Semua Bab Love The Way You Lie: Bab 11 - Bab 20
41 Bab
9.1 Pertengkaran
Akhir pekan merupakan hari yang dinanti oleh para pekerja, setidaknya mereka dapat menikmati satu hari dengan menyegarkan otak dan tubuh. Meskipun tidak semua orang dapat menikmati hari itu, begitu juga dengan Bella dan Ed. Pagi ini, Bella berencana pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan restoran. Ia sedang dalam keadaan hati yang bagus, beberapa hari lagi ulang tahunnya akan tiba. Meskipun dirinya tidak yakin tanggal 29 Desember adalah hari lahirnya. Tak masalah, selama ia masih dapat merasakannya seperti orang lain. Bella mempercepat langkahnya ketika memasuki area pasar, meskipun matahari mulai sedikit tampak, tetapi pasar masih sepi. Tujuan pertamanya adalah pergi ke pedagang ikan dan daging, tidak terlalu sulit memilih keduanya yang masih segar. Ikan yang segar biasanya memiliki insang yang berwarna merah cerah, sedangkan daging sapi segar biasanya memiliki warna kemerahan dan tidak pucat. Begitu kedua bahan itu selesai dibungkus, Bella pergi ke pedagang sayuran yan
Baca selengkapnya
9.2 Pertengkaran
~ Pintu terbuka, ruangan gelap dan kosong menyambut Bella ketika memasukinya. Ia melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul satu siang, cuaca yang mendung membuat langit tampak seperti sore hari. Tujuan pertamanya sekarang adalah kamar, entah mengapa ia merasa hatinya tengah diliputi oleh emosi negatif. Bella meraih sesuatu dari bawah ranjang kecil, sebuah kotak kayu kecil didapatkannya. Ia membuka kotak tersebut, sebuah foto usang kini berada di tangannya. Seorang wanita tengah tersenyum menatap kamera dengan begitu manisnya. Bella membalikkan foto tersebut, beberapa tulisan tangan yang ia tulis semasa kecil. Bella ingat ia menulisnya ketika merindukan wanita dalam foto tersebut, ibu panti menyebutkan bahwa wanita tersebut adalah ibu kandungnya. Dan beliau selalu memberitahu Bella yang sewaktu kecil selalu menangis ingin bertemu dengan sang ibu, beliau mengatakan bahwa ibu kandungnya juga sangat merindukannya dan berjanji akan menjemputnya. Setelah itu, ia yan
Baca selengkapnya
10.1 Pertengkaran terakhir
Ed membuka pintu di depannya, Bella tidak berada di kamar seperti dugaannya. Dia baru saja hendak menutup pintu kembali, tetapi sebuah benda mengalihkan perhatiannya. Ed memasuki kamar, dia berjongkok untuk mengambil benda tersebut. Selembar foto berisi seorang wanita cantik tengah tersenyum menatap kamera, kini berada dalam genggaman tangannya. Foto itu terlihat usang, tetapi terlihat sekali foto itu dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Ed membalikkan foto tersebut, beberapa tulisan menghiasi bagian putih belakang foto itu. Tulisan-tulisan itu kurang lebih berisi pengungkapan rasa rindu yang ditulis oleh seorang anak kecil, Ed tersenyum. Tulisan tangan yang sangat dikenalnya, tulisan itu adalah milik Bella sewaktu kecil. “Sepertinya kau sangat merindukan ibumu, Bella.” Ed berdiri, matanya memandang sekeliling kamar. Kamar sederhana yang terlihat sangat rapi dan bersih, aroma lavender memasuki hidungnya. Ini adalah wangi sabun yang dipakai Bella, dia keluar dari kamar. Ed me
Baca selengkapnya
10.2 Pertengkaran terakhir
  Bella duduk termenung di karpet usang ruang tamu, ia terus melirik jam dinding dan pintu secara bergantian. Berharap sosok Ed muncul dengan senyum hangat, lalu memeluknya dan menangkan hatinya yang gundah. Tengah malam telah berlalu lima menit yang lalu, tetapi rasa kantuk seolah terkalahkan oleh perasaan khawatir yang berlebih. Bella kembali melirik jam dinding, waktu terasa sangat cepat. Ia berdiri, Bella pikir ia sudah tidak bisa menunggu lagi. Akan dirinya cari keberadaan Ed, lalu meminta maaf dan setelahnya hubungan mereka akan membaik, 'kan? Setelah mengenakan mantel, Bella berjalan menuju pintu. Tangannya baru saja menyentuh kenop pintu, tetapi benda tersebut sudah terlebih dahulu terbuka. Ed muncul dengan wajah tampak lelah, Bella segera menghamburkan diri ke arah Ed. Mengalungkan tangannya di leher pria itu dan memberinya pelukan, mengabaikan rasa hampa ketika Ed tak membalas pelukannya. Bella mengurai pelukannya tanpa melepaskan, ia tatap wajah lelah
Baca selengkapnya
11. Pergi
Bella membuka matanya dengan cepat, ketika suara alarm dari jam kecil di atas nakas terus berdering. Setelah mematikan suara mengganggu di pagi hari itu, ia meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Bella menggaruk tengkuknya sembari menguap kecil, ia menginjakkan kakinya di karpet usang kamarnya. Kemudian Bella berdiri dan keluar dari sana, matanya memandang sekeliling ruangan yang terlihat sama seperti malam tadi. Piring-piring kotor yang masih menyisakan makanan, bau menyengat yang tercampur dari masakan membuat ia mengerutkan hidungnya.Suasana yang sepi dengan keadaan ruangan yang masih sama seolah memperjelas bahwa Ed belum kembali ke rumah, Bella menghela napas panjang. Ia mengingat rambutnya dengan asal, lalu menghampiri meja kecil di sana dan mulai membereskan kekacauan yang dibuatnya sendiri. Begitu piring terakhir selesai dicuci, Bella melirik jam dinding. Waktu masih menunjukkan pukul sebelas, sudah terlalu siang untuk memulai sarapan. Bella memutuskan untuk mandi,
Baca selengkapnya
12. Kesempatan
Detak jam dinding di dalam ruangan itu terdengar nyaring, suara keyboard yang biasanya terdengar, kini teronggok di meja dengan layar laptop yang menyala. Dokumen-dokumen itu bahkan terabaikan oleh si pemilik, Dave terus menatap pemandangan gedung-gedung pencakar langit di kota Seoul dari balik kaca ruang kerjanya. Sudah sebulan berlalu, tetapi perempuan itu tak kunjung pergi dalam pikirannya. Dave mengacak surainya kasar, “Aku tidak bisa seperti ini terus.” Ya, tentu saja Dave tidak akan bangkrut hanya dengan mengabaikan satu atau dua dokumen. Namun, dirinya adalah seorang profesional. Merenung dan memikirkan seorang wanita bukanlah gayanya, hanya saja Bella bisa menjadi pengecualian. Entah apa yang dilakukan perempuan bermanik coklat itu, Dave seperti orang bodoh ketika terus mengingat Bella. Dave mendengus, meskipun dia sering berjumpa dengan wanita yang beberapa kali lipat lebih cantik dari Bella. Tetapi Dave mengakui kalau tidak ada yang seperti Bella, sebenarnya apa ya
Baca selengkapnya
13. Setelah kepergianmu
“Antar aku ke rumah,” titah Dave seraya mendudukkan dirinya di kursi belakang mobil. Theo menoleh, “Duduk di depan. Aku bukan sopirmu.” Dave menatapnya tajam, sontak saja membuat Theo gelagapan dan segera menyalakan mesin mobil. Perjalanan itu diisi dengan rasa penasaran Theo, pria itu melirik bingung pada wajah cerah Dave lewat kaca spion. “Apa sesuatu yang menyenangkan terjadi?” tanyanya. “Fokus saja pada jalan, jangan sampai mobil ini lecet!” ujar Dave tegas. Theo mendengus, “Kenapa kau hobi sekali marah-marah. Aku kan cuma bertanya.” “Pertanyaanmu yang aneh, hal menyenangkan apa yang akan terjadi di pertemuan bisnis dengan pria setengah baya. Jangan membuatku tertawa,” ucap Dave. Theo tersenyum lebar, “Aku rasa tebakanku benar. Seorang Dave tidak mungkin membalas perkataan anehku, tetapi kali ini kau menjelaskannya dengan panjang. Sesuatu benar-benar terjadi, hm?” Dave mengalihkan pandangannya ke luar kaca, pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang dilewati sepertin
Baca selengkapnya
14. Peduli?
Dave mendongak saat telinganya menangkap langkah seseorang yang mendekat, Bella tampak canggung saat menghampirinya. Dave tidak berniat membantu Bella yang masih terlihat lemah itu berjalan, dia lebih senang memperhatikan ekspresi yang ditampilkan perempuan itu. Dave meraih cangkir berisi kopi, kemudian meneguknya sambil terus memandang Bella. Perempuan itu tampak manis dengan kaos kebesaran miliknya, tentu bukan Dave yang mengganti. Namun, pria itu terlihat menyukainya. “Pa.. pagi,” sapa Bella. Dave rasanya ingin tertawa, mendengar nada gugup perempuan itu. Dia berdeham seraya meletakkan cangkir itu kembali, Dave menatap Bella. “Kau terbangun?” tanyanya. Bella tersenyum kaku, “Maaf. Aku menggunakan tempat tidurmu.” Dave mengernyit, “Kau dapat melanjutkan tidurmu.” Bella menggeleng cepat, “Tidak. Aku sudah cukup beristirahat, lagi pula akan sangat merepotkan bila aku hanya tidur.” “Dave, terima kasih telah menolongku. Maaf merepotkanmu,” ujar Bella seraya memainkan j
Baca selengkapnya
15.1 Kau tidak merepotkan
Dave kembali menghembuskan napas kasar, matanya tak pernah berpindah ke objek lain. Bella mengusapkan kedua telapak tangannya untuk sekedar memberikan kehangatan, angin malam ini masih berembus kencang. Ia mengeratkan mantel usang di tubuhnya, Bella tidak tahu apa yang dilakukannya. Ia mana mungkin kembali ke apartemen Dave, pria itu sudah sangat baik telah menolongnya ketika sakit. Dan Bella tidak mungkin merepotkan pria itu lebih jauh, ia tidak ingin Dave merasakan hal seperti Ed ketika bersamanya. Bella termenung, sebulan sudah berlalu sejak kepergian Ed. Hingga saat ini Bella tidak mengetahui ke mana Ed pergi, pria itu telah membawa seluruh hatinya. Bella mendongak ketika merasakan seseorang berdiri di depannya, sosok menjulang tinggi itu terlihat di matanya. Ia harus mengernyit untuk menghalau sinar matahari, Bella tidak dapat menebak siapa gerangan sosok itu. “Kau bodoh?” hardik suara tersebut. Bella berdiri, ia mengenal suara tersebut. Pria yang beberapa jam lalu men
Baca selengkapnya
15.2 Kau tidak merepotkan
~ Dave menyeruput secangkir kopi yang telah dibuatkan Bella, dari aromanya saja dia sudah yakin dengan rasa kopi tersebut. Dave meletakkan cangkir itu kembali, matanya memandang bingung pada Bella yang telah rapi. “Kau akan pergi?” tanya Dave. Dia tidak dapat menahan rasa penasaran, perempuan itu selalu berhasil membuat sisi lain dirinya muncul.Bella menoleh, “Aku akan mencari pekerjaan.” Dave mengernyit, “Pekerjaan?” Bella mengangguk, “Ya. Aku baru kehilangan pekerjaan di restoran, Madam Choo telah menemukan pengganti karena itu sekarang aku mencari kerja.” Ah, Dave ingat sekarang. Bella sudah tidak bekerja selama sebulan waktu itu, tentu saja pemilik restoran tidak ingin rugi dengan terus memperkerjakan karyawan yang menghilang tanpa kabar. “Ke mana kau akan mencarinya?” Bella mengangkat bahunya, “Aku masih belum tahu. Tetapi biasanya mudah menemukan pekerjaan sebagai pelayan di restoran-restoran kecil pinggir jalan.”, Dave menatapnya serius, “Apa kau tidak ing
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status