All Chapters of Pendekar Mayat Bertuah.: Chapter 11 - Chapter 20
255 Chapters
Berebut Mayat Sakti
Setelah memperhatikan para murid Ranggawuni yang sedang berlatih, Senopati Adhinata tidak melihat sahabatnya ada di situ, lalu kemudian dia mendekati para murid yang terlihat sedang duduk istirahat. Dan begitu melihat ada orang asing yang hendak menghampirinya, murid yang sedang duduk itu pun langsung berdiri. "Ada perlu apa Tuan? Ada yang bisa dibantu?""Ee... maaf saya mau ketemu guru kalian Tuan Ranggawuni. Apakah beliaunya ada?""Tuan guru Ranggawuni sedang pergi Tuan, saya ditugaskan untuk mengawasi para murid yang sedang berlatih.""O begitu, apakah Dimas tau Tuan Ranggawuni perginya kemana?""Tuan guru Sedang pergi ke hutan berburu, apakah Tuan ada perlu? mungkin nanti bisa saya sampaikan, atau mungkin Tuan mau menunggu Tuan Guru Ranggawuni pulang?""Ya, saya akan menunggu sampai guru kalian pulang, karena saya ada keperluan yang sangat penting dengan Tuan Ranggawuni""Oiya kalau begitu silakan duduk dulu Tuan."
Read more
Peperangan Antara Pendekar
Yang diadakan oleh Kerajaan Karmajaya terlihat kaget dengan Sayembara itu. 'Apakah mayat sakti ini kira-kira mayatnya Eyang Reksa Jagat itu ya? Kalau memang iya kok pihak istana sudah tahu dengan keberadaannya? Padahal selama ini yang tahu dengan mayat itu kan cuma aku? Atau mungkin ada mayat sakti yang lain?' tanyanya dalam hati. 'Kalau memang benar itu mayat sakti Eyang Reksa Jagat aku kurang yakin akan ada orang yang mampu membuka pintu gaib Goa itu, apa lagi sampai membawanya, bahkan pendekar seperti Kolonyowo dan Bagaspati saja telah tewas dibuatnya, kecuali dia itu memang benar-benar pendekar sakti mandraguna dari aliran putih sebagaimana Eyang Reksa itu sendiri berasal' ucap batin Jaka wulung. Di saat Jaka wulung masih memikirkan sayembara itu tiba-tiba dia yang sedang duduk bersila di dalam rumahnya merasakan hembusan angin yang sangat kuat, bahkan saking kuatnya hembusan angin itu membuat tiang-tiang yang
Read more
Pecahlah Peperangan
"Ayo kalian berdua majulah! Biar sekalian aku kirim kalian ke neraka!""Hahaha ... kamu jangan mengigau Jaka wulung! Sebelum habis kesabaran ku. Ayo cepat tunjukkan dimana tempat mayat sakti itu!"Sementara itu tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya sedari tadi ada sepasang mata yang sedang mengintai mereka dari balik rerimbunan pohon dan semak-semak. Dan tidak lain ternyata dia adalah seorang pendekar yang juga sangat menginginkan mayat sakti itu. Dia mengintai karena memang sedang mencari tahu dari Jaka wulung yang sedang dipaksa ngomong oleh Calapati dan Dewi Sunti untuk menunjukkan dimana mayat sakti itu berada. ''Aku akan terus mengintai mereka sampai benar-benar mendengar dan tahu tentang tempat mayat sakti itu, jadi dengan begitu aku tidak perlu membuang-buang tenaga untuk membuka mulut Jaka wulung, hehehe ... cerdas sekali kau Kebo Alas' gumam pendekar yang berjuluk Kebo alas itu. 
Read more
Mencari Mayat Sakti
"Inilah saat yang kutunggu-tunggu, aku harus tahu di mana tempat mayat sakti itu," ujar Kebo Alas sambil merubah posisi duduknya menjadi jongkok dengan kedua lutut ditempelkan ke tanah dan sedikit menyodorkan kepalanya ke samping. Sementara itu Dewi Sunti langsung membentak Jaka wulung sambil memukulkan punggung pedangnya ke tubuh pendekar cebol itu. "Ayo tunggu apa lagi! Cepat katakan di mana mayat sakti itu berada? Jangan sampai kesabaranku ini habis!""Baiklah, baiklah ... akan ku katakan di mana tempat mayat sakti itu berada, tapi kalian berdua harus janji, kalau aku sudah memberi tahu tempat mayat sakti itu, kalian harus melepaskanku ," pinta Jaka wulung. Sesaat Dewi Sunti melirik sambil sedikit menggelengkan kepala kepada suaminya, sebagai isyarat untuk minta pendapat, dan Calapati nampak menyetujui permintaan dari Jaka wulung dengan memberi isyarat menganggukkan kepalanya. 
Read more
Bertemu Biswara
Sementara itu rumah yang sedang dituju oleh Senopati Adhinata itu adalah rumah Biswara yang tidak lain adalah cucu angkat eyang Reksa jagat, dia malam itu memang belumlah tidur, Biswara nampak terlihat masih sibuk, dia bolak-balik masuk dan keluar rumah untuk mempersiapkan sayuran hasil kebunnya yang habis dipetik sore tadi, karena besok pagi mau diantarkannya ke pasar. Dan tidak lama setelah menjalankan kudanya, akhirnya Senopati Adhinata pun sampai di depan rumah Biswara. "Permisi ki sanak ... maaf kalau kiranya mengganggu? Saya ini kemalaman ... kalau diperbolehkan saya mau numpang istirahat untuk malam ini?"Biswara yang masih membungkukkan badan karena memang sedang mengikat sayurannya itu langsung berdiri dan membalikkan tubuhnya. "Yah, silahkan ..."Dan begitu melihat wajah Biswara Senopati Adhinata pun langsung terkejut, dia mengira kalau Biswara adalah hantu penunggu hutan
Read more
Prahara Di Mulut Goa
Biswara mengajak Senopati Adhinata untuk mengambil jalan pintas, meskipun sedikit terjal dan sesekali harus memanjat tebing namun bagi seorang pendekar hal tersebut bukanlah merupakan suatu masalah. Sementara langit yang tadinya cerah dengan sinar rembulan dan bintang tiba-tiba berubah menjadi gelap nan pekat, angin malam berhembus dengan kencang menggiring dan menata gumpalan mendung yang menggantung di bibir langit. Gumpalan pekat kelabu membumbung angker di awang-awang. Deru air yang menghujami bumi mulai bergemuruh riuh. Hujan deras pun akhirnya tumpah."Tuan Senopati, mari kita cari tempat untuk berlindung dulu," ajak Biswara. "Baik lah Tuan Biswara, saya ngikut Tuan saja."Lalu kedua orang itupun masuk menyelinap di sebuah cekungan batu yang menyerupai sebuah Goa. "Nampaknya tempat ini lumayan untuk kita berlindung sementara," ujar Senopati Adhinata. "B
Read more
Perang ...
"Benar, dan akulah yang akan menghabisi begundal-begundal loyo ini! Dan habis itu giliran kamu yang akan aku kirim ke Neraka!" ujar Dewi Sunti sambil menunjuk ke Kebo alas. Mendengar ucapan Dewi Sunti seperti itu gerombolan pendekar itu pun langsung tersinggung. "Kurang ajar! Jaga mulutmu kau setan betina!" ucap ketua gerombolan pendekar itu. "Ayo kita habisi dua manusia iblis ini, happ, hiyyaak, hiyyaak ...!"Para pendekar itu pun langsung menyerang Dewi Sunti dan Calapati dengan mengepungnya, sementara keduanya nampak meladeni dengan sambil beradu punggung, dan akhirnya pertarungan pun pecah! Dan meskipun diserang dan dikepung namun nampaknya Calapati dan Dewi Sunti masih bisa meladeni gempuran dari kelima pendekar itu dengan tenang, kedua kubu nampak sama-sama kuat, sama-sama saling berambisi untuk bisa menghabisi lawannya. Serangan demi serangan terus mereka lancarkan secara bergantian, jurus-jurus andalan pun mereka kel
Read more
Negosiasi gagal
"Tenanglah dulu ... urusan bunuh itu soal gampang ki sanak, sabar dulu ..." ucap Kebo alas dengan mengajukan dua telapak tangannya. Lalu dengan nada suara yang agak pelan dia kembali berkata. "Begini ki sanak, kalau ki sanak mau, aku ingin menawarkan sesuatu kepada ki sanak," terang Kebo alas kepada ketua gerombolan pendekar itu. "Penawaran apa?!" sahut ketua gerombolan dengan nada tinggi. "Kita berada disini ini karena kita memiliki tujuan yang sama. Kemudian aku punya kekuatan dan kau juga punya, begitu pula dengan Dewi sunti meski sekarang dia sudah tidak berdaya, dan aku harap kau dan Dewi Sunti mau jadi pengikut ku, kita akan bersatu untuk bersama-sama mengambil mayat sakti itu."Mendengar ucapan Kebo alas seperti itu Ketua pendekar yang bernama Sentanu itu merasa terhina dan hendak mau marah, namun tiba-tiba terlintas dalam benaknya sebuah ide. 'Apa lebih aku pura-pura
Read more
Harimau putih vs siluman kerbau
Kebo alas pun jatuh tersungkur dan tidak bisa berkutik lagi. Lalu dengan garangnya Harimau putih itu menancapkan kuku kedua kaki depannya di dada Kebo alas dan mencabik-cabiknya dan juga mengunyah leher siluman itu hingga hancur. Melihat kejadian mengerikan seperti itu Sentanu yang sejak tadi menunggui Dewi Sunti yang masih pingsan itu bermaksud ingin membunuh Harimau putih itu dengan melemparkan tombaknya. Lalu dengan diam-diam Sentanu mengangkat tombaknya itu tinggi-tingi ke udara dan menariknya mundur, kemudian dengan kekuatan penuh dilemparkannya tombak itu ke arah Harimau putih yang masih mencabik-cabik mayat Kebo alas. "Whuussh ...!" Tombak itu pun melesat dengan sangat cepat ke arah Harimau putih, namun apa yang terjadi? Belum sampai tombak itu berhasil menyentuh tubuh sang Harimau, tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang berkelebat menyambarnya. Ssssttt ...! Dan tiba-tiba saja telah ber
Read more
Pulang Ke Istana
"Oh, diluar ternyata sudah terang Tuan Biswara," ujar Adhinata sambil mata menatap pemandangan di luar Goa. "Benar Tuan Senopati, setelah semalam hujan sangat lebat pagi ini nampaknya matahari cukup cerah," timpal Biswara sambil melangkah keluar dari mulut Goa dengan Senopati menyusul dibelakangnya. "Silahkan Tuan Senopati tunggu sebentar disini.""Baik Tuan," sahut Senopati menuruti perkataan Biswara. Lalu tiba-tiba Biswara kembali menghadap ke mulut Goa, tangan kirinya nampak ditempelkan ke dada, sedangkan tangan kanannya digerakkan ke depan seperti layaknya orang yang sedang menarik sebuah tirai untuk ditutup kan. Dan memang Biswara sedang menutup Goa itu dengan sebuah pagar gaib. Setelah selesai menutup Biswara pun bergegas menghampiri Sentanu dan Dewi Sunti, nampak mantan ketua gerombolan pendekar itu tubuhnya masih kaku dan melayang diawang-awang, sedangkan Dewi Sunti nampak juga sudah sadar meski terlihat masih sangat lema
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status