“Kita nggak bisa begini terus, Sel. Kalau kita diam aja, yang ada posisi kita semakin tergeser dengan perempuan sialan itu. Kamu lihat sendiri tadi, Yuan tega memotong uang jajan kamu demi membela wanita itu. Bagaimana kalau Wanita itu sudah menguasai Yuan sepenuhnya? Kita bisa ditendang dari rumah kita sendiri, Sel!”Damitri tampak berapi-api. Dia terlalu khawatir dengan pemikirannya sendiri. Mereka sedang berada di kamar Selina. “Mamah benar. Tapi kita harus main cantik, Mah. Kita tidak boleh terlalu grusak-grusuk sehingga membuat Kak Yuan semakin kesal. Yang ada nanti dia semakin meratukan istrinya yang norak itu. Kita harus bisa merebut hati Kak Yuan lagi, Mah.” Selina berjalan ke arah Jendela memikirkan sesuatu.“Tapi bagaimana caranya, Sel?” Damitri mengikuti Selina.Selina membisikkan sesuatu ke telinga Damitri tentang rencana yang dia pikirkan. Damitri tampak manggut-manggut mengerti dan setuju dengan rencana putri kesayangannya tersebut.“Oke, Mamah mengerti. Kapan kita mula
Caramel sedang berada di dapur untuk memasak sesuatu. Rencananya dia akan membuat kejutan untuk suaminya yang sekarang sedang bekerja. “Sedang buat apa, Nona? Mau saya bantuin?” Bi Tyas menawarkan bantuan usai dirinya menyelesaikan pekerjaan rumah.“Em, enggak usah, Bi. Aku mau buat donat kentang untuk Mas Yuan. Aku ingin membuat dengan tanganku sendiri,” urai Caramel. Bi Tyas tersenyum ramah.“Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu, Nona.”“Iya, Bi. Oh ya, Bi, makanan kesukaan Mas Yuan apa, ya? Siapa tahu dia kurang cocok dengan masakanku nanti, jadi dia masih bisa makan karena ada makanan favoritnya.” “Tuan Yuan sangat suka dengan ikan gurame yang digoreng garing, Nona. Setelah itu disiram saos asam pedas manis di atasnya.”Caramel berpikir sejenak. Namun dia sudah ada bayangan makanan seperti apa yang Yuan sukai. Caramel akan mencoba masak dengan resepnya sendiri. “Kalau Nona kerepotan saya bisa membantu.”“Enggak usah, Bi. Saya bisa sendiri, kok,” tolak Caramel lagi.“Kalau beg
Mana bisa Caramel tidur dengan perasaan campur aduk. Waktu sudah lebih dari pukul sepuluh malam tapi Yuan belum juga pulang. Ditambah angin dan hujan deras membuat perasannya semakin tidak tenang. Caramel masih terus menghubungi nomor Yuan dan Dirga meski tak mendapatkan respon berarti. Ke mana dia harus bertanya, sementara orang yang Caramel kenal hanyalah Dirga.Tok! Tok!Mendengar ketukan pintu membuat Caramel girang. Dia berharap itu adalah Yuan. “Mas Yuan.” Caramel langsung berlari ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Tapi kegembiraan Caramel seketika surut saat melihat seseorang yang berdiri di ambang pintu adalah Jennifer, bukan suaminya. “Hehe, ini Jenni, Kak. Kak Yuan belum pulang juga, Kak?” Jennifer turut khawatir. Caramel menggeleng lemas.Caramel masuk lagi ke kamar diikuti Jennifer yang juga terlihat bersitegang. Tidak biasanya Yuan pulang larut malam tanpa memberikan kabar. “Kakak buat kejutan untuk Kak Yuan?” tanya Jennifer setelah melihat balkon yang b
Caramel dan Jennifer menunggu Yuan di ruang tamu dengan perasaan gelisah. Caramel terduduk lemas di sofa dan terus berusaha menghubungi Yuan yang belum mendapatkan respon apa pun.Jennifer berulang kali melihat jendela setiap kali ada suara mobil. Ternyata Selina yang baru pulang dari club malam dengan diantar oleh pacarnya. “Kalian ngapain di sini? Nungguin aku?” tanya Selina saat dia sudah masuk ke rumah dan mendapati Caramel Jennifer berada di ruang tamu. “Jangan GR. Kak Yuan belum pulang sampai sekarang,” sahut Jennifer sewot.“Apa? Kok bisa? Memangnya Kak Yuan ke mana?”“Kalau kita tahu, kita juga nggak mungkin menunggu di sini, Kak,” sambar Jennifer kesal.“Ye, santai aja kali jawabnya. Udah ah, aku mau ke kamar. Tunggu aja, paling sebentar lagi juga dia pulang. Nggak usah pada berlebihan.” Selina pergi ke kamarnya tanpa ada rasa khawatir tentang ketidakadaan Yuan. Jennifer hanya menggeleng melihat tingkah kakak perempuannya tersebut. Waktu terus bergulir namun Yuan belum jug
Keluarga besar Alexander tengah sarapan bersama di meja makan kecuali Selina. Setiap hari Damitri semakin memperlihatkan sikap manisnya kepada Caramel. Tak canggung bahkan sikapnya kadang terkesan berlebihan.Meski dipupuk dengan perhatian sedemikian rupa, tetap saja Caramel dan Yuan masih merasa ada kejanggalan. Entah mengapa mereka belum bisa sepenuhnya percaya. Namun sejauh ini belum ada kelakuan Damitri yang mencurigakan. “Caramel besok bisa temani Mamah?” tanya Damitri membuka obrolan.Semua orang melihat ke arah Damitri. Tampak heran dengan ajakannya kepada Caramel.“Ke mana, Mah?” Caramel balik bertanya dengan ragu.“Ke acara arisan. Bisa, 'kan? Mamah mau kenalkan kamu ke teman-teman Mamah,” jawab Damitri diiringi senyum tipis.“Mamah serius? Mamah nggak sedang punya rencana buruk, 'kan?” Jennifer menerka membuat mata Damitri mendelik.“Bisa-bisanya kamu menuduh mamah seperti itu. Mamah sudah berusaha menerima Caramel, kamu masih nggak percaya juga, Jen?” Damitri tersinggung d
Semua keluarga Alexander sedang berkumpul di ruang keluarga atas permintaan Damitri yang akan menyampaikan hal yang menurutnya penting. Damitri akan memberi kejutan yang membuat kaget semua orang.Jujur saja Caramel sudah curiga. Dia memiliki feeling jika Damitri akan mengumumkan tentang kepulangan Evelin seperti yang Damitri katakan pagi tadi. “Ada informasi apa, sih, Mah? Yuan capek, pengen istirahat,” kelakar Yuan yang terlihat lelah setelah seharian bekerja. Bahkan sedari tadi Yuan terus menyenderkan kepalanya di bahu Caramel.“Tunggu dulu sebentar. Setelah kamu melihat pasti rasa capekmu langsung hilang,” jawab Damitri tampak antusias. Semua orang kembali fokus menonton televisi yang menyiarkan acara talk show. Sesekali mata Yuan terpejam karena rasa lelah membuat matanya terasa ngantuk. “Selamat malam semuanya.” Suara ramah seorang wanita membuat mereka menoleh bersamaan. Terkejut. Tentu saja. Bagi Yuan ini menjadi kejutan terburuk yang pernah dia rasakan. Yuan sudah menikah
Langkah Yuan terhenti saat mendengar Evelin berkata seperti itu. Entah mengapa ucapannya itu membuat telinganya terusik. Yuan tidak suka ada orang lain yang menghina istrinya, siapa pun orangnya. Apalagi sampai mengungkit tentang perasaannya yang jelas hanya Yuan sendiri yang tahu.Yuan memicingkan mata dan memutar tubuhnya. Melangkahkan kaki kembali mendekat ke arah Evelin. “Percaya diri sekali kamu berkata seperti itu. Apa tadi kamu bilang? Istriku tidak sebanding denganmu? Ya, kamu benar. Istriku memang tidak sebanding dengan kamu. Dia mempunyai hati yang tulus, tidak seperti kamu yang hanya memiliki tubuh yang mulus. Untuk apa kamu mempercantik diri sedemikian rupa jika hanya untuk pameran belaka. Apa bangganya suami kamu memiliki seorang istri yang mengumbar auratnya ke mana-mana. Bahkan tanpa malu kamu menjadikan tubuhmu konsumsi publik. Asal kamu tahu, justru istriku lebih bernilai dibanding apa pun yang kamu miliki. Bahkan istriku yang cantik ini hanya memberikan kesuciannya
Sepeninggal Yuan dan istrinya, Evelin memasang wajah yang teramat sedih. Apalagi tujuannya kalau bukan untuk menarik simpati semua orang?Evelin duduk menunduk di sofa dengan menitikkan air mata. Sesekali ia menyeka air matanya membuat Damitri dan Selina merasa iba.“Sayang… maafkan ucapan Yuan, ya. Yuan itu sedang capek, makanya omongannya ngelantur.” Damitri mencoba menghibur.“Hati aku sakit, Tante. Tante lihat sendiri kan tadi bagaimana sikap Yuan terhadap aku? Dia sudah benar-benar membenci aku, Tante,” urai Evelin yang terus menjatuhkan air matanya.Damitri memeluk Evelin untuk menenangkan. Melihat Evelin serapuh itu membuat hatinya turut merasa sakit. Pasalnya selama ini Damitri sudah menyayangi Evelin layaknya anak kandung sendiri.“Kamu tenang saja, Sayang. Yuan tidak mungkin seperti ini kalau otaknya belum dicuci sama perempuan sialan itu. Tante yakin Yuan masih sangat mencintai kamu,” bisik Damitri takut jika ucapannya didengar oleh Jennifer yang selalu berpihak pada Caram