa menemukan kita di sini,” renung Elba.“Mungkin mereka adalah para kultus biarawan yang masih mengincar Abe,” timpal Roth.“Atau mungkin utusan ayah Abigail sendir
Read more
Merciless Neighbor
Siang itu baru saja Abigail meletakkan tas ransel dan menyantap potongan buah yang disiapkan Nina untuknya, dia mendengar bel pintu depan berdentang.“Oliver, ada tamu di depan!” teriak Abigail sambil menuangkan yogurt pada mangkuk dan menambahkan potongan buah di atasnya. Roth muncul dari kamar dan tampak mengantuk.“Wah boleh juga ide kamu,” seru Roth tertarik pada kreasi Abigail. Remaja itu tersenyum bangga.“Padahal ini sudah menjadi makananku sejak kecil,” cetus Abigail santai. Bel pintu kembali berbunyi. Abigail dengan kesal melangkah ke depan dan membukanya. Kosong, tidak ada siapa pun di sana. Abigail membanting pintu dengan jengkel.“Halloween belum dimulai, tapi teror sudah ada sejak siang,” gerutunya.“Nina dan Elba?” tanya Abigail kemudian.“Pergi dengan Sheriff.” Roth menyendok yogurt dan matanya terpejam menikmati sensasi rasanya.“Jangan-janga
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status