Semua Bab Life After Marriage: Bab 11 - Bab 20
38 Bab
Bab 11 Semakin Tertarik
Yuan terbangun setelah mendengar suara tukang bubur melintas di depan rumah Caramel.Yuan mengedarkan pandangan namun tak mendapati Caramel dalam ruangan itu. Dia berpikir mungkin saja Caramel masih tidur.Ya, mereka tidur terpisah. Yuan di ruang tamu sementara Caramel tidur di kamarnya. Mereka sudah berkomitmen untuk tidak melakukannya sebelum mereka saling mencintai.“Caramel… Mel... kamu di mana?” panggil Yuan mencari keberadaan Caramel. Yuan membuka pintu kamar Caramel namun kosong. Yuan beralih ke dapur dan kamar mandi tapi Caramel tak juga ia temukan.“Mel, Mel... kamu ke mana lagi, sih? Hobi banget ngilang-ngilang begini,” gumam Yuan. Yuan membuka pintu utama dan melihat Caramel sedang berbelanja di tukang sayur bersama ibu-ibu lainnya. Caramel terlihat akrab sesekali mereka juga bercanda saling melempar candaan. “Ternyata senyum kamu manis juga,” celetuknya terlontar begitu saja. “Semoga suatu saat kita bisa menjadi pasangan suami istri sungguhan. Saling melengkapi, saling m
Baca selengkapnya
Bab 12 Kekecewaan Yuan
Caramel terbangun saat merasakan ada sesuatu yang besar melingkar di perutnya. Caramel perlahan menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya Caramel saat mendapati Yuan tidur satu ranjang dengannya.Caramel ingin berteriak, tapi dia urungkan. Bagaimana pun mereka berdua suami istri. Tidak ada larangan untuk mereka tidur satu ranjang bersama. Caramel memutuskan untuk melihat ciptaan tuhan tersebut mumpung Yuan sedang tidur. “Kamu tampan juga baik hati. Tapi aku nggak habis pikir kenapa kamu bisa memilih perempuan seperti aku. Aku tahu jodoh itu penuh misteri, tapi aku rasa kisah kita terlalu rumit untuk dimengerti,” lirih Caramel sambil memandangi wajah rupawan suaminya.Yuan menggeliat, membuat pelukannya di tubuh Caramel terlepas. Caramel segera pura-pura tidur agar Yuan tidak memergoki dirinya yang diam-diam mulai mengangumi sosok suaminya. “Nggak usah pura-pura tidur, aku tahu kok kamu sudah bangun,” sindir Yuan.Caramel terpaksa membuka matanya dan melihat Yuan sedang memandangi Caram
Baca selengkapnya
Bab 13 Lingerie
“Mas, kopinya sudah aku buatkan. Sarapannya juga sudah siap,” ucap Caramel menghampiri Yuan di kamar setelah selesai memasak.“Iya, terima kasih.” Yuan masih merapikan dasinya, kemudian melewati Caramel begitu saja. Bisa dipastikan Yuan masih kecewa dengan sikap Caramel. Dia hanya meminta hak-nya sebagai suami, namun Caramel masih terlihat enggan untuk melakukan kewajibannya. Tentu saja Caramel merasa bersalah. Tapi bagaimana lagi? Apakah dia bisa melakukan itu dengan setengah hati yang masih keberatan?“Mas, bekalnya juga sudah aku siapkan. Sudah aku taruh di mobil kamu,” ucap Caramel lagi saat berhadapan dengan Yuan yang tengah sarapan.“Iya, terima kasih.”Lagi-lagi hanya jawaban itu. Tidak ada kalimat lain yang keluar dari mulut Yuan selain kalimat tersebut. Apa Yuan sekesal itu? Bukan... Bukan kesal. Lebih tepatnya hanya kecewa karena Caramel belum yakin dengan apa yang dia janjikan. “Aku berangkat dulu,” pamit Yuan usai sarapan dan menenggak segelas air putih.“Mas, kopinya be
Baca selengkapnya
Bab 14 Akhirnya Bersatu
Caramel sudah mandi, sudah dandan, dan sudah bersiap-siap dengan pakaian dinas yang baru dia beli. Sesekali dia mematutkan tampilannya di cermin. Namun setiap kali melihat cermin, Caramel langsung menutup wajahnya karena malu.Sebelumnya Yuan telah mengabari jika dirinya lembur dan akan pulang sekitar jam delapan malam. Tapi jam delapan sudah lewat Yuan tak kunjung muncul di hadapannya. Caramel sudah berselimut rapat. Dia sangat malu tapi dia juga ingin terlihat menggoda di depan Yuan. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, dua keraguan saling memenuhi ruang pikirnya.Ceklek! Terdengar gagang pintu dibuka membuat degup jantung Caramel berpacu hebat. Dia seperti sedang lari maraton karena keringat mulai menjalari wajah dan tubuhnya.Yuan membuka pintu kamar dan melihat Caramel menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Menyisakan wajah yang sudah basah akan keringat.“Caramel, kamu kenapa?” tanya Yuan khawatir karena Caramel berkeringat. Khawatir jika keringat itu keringat ding
Baca selengkapnya
Bab 15 Menjadi Pusat Perhatian
Pergulatan yang terjadi antara Caramel dan Yuan semalam membuat mereka bangun kesiangan. Sang Surya telah berdiri gagah sementara Caramel dan Yuan masih bergelung selimut menutupi tubuh polos keduanya.Yuan memeluk Caramel begitupun sebaliknya. Kedua insan di mabuk cinta itu masih terbuai oleh euforia yang mereka ciptakan. Euforia yang membuat mereka terhanyut dalam kenikmatan dunia.Caramel terbangun dan mengucek matanya mencari sumber cahaya. Sesaat Caramel tersadar bahwa dirinya telah menjatuhkan diri sepenuhnya ke pelukan Yuan.Senyumnya mengembang saat melihat sang suami masih tertidur pulas. Betapa letihnya Yuan setelah bekerja keras tadi malam demi membuat istrinya bahagia dan merasa terpenuhi. Tangan Caramel terulur menyentuh wajah Yuan. Sekilas Caramel melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Tetapi Caramel tidak kaget karena Yuan sudah bilang akan mengambil cuti untuk hari ini. “Selamat pagi suamiku. Terima kasih sudah meruntuhkan ketakutanku. Sekara
Baca selengkapnya
Bab 16 Shoping
Usai memakaikan gaun, penjaga toko itu juga merias tipis wajah Caramel. Rambut Caramel yang panjang diurai membuat kesan anggun yang menyihir pasang mata yang melihat. Mengenakan gaun berwarna peach, panjang semata kaki dengan bahan premium membuat Caramel terlihat mahal. Apalagi kulitnya yang putih kian terpancar karena seolah menyatu dengan gaun yang dia kenakan.“Cantik sekali. Suami Kakak pasti takjub dengan penampilan Kakak,” puji penjaga toko tersebut dengan tulus. “Terima kasih, Mbak,” balas Caramel.Caramel memang cantik. Senyumnya manis, wajahnya ayu, tidak akan bosan memandangnya berlama-lama.Penjaga toko membimbing Caramel keluar dari ruang ganti. Dari kejauhan Caramel melihat Yuan tengah sibuk memainkan ponselnya. Caramel merasa canggung harus memanggil Yuan.“Bagaimana penampilan istrinya, Kak? Sudah sempurna bukan?” Yuan menoleh. Seketika matanya terpana melihat kecantikan istrinya yang sangat berbeda dari penamp
Baca selengkapnya
Bab 17 Kembali ke rumah Alexander
Yuan dan Caramel telah sampai di kediaman Alexander sekitar jam sepuluh malam. Waktu yang cukup larut bagi Caramel yang tidak pernah keluar malam.Caramel kembali ke rumah besar yang menurutnya jauh dari kesan bahagia. Tempat di mana Caramel merasa asing dan kesepian saat tidak ada Yuan dan Devon di dalamnya. Jujur Caramel masih enggan untuk kembali lagi ke rumah itu. Tapi Caramel tak bisa menolak keinginan suaminya yang di mana Yuan juga memiliki tanggung jawab terhadap ibu dan adik-adiknya Yuan menggandeng tangan Caramel memasuki rumah yang terlihat sudah sepi, mungkin sang penghuni rumah telah bersarang di kamarnya masing-masing. “Selamat malam, Tuan, Nona? Senang rasanya Nona bisa kembali lagi ke rumah ini,” sapa Bi Tyas saat Yuan dan Caramel hendak menaiki tangga.“Bi Tyas, terima kasih Bi atas sambutannya yang ramah. Saya juga senang bisa bertemu Bibi lagi,” balas Caramel tersenyum ramah.“Sama-sama, Nona. Tuan dan Nona butuh sesuatu? Akan saya buatkan.…” Bi Tyas menawarkan.“
Baca selengkapnya
Bab 18 Perseteruan di Pagi hari
Sejak Yuan bergabung dengan mereka tak ada satu pun yang menjawab pertanyaan Yuan. Semua itu karena Yuan telah menegur mereka. Yuan sudah tahu jika Damitri dan Selina yang sudah mengusir istrinya secara paksa. Yuan juga melayangkan sebuah ancaman. Jika mereka berani mengusir Caramel lagi, maka uang bulanan mereka tidak akan dicairkan. Tentu saja hal itu merupakan ancaman terberat bagi mereka, karena tanpa uang mereka tidak akan bisa melakukan apa pun.“Jen, bulan ini uang jajan kamu Kakak tambah. Terima kasih karena kamu sudah bersikap adil. Kamu bisa melihat mana yang baik dan mana yang bukan.” Yuan membuka obrolan. Sekilas melirik ke arah Damitri dan Selina yang berwajah masam.“Apa? Kakak serius?” Jennifer tampak antusias mendengar kabar yang Yuan lontarkan."Iya, dong. Memangnya Kakak pernah bercanda soal uang," timpal Yuan."Aaa... Terima kasih, Kak Yuan. Kakak memang Kakak terbaik." Jennifer memeluk Yuan untuk mengungkapkan rasa terima kasih.“Kalau Selina, Kak? Ditambah juga, '
Baca selengkapnya
Bab 19 Perubahan Sikap Damitri
“Kita nggak bisa begini terus, Sel. Kalau kita diam aja, yang ada posisi kita semakin tergeser dengan perempuan sialan itu. Kamu lihat sendiri tadi, Yuan tega memotong uang jajan kamu demi membela wanita itu. Bagaimana kalau Wanita itu sudah menguasai Yuan sepenuhnya? Kita bisa ditendang dari rumah kita sendiri, Sel!”Damitri tampak berapi-api. Dia terlalu khawatir dengan pemikirannya sendiri. Mereka sedang berada di kamar Selina. “Mamah benar. Tapi kita harus main cantik, Mah. Kita tidak boleh terlalu grusak-grusuk sehingga membuat Kak Yuan semakin kesal. Yang ada nanti dia semakin meratukan istrinya yang norak itu. Kita harus bisa merebut hati Kak Yuan lagi, Mah.” Selina berjalan ke arah Jendela memikirkan sesuatu.“Tapi bagaimana caranya, Sel?” Damitri mengikuti Selina.Selina membisikkan sesuatu ke telinga Damitri tentang rencana yang dia pikirkan. Damitri tampak manggut-manggut mengerti dan setuju dengan rencana putri kesayangannya tersebut.“Oke, Mamah mengerti. Kapan kita mula
Baca selengkapnya
Bab 20 Kejutan yang Gagal
Caramel sedang berada di dapur untuk memasak sesuatu. Rencananya dia akan membuat kejutan untuk suaminya yang sekarang sedang bekerja. “Sedang buat apa, Nona? Mau saya bantuin?” Bi Tyas menawarkan bantuan usai dirinya menyelesaikan pekerjaan rumah.“Em, enggak usah, Bi. Aku mau buat donat kentang untuk Mas Yuan. Aku ingin membuat dengan tanganku sendiri,” urai Caramel. Bi Tyas tersenyum ramah.“Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu, Nona.”“Iya, Bi. Oh ya, Bi, makanan kesukaan Mas Yuan apa, ya? Siapa tahu dia kurang cocok dengan masakanku nanti, jadi dia masih bisa makan karena ada makanan favoritnya.” “Tuan Yuan sangat suka dengan ikan gurame yang digoreng garing, Nona. Setelah itu disiram saos asam pedas manis di atasnya.”Caramel berpikir sejenak. Namun dia sudah ada bayangan makanan seperti apa yang Yuan sukai. Caramel akan mencoba masak dengan resepnya sendiri. “Kalau Nona kerepotan saya bisa membantu.”“Enggak usah, Bi. Saya bisa sendiri, kok,” tolak Caramel lagi.“Kalau beg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status