All Chapters of My Sweet Young Husband: Chapter 31 - Chapter 40
76 Chapters
Part 30
"Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu. Itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, namun cintalah yang akan menemukan kita."----------Alfizam Dinnar Agustaf Dan hari ini, hari wisuda mahasiswa/i. Aku duduk di depan, dideretan mahasiswa/i terbaik. Walaupun bukan peringkat satu dari seantero kampus, tapi aku tetep bangga. Sepanjang acara, aku nggak pernah absen mandangin bidadariku yang sedang bertugas sebagai pembawa acara. Aku baru tahu kalau Aya punya bakat sebagai seorang MC.            Pembawa acara menyebutkan satu persatu nama wisudawan dan wisudawati yang diwisuda hari ini. Saat nama ku dipanggil, aku segera berdiri dari tempat duduk, berjalan menuju rektor yang menunggu di atas panggung. Dan tali diatas topi wisudaku telah berpindah dari kiri ke kanan kemudian aku mengambil tabung simbolis yang diserahk
Read more
Part 31
"Bahagia itu saling jujur, saling menerima kekurangan, saling memaafkan, dan saling mendoakan." ----------Al menggulingkan tubuhnya diatas tubuhku, jam menunjukkan tengah malam, namun kami baru saja selesai melakukan kegiatan itu. Aku membuka mataku saat merasakan seseorang menyelimuti tubuhku. Aku menoleh mendapati suamiku tengah tersenyum manis padaku. Aku tahu arti senyuman itu, senyuman tanda terimakasih karena aku telah melayaninya dengan baik. "Baby-nya sangat rindu sama ayahnya, ya?" Goda Al, mengingat hari ini aku sangat agresif mendominasi percumbuan kami. Aku pun tersenyum malu. Al pun mencium keningku lama."Bundanya atau baby nih yang rindu?" Tanya Al tertawa dan mencium perutku yang mulai terlihat membuncit.Lagi-lagi aku hanya tersenyum malu saat Al memperlakukan ku seperti itu. Untuk menutupi rasa malu ku, aku membalikkan tubuhku memunggunginya. Namun malah Al terkekeh, kan tambah malu akunya. "Sini had
Read more
Part 32
"Seseorang yang mencintai karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Tetapi seseorang yang mencintai karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi, karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatifitas lebih baik atau lebih buruk."----------"Sofia?" Gumam Kanaya pelan."Hai,.." Sapa Sofia sambil tersenyum tipis padanya."Eh... Hai, ayo masuk Sofia." Balas Kanaya, yang kemudian mundur sedikit agar memudahkan Sofia untuk masuk."Tante Marta ada?" Tanya Sofia, lalu duduk di sofa di ruang tamu."Mama udah balik ke Singapur pagi tadi.""Yah, padahal gue kesini mau ketemu tante Marta." Keluh Sofia terdengar lirih.                Beberapa saat, Kanaya kembali terpukau menatap perempuan dihadapannya. Perempuan yang dulu pernah disukai oleh suaminya dan sempat dijodohkan dengan suaminya itu. Perempuan yang
Read more
Part 33
"Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali."----------"Apa sih, Varo? Nggak usah teriak-teriak, kamar gue bukan hutan." Kesal Dinnar kala adiknya berteriak di dalam kamarnya.Varo menggubris ucapan kakaknya dan mendekati Dinnar dan mencengkeram baju Dinnar dengan kasar. "Lo bang." Marah Varo."Lo kalau marah dipikir dulu, lo mau mbak Naya di bawa papa ke Singapur? Lihat itu dibawah, mbak Naya terlihat kesakitan, mbak Naya sedang hamil muda, inget bang." Tegur Varo dengan amarah. Mendengar itu, Dinnar langsung melepaskan cengkraman adiknya dan berlari menuju ke ruang keluarga. Jantungnya berdegup kencang saat melihat wajah Kanaya pucat dan terlihat sedang menahan sakit. "Sayang!" Panggil Dinnar sambil berjongkok di
Read more
Part 34
"Seorang Fatimah Az-Zahra saja tak ingin diduakan oleh Sayyidina Ali. Apalagi aku seorang wanita biasa yang tak semulia Khadijah dan secerdas Aisyah."----------"Ya Ampun Kanaya..." Nadin histeris melihatku dan berjalan mendekati kursiku lalu membawaku dalam pelukannya."Kamu kenapa? Cerita sama aku." Ucapnya sambil mengusap punggungku"Aku...aku nggak tau Din, hatiku rasanya sakit banget, kayak ditusuk-tusuk pakai pisau. Aku juga nggak tau kenapa? Tapi habis melihat foto dan membaca pesannya aku takut Din...aku takut Allah akan mengambil Al dariku." Jelasku ditengah isakan."Foto apa? Dari siapa?" Nadin melepas pelukannya dan menatap wajahku yang terasa panas karena menangis."Sofia.. dia..dia bilang...ya Allah, jangan sampai itu terjadi Din. Aku nggak akan sanggup." Aku tidak mampu meneruskan ucapanku. Aku terlalu takut jika ucapan Sofia menjadi kenyataan. Sungguh aku nggak ingin kehilangan Alfizam."Ya Tuhan, Kan
Read more
Part 35
Siang sudah berganti malam, meeting dengan SL group berjalan dengan lancer. Semua pekerjaan yang ditugaskan untuknya memang selalu lancer dan menghasilkan kerja yang bagus. Apa lagi Dinnar didampingi sekertaris dan asisten handal seperti pak Hasan dan Aldo, bapak dan anak yang tiak diragukan lagi kemampuan dalam dunia kerja.Tepat jam sembilan, Dinnar dan Aldo sampai di hotel milik Nasution group. Awalnya Dinnar sempat menolak saat jamuan makan malam yang diadakan di restoran berganti di hotel. Sesampai di hotel Dinnar langsung disambut oleh resepsionis.Dinnar dan Aldo diantar ke lantai 10 dimana tempat jamuan makan malam dengan Destan Nasution sang CEO dari Nasution group. “Selamat malam dan selamat datang di hotel saya Mr.Agustaf.” Ucap Destan.“Selamat malam Mr.Destan, terimakasih.” Balas Dinnar sopan.Setelah berbasa-basi mereka melanjutkan dengan acara makan malam. Selama makan tidak ada yang buka suara, ha
Read more
Part 36
"Cinta yang tepat, kepada orang yang tepat, di saat yang tepat, membuat bahagia terasa lebih sempurna." -----------Kanaya Naratama            Hari sabtu yang sepesial, begitulah menurutku. Hari ini hingga esok Al benar-benar meluangkan waktunya khusus untuk ku. Setelah satu bulan kemarin Al begitu sibuk dengan proyek barunya ditambah Sofia yang tiada kesalnya mendekati Al. Entahlah terbuat dari apa hati wanita itu, yang tanpa rasa malu mengejar-ngejar suami orang. Sudahlah, yang terpenting Al selalu memegang kepercayaanku.Jangan ditanya betapa bahagianya hatiku saat ini. Hatiku berasa dipenuhi bunga-bunga. Aku teringat terakhir kali bersama-sama pergi dengan Al saat ke Anyer. Dan baru kali ini Al bisa fokus denganku dan calon baby ku tanpa diganggu pekerjaan. "Mas, kita mau kemana sih?" Tanyaku penasaran.Karena sedari tadi sehabis shalat subuh, Al ha
Read more
Part 37
“Kebersamaan memang tidak akan kekal, setiap kebersamaan pasti akan berakhir. Maka buatlah kenagan-kenangan indah saat bersama orang tercinta, karena sebuah kenangan pasti akan abadi.”Kanaya NaratamaAlfizam segera memesankan makanan untuk ku setibanya di hotel, kami pun makan bersama di restoran hotel. Aku menikmati makanan yang di pesankan Al dengan lahap tanpa gangguan mual-mual seperti di saung tadi.Setelah menghabiskan makanan, kami  kembali ke kamar masing-masing. Sementara Alex entah ia akan pergi ke mana, karena aku melihat ia pergi keluar hotel.Saat ini aku sedang berada di balkon kamar hotel, menikmati indahnya malam kota Bandung. Aku begitu takjub dengan keindahan kota Bandung. Aku menatap layar ponselku, jam di  ponselku sudah menunjukan pukul 21:30, tapi Al belum kembali. Sudah dua jam Al minta izin untuk menemui Alex, katanya ada sesuatu yang penting. Sesekali aku menghela nafas saat malam semakin l
Read more
Part 38
“Dalam kehidupan tidak akan ada jalan yang begitu mulus, pasti akan ada penguji disetiap langkah kaki yang menapak."*****Dinnar segera membaringkan Kanaya di ranjang king size kamarnya, ia menuju ruang kerjanya setelah memastikan Kanaya masih terlelap. Dinnar segera menghubungi Helga supaya datang kerumahnya dan menceritakan semua yang terjadi kepada Helga.Empat puluh lima menit kemudian, Helga tiba di rumah Dinnar. Ia segera memarkirkan mobil sportnya di garasi rumah adiknya itu, karena ia berencana menginap dirumah Dinnar. Helga langsung menuju kamar Dinnar, ia tersenyum saat melihat adik kesayanganya sedang tidur pulas diranjang. Helga masuk ke ruang kerja Dinnar, ia melihat adek iparnya itu tengah melamun.Dinnar menceritakan, bahwa ada orang yang berniat jahat kepada Kanaya dengan memberikan obat perusak rahim pada jus yang belum sempat Kanaya minum waku di kebun teh dan ada mobil dengan kecepatan tinggi yang den
Read more
Part 39
“Jangan menunggu keajaiban, tapi buatlah keajaiban sebab semakin lama digenggam, maka semakin berat juga beban dan masalah.” Kediaman Naratama terlihat berbeda dari hari-hari berikutnya, semua sibuk mempersiapkan acara pengajian empat bulanan kehamilan Kanaya. Perempuan cantik itu tengah menyiapkan pakaian untuk suaminya dan membantu suaminya bersiap.Pengajian empat bulanan kehamilan Kanaya telah dilaksanakan dengan lancer. Tamu yang hadir adalah para tetangga dan keluarga Naratama dan Agustaf yang tinggal di Jakarta serta mengundang beberapa anak yatim.Kanaya melihat suaminya tengah berbincang dengan sahabat-sahabatnya yaitu Aldo, Rendy, Arvan dan Toni. Meskipun Toni adalah seorang non Islam tapi dia tetap menghormati sahabatnya itu dengan hadir ke pengajian.Kanaya memperhatikan suaminya yang tengah tersenyum bahagia saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya itu. Namun senyum Kanaya memudar saat seseorang berpakaian sebagai p
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status