“Jangan menunggu keajaiban, tapi buatlah keajaiban sebab semakin lama digenggam, maka semakin berat juga beban dan masalah.”
Kediaman Naratama terlihat berbeda dari hari-hari berikutnya, semua sibuk mempersiapkan acara pengajian empat bulanan kehamilan Kanaya. Perempuan cantik itu tengah menyiapkan pakaian untuk suaminya dan membantu suaminya bersiap.
Pengajian empat bulanan kehamilan Kanaya telah dilaksanakan dengan lancer. Tamu yang hadir adalah para tetangga dan keluarga Naratama dan Agustaf yang tinggal di Jakarta serta mengundang beberapa anak yatim.
Kanaya melihat suaminya tengah berbincang dengan sahabat-sahabatnya yaitu Aldo, Rendy, Arvan dan Toni. Meskipun Toni adalah seorang non Islam tapi dia tetap menghormati sahabatnya itu dengan hadir ke pengajian.
Kanaya memperhatikan suaminya yang tengah tersenyum bahagia saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya itu. Namun senyum Kanaya memudar saat seseorang berpakaian sebagai p
“Kita tidak pernah tau takdir kehidupan akan membawa kita kemana dan jadi apa. Yang harus kita tau adalah bagaimana agar kelak tidak pernah lepas dari bersabar dan bersyukur. Bersabar pada setiap apa yang sedang diperjuangkan. Bersyukur pada setiap apa yang dimiliki.”----------Helga mulai berkutat dengan dokumen yang ada di meja kerjanya, senyum bahagai tidak luntur sejak sepuluh menit yang lalu sang bunda memberikan kabar bahwa Kanaya sudah sadarkan diri. Ia harus cepat menyelesaikan pekerjaannya dan segera ke rumah sakit untuk menemui adik tercintanya. “Bro.” Ujar Yudistira kepada sahabat sekaligus bosnya itu.“Ada apa Yud?” Tanya Helga yang masih memegang beberapa lembar kertas.“Gue baru dapat info dari Alex, ada beberapa orang yang mencurigakan sedang mengintai ruang rawat Naya.” UjarYudistira, dan sontak membuat Helga khawatir.“Tapi lo nggak usah khawatir, bodyguard om
“Dirimulah yang selalu membuatku tersenyum ketika aku membayangkanmu, dirimu yang sering membuatku tertawa dalam hati ketika mengingat percakapan manis bersamamu, dirimu juga yang membuat jantungku berdebar cepat saat mengingat tatapan matamu yang hangat di dalam benakku.”-----------“Mas..” Teriak Kanaya pada suaminya, ini sudah yangke tiga kalinya Kanaya membangunkan Dinnar.“Masih ngantuk. yang.” Ucap Dinnar dengan mata yangmasih terpejam.“Ehhh…bangun mas, sholat subuh abis itu cari uang yang banyak.” Ucap Kanaya yang masih berusaha membangunkan suaminya.“Yang, kok sekarang kamu jadi perempuan matre sih.” Ledek Dinnar sembari mengeluarkan tubuhnya dari selimut.Dinnar pun segera menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudu, sepertinya ia akan menunda mandi paginya saat melihat istrinya masih menggunakan gaun tidur tan
"Meneduhkan di kala gelisah, dekat di kala susah, mengobati di kala sakit, dan mesra di kala bahagia. Itulah sahabat sejati."-----------Sudah satu bulan sejak Kanaya sadar dari komanya, kini perempuan cantik itu sudah bisa beraktifitas normal. Berkat terapi rutin yang di jalaninya, ia bisa kembali menggerakkan tubuhnya dengan bebas.Toni dan Rendy sedang berada di sirkuit balap, mereka sedang melakukan latihan. Saat Toni hendak melakukan latihan tiba-tiba Hp-nya bergetar, tertera nama Doni anak buah yang ia tugaskan untuk mengawasi Kanaya. Sebelum Dinnar memulai rapat pagi ini, ia meminta sahabatnya itu untuk mengawasi istriya, karena istrinya itutidak mau diantar dan diikuti bodyguard. Kanaya mengancam Dinnar kalau sampai ada bodyguard-nya yang mengikuti Kanaya, maka selama satu bulan Dinnar tidak bakalan dapat jatah ehem-ehem. Namun Dinnar tidak kehabisan akal, ia meminta bantuan sahabatnya unt
"Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam."----------Akibat kejadian penyerangan orang tidak dikenal, Kanaya harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Beruntung luka-luka yang didapat Kanaya tidak terlalu parah, sehingga ia tidak harus di rawat lama.Sudah sejak tiga hari yang lalu Kanaya diizinanpulang darirumah sakit. Kanaya bersyukur dirinya masih diizinkan Allah untuk melihat orang-orangyang disayanginya dan yang paling membuat dirinya tak henti mngucap syukur, dirinya masih diberikan kepercayaan oleh Allah untuk membawa anaknya lahir ke dunia nantinya.Kanaya juga bersyukur bahwa trauma masa kecilnya tidak kembali terikat pada dirinya, ia selalu ingat pesan psikolognya dulu, lupakan apa yang kamu rasa
"Bahagia itu mudah walau sederhana tapi selalu indah penuh makna, sesederhana melihat orang yang kita sayangi bahagia."----------Malam sunyi bertabur indahnya bintang ditemani cahaya cantik sang purnama, menambah keindahan malam ini.Satu bulan berlalu begitu saja, sudah satu minggu ini Kanaya membantu mempersiapkan pernikahan kakaknya. Kondisi tubuh Kanaya sedikit menurun, ia nampak kelelahan namun demi orang-orang yang disayanginya ia memendam rasa lelah itu, ditambah ada yang mengganggu fikiranya mengenai kejadian demi kejadian yang ia alami.Kanaya tengah berdiri di balkon kamarnya, di rumah keluarga Naratama. Kanaya merenung mengingat kejadia-kejadian yang membahayakan keselamatan dirinya dan calon anaknya. Ia selalu bertanya-tanya dalam hatinya, siapa dalang dari semua kejadian-demi kejadian itu, Sofia? Bagas? atau siapa?Entahlah, Kanaya sendiri dibuat pusing dengan hal itu.“Tapiabang sama suami lo udah bikin
"Wanita tidak sekuat laki-laki. Tapi laki-laki tidak akan sekuat dan sehebat itu jika tidak di sempurnakan oleh wanita yang hebat pula."----------Kanaya Naratama Aku tersenyum melihat bunda dan mama masuk ke kamarku diikuti beberapa orang bodyguard yang membawa banyak barang kemudian meletakkannya di kamar calon anakku. Aku mengikuti bunda dan mama masuk ke kamar calon anakku yang memang menjadi satu dengan kamarku dan Al. “Sayang initaruh di sini aja ya.” Ujar mama sambil menunjuk tempat yang tidak jauh dari jendela.“Tidak dong, Ta. Itu tidak cocok di sana, cocoknya di sini.” Bunda kekeh dengan pendapatnya.“Tapi kalau di sini matahari pagi bisa masuk lewat jendela. Nah sinarnya kan bagus buat cucu kita, mbak.” Ujar mama masih kekeh dengan pendapatnya.&ldq
Alfizam Dinnar AgustafSebenarnya Varo bukan lah adik kandung ku, kami tidak terlahir dari rahim yang sama. Alvaro Elvanki Putra adalah anak dari papa Frans dan mama Rosa, mereka adalah pegawal pribadi papa dan art di rumah ku dulu. Mereka sudah ku anggap seperti orang tua sendiri. Pasalnya setelah kepergian kakak ku papa dan mama mengalami kesedihan yang teramat sangat hingga mereka memutuskan tinggal di Singapura untuk menenagkan diri. Aku diasuh oleh papa Frans dan mama Rosa dibantu om Diga dan bunda Kayla. Namun naas saat papa Frans dan mama Rosa ingin menjemput ku dan Varo di rumah om Diga. Mereka mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat. Dan sejak saat itu mama dan papa memutuskan untuk mengangkat Varo menjadi bagian dari keluarga Agustaf.“Café yang di Bandung giman?” Tanya ku pada Varo.“Tenang bang, semua lancer jaya.” Jawabnya dengan sa
"Keluarga adalah harta paling berharga yang dimiliki, kebersamaan keluarga menjadi sempurna, manakala senyuman tiap orang di dalamnya penuh dengan keikhlasan dan saling menyayangi"----------Kanaya dan putrinya baru saja di bawa ke ruang rawat VVIP oleh perawat, keduanya disambut hangat oleh keluarga yang hadir. Kata perawar, berat bayi 3,4 kg dengan panjang 49 cm. Sam sudah tiba di Jakarta dan sedang menuju rumah sakit, sedangkan Varo dan Helga sedang pulang ke rumah Dinnar untuk mengurusi ari-ari si bayi.“Alhamdulillah…” Seru Marta, bunda Kayla, Khansa dan bi Sarah.“Selamat, sayang. Kamu sudah menjadi seorang bunda.” Kata bunda Kayla sambil mencium kening Kanaya penuh sayang, kanaya tersenyum dan memeluk bundanya.“Terimakasih, bun.” Jawab Kanaya pelan.“Selamat Nay, anak kamu cantik banget. Cantiknya kayak kamu, tapi wajahnya mirip Dinnar.” Ujar Khansa se