Waktu berganti dengan cepat. Tidak terasa semua berlalu dan mengalir dengan baik. Seakan-akan semua mengikuti alur yang semestinya. Apa yang tidak pernah mereka duga dan rencanakan, ternyata berjalan dengan baik dan hampir tanpa kendala.
Nina mulai merenggangkan sedikit sikap dingin dan tak acuhnya. Tiga bulan hidup bersama Abigail, membuatnya berubah. Secara naluriah, ia menjadi seorang kakak bagi remaja yang menginjak tahun ketiga belas dalam hidupnya.
Elba dan Roth menghabiskan waktu dengan Oliver membantu Lexi dan sibuk berburu. Bukan untuk membantai binatang, namun lebih sebagai aktivitas olahraga dan melatih otot maskulin mereka.
“Tetangga baru dari rumah sebelah mengantar ini tadi pagi!” seru Roth meletakkan keranjang buah di meja makan. Nina baru selesai merapikan barang belanjaan di kulkas.
“Tetangga baru? Sejak kapan?” tanyanya heran.
“Aku berangkat!” seru Abigail dari pintu depan dan tanpa menunggu jaw
Malam itu, mereka berdiskusi dengan seru mengenai penemuan di lereng gunung. Nina mendengarkan dengan santai di dekat jendela.“Aku bersyukur tidak mengiyakan usulan teman-teman yang ingin berkemah akhir pekan lalu,” ucap Abigail dengan mimik cemas.“Jauhi hutan, Abe!” seru Nina tanpa memalingkan wajahnya.“Aku tahu, kami mengagalkan rencana itu,” sahut Abigail cepat-cepat.“Bagaimana kabar tetangga sebelah?” tanya Elba.“Kosong. Kami mencoba mengunjungi mereka dua kali,” sahut Roth dari ujung sofa.“Aku sudah menempatkan mantra penangkal di rumah itu. Jika mereka benar-benar sosok yang bukan manusia, tidak bisa lagi masuk,” imbuh Oliver.“Aku heran mereka bisa menemukan kita di sini,” renung Elba.“Mungkin mereka adalah para kultus biarawan yang masih mengincar Abe,” timpal Roth.“Atau mungkin utusan ayah Abigail sendir
Siang itu baru saja Abigail meletakkan tas ransel dan menyantap potongan buah yang disiapkan Nina untuknya, dia mendengar bel pintu depan berdentang.“Oliver, ada tamu di depan!” teriak Abigail sambil menuangkan yogurt pada mangkuk dan menambahkan potongan buah di atasnya. Roth muncul dari kamar dan tampak mengantuk.“Wah boleh juga ide kamu,” seru Roth tertarik pada kreasi Abigail. Remaja itu tersenyum bangga.“Padahal ini sudah menjadi makananku sejak kecil,” cetus Abigail santai. Bel pintu kembali berbunyi. Abigail dengan kesal melangkah ke depan dan membukanya. Kosong, tidak ada siapa pun di sana. Abigail membanting pintu dengan jengkel.“Halloween belum dimulai, tapi teror sudah ada sejak siang,” gerutunya.“Nina dan Elba?” tanya Abigail kemudian.“Pergi dengan Sheriff.” Roth menyendok yogurt dan matanya terpejam menikmati sensasi rasanya.“Jangan-janga
Roth dan Nina mengejar arah jin kanibal tersebut melarikan diri. Keduanya melesat dengan kecepatan penuh.“Kamu sangat mengejutkan, Nina!” seru Roth di antara lompatan mereka dari rumah ke rumah melewati atap.“Maksudmu?” sahut Nina heran.“Kau makin tangkas dan sangat menguasai diri dengan baik. Kemampuanmu sebagai The Huntress (pemburu wanita) makin terlihat dan berkualitas!” jawab Roth setengah berteriak mengalahkan deru angin yang terkadang berhembus. Nina tersenyum samar.“Sejak kapan aku menjadi pemburu?” timpalnya geli. “Julukan itu boleh juga.” Nina tampak menyukai sebutan barunya.Roth melirik dengan tawa lepas. Nina berhenti serta melompat ke atas cerobong asap. Roth mengikuti dengan sikap siaga.“Jin itu sudah terlalu jauh meninggalkan tempat ini. Tidak lagi kucium baunya,” ucap Nina kesal.“Menurutmu, apa tujuan jin kanibal tersebut?” Roth
Nina terbangun setelah tertidur cukup lama. Lehernya terasa sakit, karena bantal yang menyanggah kepalanya tidak dalam posisi benar.Tangannya meraih ponsel dan memeriksa isi pesan. Sementara ia menggulirkan layar dengan jari, matanya sesekali melihat ke dalam.“Abe! Sudah pulangkah kau?” teriak Nina. Elba muncul dengan potongan buah di tangan.“Thanks, Elba. Kemana yang lain?” tanya Nina tanpa mengalihkan matanya pada layar ponsel. Mulutnya sibuk mengunyah potongan buah pir yang manis dan lezat.“Ada di halaman belakang. Abigail baru saja mendapat anak anjing lucu dari sahabatnya, Claire,” sahut Elba.Nina tidak merespon. Ia tercekat oleh isi pesan dari seseorang yang ia minta bantuan tempo hari. Coque, asistan Markus yang juga seorang ahli intel vatikan. Dalam isi pesan tersebut, Nina tidak bisa menghilangkan bekas atau tanda yang ia peroleh dari neraka dengan mudah.Satu-satunya hal yang harus ia lakuka
Nina dan Elba melesat bagaikan anak panah lepas dari busur. Elba sempat tertinggal jauh. Ia tidak memiliki ilmu meringankan tubuh seperti Nina. Wanita itu secara alami mendapat semua kemampuan dari perannya menjadi seorang pemburu wanita.Ray yang dalam wujud serigalanya segera menuju batas masuk kota Roger Pass. Begitu tiba, mereka sudah melihat Roth dan Abigail berdiri dengan sikap siaga.“Kenapa kalian berada di sini?” seru Nina kaget.“Roth mengatakan ada kaum vampir mendekat!” jawab Abigail bersantai dengan duduk di tengah jalan aspal.“Astaga! Serigala itu indah dan gagah sekali!” pekik Abigail gembira.“Jangan kurang ajar, Abe. Dia adalah Ray! Usianya sudah tiga kali lipat dirimu!” bentak Nina kesal. Abigail mengurungkan niatnya untuk mengelus kepala Ray.Tak lama, kawanan serigala yang lain tiba. Sekitar tujuh dari mereka muncul. Ray berpaling pada Elba.“Separuh kawananku
Menghadapi serangan para pengisap darah malam itu, diakhiri dengan kemenangan pihak Roger Pass. Korban manusia adalah nol, sedangkan manusia serigala ada empat yang terluka. Namun luka mereka tidak berarti. Keuntungan bagi manusia setengah monster adalah bisa mengalami kesembuhan dalam waktu yang cepat.“Aku akan pastikan tidak akan ada yang bisa menyentuh kalian selama kami pergi,” janji Roth pada Jeff. Sheriff itu mengucapkan terima kasih yang begitu mendalam pada keluarga ajaib yang dipimpin oleh Elba. Para penduduk terpaksa menerima berita yang kurang Menyenangkan dari walikota John Farley.Dalam pertemuan dengan seluruh warga, John mengungkapkan tentang hal yang saat itu terjadi. Termasuk perjanjian antara Jeff dengan Raymond West, ketua klan serigala pegunungan Roger Pass.Sungguh mengejutkan, bagaimana akhirnya mereka menerima dengan besar hati. Kumpulan tersebut mendapat sambutan hangat dan dipersilahkan untuk membaur dengan penduduk. Kini me
Ini kali kedua mereka mengunjungi Karmuzu setelah empat bulan meninggalkan Mesir terakhir kali. Pria buta itu sedang meditasi dan tidak bisa diganggu. Mereka hanya menyempatkan diri untuk menyapa para sepuluh murid Karmuzu yang dulu mereka bantu keluarkan dari penjara.Nina menikmati sajian ramah tamah dari mereka. Elba dan Roth tampak menyukai minuman keras hasil racikan para pendeta dari padepokan Karmuzu.Abigail menunjukkan wajah bosan dan memilih berlatih dengan pendeta muda tentang ilmu meringankan tubuh.“Wow!” decak Abigail kagum.Mereka bisa berdiri dalam posisi jungkir balik dengan satu jari saja. Nina mengamati dari jauh. Senyum tampak terukir di bibir wanita yang jauh lebih matang dari dua tahun lalu.“Aku lihat kau menikmati peranmu sekarang,” ucap Oliver. Tiba-tiba saja pria itu sudah berdiri di sebelah Nina.Nina merasakan hatinya menghangat. Entah kenapa, ia menyukai perhatian Oliver akhir-akhir ini. P
Mereka akhirnya bertemu dengan Lucifer setelah menunda sekian bulan. Rupanya ada tujuan di balik semua larangan Karmuzu. Bahwa sebelum mereka melakukan pertemuan tersebut, Karmuzu ingin Abigail menjalin hubungan dekat dengan semuanya. Ini akan memudahkan untuk mengontrol gadis remaja tersebut dari kehilangan jati diri saat bertemu ayahnya nanti.Saat ini, mereka berjumpa dengan Lucifer di puncak Sinai dan sangat mengejutkan jika penguasa neraka itu tampil begitu menawan dan jauh dari kesan horror. Ketika Nina melemparkan sindiran pada Lucifer, raja neraka itu terlihat tersinggung.“Di antara sekian wujud yang bisa kau pilih, wujud manusia yang menjadi favoritmu! Makhluk yang paling kau benci! Ironis sekali!” cibir Nina tidak sabar lagi ingin menyudahi!“Kau tidak mengerti apa pun tentang kami! Manusia tercipta dari kesempurnaan yang terinspirasi dari wujud para malaikat! Setelah kalian curi bentuk dan kemuliaan kami, kalian menjadi tidak tahu d