Semua Bab My Cold Doctor (Indonesia): Bab 121 - Bab 130
153 Bab
Tertampar!
“Jika kamu mencintai sesuatu, maka biarkan lah dia pergi. Jika dia kembali, maka dia milikmu, jika tidak, maka memang tidak akan pernah.” *** Nadya menatap nanar koper besar yang berisi baju-bajunya itu. Baru sebentar di tiba di sini, Nadya harus rela kembali pergi dan sekarang pergi lebih jauh lagi. Bukan hanya beda kota, tetapi juga beda negara dan benua. Padahal ia dulu dengan begitu susah payah dan sabar menantikan posisi dokter anestesi RSUD itu kosong, sehingga ia bisa mendaftar dan bertemu kembali dengan Hermes-nya. Tapi apa boleh buat? Tuhan seolah tidak mengizinkan Nadya dekat dengan sosok itu, bahkan kini Dia hendak mengirim Nadya begitu jauh, sangat jauh malah kalau kemudian semua usaha Nadya berobat sia-sia. Nadya menutup kopernya, menyeret benda besar itu ke sudut ruangan. Ia hanya akan membawa baju dan beberapa berkas dokumennya, karena apartemen ini dia sewa sekaligus dengan furniture di dalamnya, jadi ia tidak
Baca selengkapnya
Bahagia Itu Kita
“Bahagia itu tentang aku dan kamu, bukan tentang hal yang lain lagi.”***Anggara tersenyum ketika sang isteri mendekapnya erat-erat setelah berhasil ia buat memekik keras beberapa saat yang lalu. Keringat mereka banjir, sedikit membuat gerah dan lengket namun itu tidak membuat Selly lantas melepaskan diri dari Anggara.“Kenapa sih? Nempel mulu?”Anggara menyentil hidung sang isteri, ia benar-benar gemas kalau dia bertingkah seperti ini.“Tidak ada undang-undang atau perpu yang melarang seorang isteri memeluk dan menempel terus pada sang suami, mengerti?”Anggara sontak tertawa terbahak-bahak.“Jadi sekarang pakai perpu dan undang-undang?” tanyanya sambil mengelus dahi Selly yang penuh keringat.Selly tidak menjawab, menikmati aroma tubuh Anggara yang baginya seperti aromatherapy yang menenangkan. Ia sangat suka aroma alami tubuh Anggara, entah mengapa, y
Baca selengkapnya
Gone
“Jika kau tahu, memisahkan kadang bukan semata-mata karena ingin menyiksa, namun karena ingin melihat kamu bahagia tanpa bayang-bayang dia!”***Natasya tersenyum, ia meletakkan lembar status pasien itu di meja. Hari ini sang kakak akan pergi ke Jerman sesuai apa yang sudah Natasya rencanakan dan persiapkan. Sebenarnya bukan hanya dia seorang yang merencanakan semua ini, karena kedua orang tuanya pun ikut serta dalam upaya penyembuhan sang kakak, Nadya.Bukan hanya penyembuhan penyakitnya, tetapi juga penyembuhan hatinya. Yang mana dia sudah cukup lama membelenggu diri hanya demi mencintai laki-laki yang sama sekali tidak pernah mencintai dirinya.Laki-laki yang selama ini hanya menganggap dia sebatas sahabat. Tidak pernah memiliki perasaan yang sama, seperti yang Nadya miliki untuk dia.Tidak ... Natasya tidak bisa menyalahkan Anggara juga dalam hal ini. Karena tidak ada yang berhak memaksa dia membalaskan cin
Baca selengkapnya
Farewell
Nadya sudah berdiri di loby apartemen dengan koper besar miliknya. Ia tengah menantikan taksi online yang dia pesan untk mengantarkan dirinya ke bandara. Ia membalikkan badan, menatap nanar apartemen yang merangkap hotel bintang lima di kota ini.Baru sebentar dia tinggal di sini dan dia harus segera pergi, sungguh rasanya masih begitu berat untuk Nadya pergi. Tapi mau bagaimana lagi? Masa depan dan kelangsungna hidupnya dipertaruhkan.Tak perlu waktu lama, mobil minibus putih itu berhenti di depannya, menurunkan kaca mobil dan sosok laki-laki muda itu tersenyum ke arahnya.“Dengan Mbak Nadya Anggranesia?”“Ya itu saya, Pak.”Sosok itu segera turun dari mobilnya, membuka bagasi belakang dan membawa koper yang Nadya masuk ke dalam bagasi.Sekali lagi Nadya menoleh, menatap gedung itu untuk terakhir kalinya. Apakah kelak ia masih bisa kesini? Apakah Tuhan masih akan memberinya kesempatan untuk hidup lebih lama lagi? Har
Baca selengkapnya
Good Bye (Ending)
“Maafkan saya, Sel.” Desis Nadya lirih ketika ia melepaskan pelukan itu, air matanya menitik, ia benar-benar merasa bersalah pada gadis itu. “Saya mengerti, Dokter. Sudah lupakan yang sudah terjadi. Sekarang fokus pada pengobatan Dokter di sana, saya percaya sejawat yang ada di sana bisa membantu Dokter untuk sembuh.” Nadya menyeka air matanya, ia mengangguk pelan. “Sel, panggil saja Nadya. Jangan sekaku itu kepadaku,” Nadya tersenyum, tidak salah kalau kemudian Anggara jatuh hati pada Selly, dia begitu manis. “Oke baik, semua atas permintaan Kakak, ya?” Selly ikut menyeka air matanya, tawanya lepas. Nadya ikut tertawa, ia kemudian melepas gelang mutiara yang dulu ia beli dari Lombok, mutiara asli laut Lombok yang begitu cantik, ia melingkarkan gelang itu di pergelangan tangan Selly, menatap manik mata Selly dan kembali tersenyum. “Maaf bukan barang baru, tapi itu salah satu barang kesayangan aku, Sel. Aku percaya kamu bisa jaga itu ba
Baca selengkapnya
Extra Part 1
“Seorang laki-laki usia 52 tahun datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak sudah dua jam dan memberat dengan aktivitas. Pemeriksaan TD 190/100, FN 130x/i, FP 30x/i dengan saturasi oksigen 88%. Apakah diagnosis yang paling mungkin?” Anggara menatap sang isteri yang nampak berpikir keras. Semenjak beres melaksanakan kewajiban koasnya, kini Anggara dengan rutin memberi pelatihan soal dan penjelasan menjelang sang isteri ujian UKMPPD dan OSCE demi mendapatkan gelar dokternya. Sebuah rutinitas yang membuat Anggara harus banyak sekali flashback dengan materi-materi UMKPPD dan kasus-kasus tersering yang pernah muncul di IGD dulu ketika dia koas, internship dan sewaktu masih berstatus dokter umum. “Edem paru akut.” Jawab Selly mantab yang diikuti anggukan kepala Anggara. “Lanjut!” ujarnya kemudian yang sontak membuat Selly kembali fokus menyimak sang suami. “Seorang perempuan usia 30 tahun, dibawa suaminya ke klinik bidan dengan keluhan mules dan kelua
Baca selengkapnya
Extra Part 2
"Belajar dari mana?"Tanya Anggara ketika Selly muncul dari kamar mandi. Baru tahu dia ternyata sang isteri bisa dan cukup jago melakukan itu, padahal selama ini rasanya Anggara tidak pernah memaksa Selly melakukan hal itu."Menurutmu?" Guman Selly balik bertanya, ia duduk di depan meja riasnya, menatap bayangan dirinya di cermin."Nggak diajari orang lain, kan?" Anggara kini berdiri di belakang sang isteri, menatap pantulan cermin yang menampilkan siluet mereka dengan begitu sempurna.Selly tekekeh, "Aku bisa belajar secara mandiri masalah itu, jadi jangan khawatir."Anggara tersenyum, mengelus lembut kepala sang isteri, mengecup puncak kepalanya penuh cinta."Terima kasih banyak," desis Anggara tulus."Untuk?""Semuanya yang tidak bisa aku sebut satu per satu, Sayang."***"Benarkah aku masih punya harapan hidup?" Tanya Nadya dengan suara tertahan.Jujur ia pesimis, terlebih dia bergelut dengan dunia medis
Baca selengkapnya
Extra Part 3
"Astaga!" Selly hampir memekik ketika melihat ruang tamu dan ruang tengahnya sudah penuh dengan balon warna biru dan putih di lantai, ini serius balon yang dipakai sebanyak itu?"Bagus, kan?" Anggara nyengir lebar, tampak ya masih begitu serius dengan alat pompa balon dan balon-balon yang tercecer di meja.Sementara Felicia tampak begitu riang bermain dengan balon-balon yang sudah di pompa Anggara."Ini buat apa sebanyak ini, Ko?" Selly hampir histeris, kan cuma ulangtahun kecil-kecilan, hanya keluarga yang diundang dan balon yang dipakai sebanyak ini?"Ah sudahlah, lihat saja nanti hasilnya." Anggara kembali serius dengan pompa dan balon di tangannya, sementara Selly membawa Gilbert kembali naik ke lantai atas, daripada pusing melihat balon-balon yang tengah dipompa sang suami, balon yang hampir memenuhi ruang tengah mereka yang ada di lantai bawah itu.Anggara hanya tersenyum, bakat terpendamnya dalam hal dekorasi sepertinya hari ini harus dia pa
Baca selengkapnya
Extra Part 4
“Siap?”Anggara tersenyum, ia menatap sang isteri yang sudah rapi pagi ini. Nampak wajah itu begitu tegang, bagaimana tidak tegang kalau setelah ini ia harus berjuang mengerjakan soal-soal itu demi lulus dan memperoleh gelar dokternya secara resmi.Orang-orang pikir, begitu lulus sarjanan kedokteran, para dokter langsung otomatis dapat gelar mereka? Gelar dokter dan langsung bisa bukan praktek? Tidak semudah itu kawan!Mereka harus koas, ujian-ujian lagi, lulus koas masih harus UKMPPD, OSCE, dan baru lah gelar dokter itu tersemat di depan nama mereka.Namun tidak seketika mereka langsung bisa bekerja, untuk bisa mendapatkan STR (Surat Keterangan Registrasi) dan SIP (Surat Izin Praktek), mereka masih harus internship, atau bahasa awamnya magang, dimana sebagaian besar dari mereka tidak mendapatkan gaji.Ada pun beberapa dari dokter internship mendapatkan bantuan biaya hidup, semua tergantung dari daerah tempat internship masing-masing. J
Baca selengkapnya
Extra Part 5
"Jangan ngajak bahas soal tadi!" Salak Selly sambil memanyunkan bibirnya, tampak matanya memerah, ia benar-benar khawatir dengan hasil ujiannya tadi.Anggara tersenyum, meraih sang isteri ke dalam dekapan lalu mengecup lembut kening Selly yang nampak masih terbawa suasana dengan ujiannya hari ini."Sudah lah, aku percaya isteriku bisa, kamu pasti lulus, Sayang." Guman Anggara mencoba menghibur sang isteri.Selly melirik sang suami, menatapnya lekat-lekat, "Kalau ternyata nggak lulus?"Anggara tersenyum, meraup wajah Selly dengan kedua tangan."Masih ada ujian UKMPPD batch selanjutnya."Selly sontak menggebuk gemas lengan sang suami, air matanya menitik. Terserah mau dikatakan lebay atau apa, dia tidak peduli, yang jelas dia benar-benar takut tidak lulus.Walaupun tadi ia yakin sudah mengerjakan semua dengan benar, tapi tidak ada yang tahu dan menjamin bahwa dia akan lulus, bukan?Pasalnya beberapa soal tadi Selly sadar betul ba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status