Semua Bab Pernikahan Nona Smith: Bab 51 - Bab 60
186 Bab
Bab 51_ Pengakuan Orang Sint*ng
Melihat wajah Janu yang melas diliputi rasa bersalah, emosi Smith melunak. Raut mukanya tidak lagi menunjukkan kekesalan. Walau bagaimanapun, Smith tahu benar bahwa Janu bukan orang yang suka bermalas-malasan hingga memilih tidur saat jam kuliah berlangsung. Janu selalu bersemangat sampai kadang-kadang membuatnya enek. Pasti ada hal tertentu yang menyebabkan pemuda itu sampai terlelap di dalam kelas."Sebaiknya kita segera kembali ke kelas. Aku yakin mereka sedang sibuk bergosip setelah aku keluar kelas. Tapi itu tidak masalah. Akan tidak enak saja jika Pak Jack menjadi terganggu karena hal itu," ucap Smith pelan saja sambil berjalan menuju kelas. Diikuti Janu yang mengekor di belakangnya seperti anak ayam mengikuti induknya.Dalam perjalanan itu, muncul sedikit rasa tak enak hati yang mendiami halaman hati Smith. Ia pun berkata, "Apa kepalamu masih sakit?""Em, tidak, tidak. Aku sudah baik sekarang," jawab Janu gugup, sekaligus senang karena Smith masih peduli pad
Baca selengkapnya
Bab 52_ Obat Mujarab
Angin segar yang membawa oksigen dari pohon besar yang banyak terdapat di taman kota berhembus berkali-kali. Menebarkan kesegaran tersendiri di antara teriknya matahari siang. Namun, tampaknya hal itu tidak cukup untuk mendatangkan tenang pada diri Janu. Pasalnya, sudah hampir seperempat jam Janu menunggu. Tapi Smith tidak kunjung keluar dari toilet yang letaknya sekitar 15 meter dari bangku tempat Janu duduk. Janu pun mengeluarkan ponselnya, berencana untuk menelepon Smith, memastikan apakah semua baik-baik saja, atau telah terjadi sesuatu hingga Smith begitu lama di kamar mandi. Namun, belum sampai ia melakukan panggilan atas kekhawatiran yang dirasa, Smith sudah lebih dulu mengirimkan pesan padanya. Janu tersenyum lantaran berpikir bahwa mungkin kemistri antara dirinya dan Smith sudah mulai terbangun. "Pulanglah lebih dulu. Aku akan pulang sendiri." Begitu pesan dari Smith tertulis. Membuat Janu m
Baca selengkapnya
Bab 53_ Pendongeng Ulung
Kediaman Hendry Sasongko tampak sangat sibuk. Orang-orang tengah bersiap atas kedatangan tamu istimewa yang diakui Smith sebagai kekasihnya.Bibi Ipah dibantu Pak Jono tengah mengangkat segala macam jamuan spesial dari dapur ke ruang makan. Mereka terlihat sangat bersemangat melakukannya. Seolah tidak terasa lelah sama sekali.Sang kepala keluarga, Hendry Sasongko, sedang melihat bayangannya di cermin sembari mengayunkan sisir di rambutnya yang telah ditumbuhi beberapa helai uban. Lelaki itu tampak sangat sumringah, sudah tidak sabar menunggu pertemuannya dengan sang calon mantu. Bahkan, saking senangnya, Hendry menjadi sedikit gugup. Ia sungguh ingin tahu, pemuda seperti apa yang telah menakhlukkan anak gadisnya yang super ekstra galak sekali.Sementara sang istri, terlihat suram. Sinta terus saja manyun dan tidak bergairah untuk mempercantik diri. Tidak seperti biasanya yang selalu semangat dalam bersolek.&n
Baca selengkapnya
Bab 54_ Doa yang Konyol
Sesuai informasi yang disampaikan Smith, tamu istimewa itu akan datang pukul 19.00. Maka, setelah lima belas menit berlalu dari jam tersebut, orang-orang mulai gelisah mempertanyakannya. Tentu saja yang paling lantang bertanya adalah Sinta."Apa mungkin pacarmu belum siap untuk menemui kami dan mendadak berubah pikiran?" kata Sinta dengan batin terbahak-bahak. Ia sungguh berharap pacar yang diceritakan Smith tidak akan pernah datang. Entah karena takut, lupa, atau mati sekalipun."Aku rasa itu tidak mungkin. Jika memang dia membatalkan pertemuan ini, pastilah akan mengabari Smith. Mungkin dia sedikit terlambat karena ada urusan penting lainnya yang harus diselesaikan," bantah Hendry tidak terima."Aku setuju dengan ayah. Mungkin dia memang masih repot, jadi sedikit terlambat. Tapi aku yakin, sebetar lagi dia pasti akan datang. Iya 'kan Smith?"Smith hanya melempar senyum. Dalam hatinya ia terus mengumpat karena Janu
Baca selengkapnya
Bab 55_ Menantu Idaman
"Mas Janu ingin bertemu Nona Smith? Haaah, sayang sekali!"Melihat wajah Bibi Ipah yang tampak kecewa atau mungkin juga sedih, Janu menjadi cemas dan berkata, "Ada apa Bi? Apa terjadi sesuatu?""Sebenarnya, Bibi merasa sedih kalau mengingat pacar Nona Smith akan datang. Entah mengapa, sejak pertama kali melihat Mas Janu, Bibi sangat berharap, Mas yang akan jadi kekasih Nona Smith. Tapi, ya sudahlah. Yang penting Nona Smith senang," cetus Bibi Ipah begitu saja. Ia berkata sangat jujur sekali, menyampaikan isi hatinya."Bibi, sebetulnya ....""Siapa yang datang, Bi?" teriak Sinta sangat lantang membuat ucapan Janu langsung mandek."Sebentar ya, Mas. Bibi masuk dulu. Mas tunggu di sini. Bibi tidak berani mengizinkan Mas untuk langsung masuk karena ada acara penting di dalam. Semua orang sedang menunggu pacarnya Nona Smith. Katanya mau datang jam tujuh tadi. Tapi sampai sekarang belum datang juga," ucap
Baca selengkapnya
Bab 56_ Menantu Tercela
Sinta langsung berdiri melihat Janu telah sampai di ruang makan. Sedangkan Hendry, tersenyum simpul mengetahui tangan Sisil menggenggam erat tangan Janu. "Janu, duduklah. Sini-sini, duduk di sini!" Sinta sampai menyiapkan kursi untuk Janu.  "Om, Tante," kata Janu tersenyum. Ia mencium tangan Hendry dan Sinta bergantian. Membuat senyum di wajah pasangan suami istri itu semakin lebar saja. Janu sudah sangat memesona pada pertemuan malam itu. Aura kewibawaan terpancar jelas dari kesantunannya. Hendry yang sudah terbiasa bertemu dengan banyak orang dengan karakter yang berbeda dari berbagai kalangan, bisa dengan mudah menilai orang seperti apakah Janu. Dan singkat kata, Hendry suka. Ia berpikir, akan sangat baik jika Janu bisa menikah dengan Sisil dan menjadi bagian dari keluarga Sasongko.  Hendry tidak tahu, untuk siapa Janu datang dan apa yang membuat pemuda itu berkunjun
Baca selengkapnya
Bab 57_ Pelukan Belasungkawa
Sisil berdiri di depan pintu kamar Smith. Ia telah mengangkat tangan kanannya yang terkepal untuk mengetuk pintu. Tapi Sisil tidak kunjung melakukannya.Sisil menelan ludah dan menarik napas panjang. Ia berbicara pada dirinya sendiri, "Tenanglah Sisil. Smith sudah berubah. Dia menjadi gadis manis yang lembut. Jadi, kau tidak perlu khawatir lagi, oke?"Tok ... tok ... tok ....Akhirnya Sisil mengetuk pintu setelah segala keraguannya pergi.Tapi Smith tidak menyahut. Maka, Sisil kembali membuat pintu kamar Smith berbunyi. Juga memanggil nama saudara sambungnya itu."Apa dia tidak di dalam, ya?" Sisil pikir, mungkin Smith sedang di luar kamar, atau bisa saja sedang berada di kamar mandi sehingga tidak mendengar panggilannya.Ia pun menekan gagang pintu ke bawah untuk memastikan dugaannya. Dan ternyata, pintu memang tidak terkunci.Namun, setelah
Baca selengkapnya
Bab 58_ Maaf yang Menohok
Sisil berjalan lebih dulu di depan Smith. Mereka terlihat luar biasa dengan penampilan masing-masing. Saat melihat dua gadis cantik itu berjalan berbarengan, mungkin para pemuda akan mengira sedang berada di surga, hingga bisa bertemu bidadari. Siapa saja yang melihat Sisil dan Smith sekarang, pasti akan sangat terpesona. Para perempuan akan merasa iri, sedangkan kaum lelaki mendadak ingin menikah saat itu pula. Namun, hal berbeda terjadi pada Janu. Pemuda itu tidak melihat Sisil sama sekali. Ia menjadi sangat sibuk memperhatikan gadis lainnya yang tidak lain adalah Smith. Janu bahkan sampai berdiri dan mengucek kedua matanya lantaran tidak percaya bahwa gadis yang tampak sangat anggun dan memukau itu memang calon istrinya, si Gadis Singa Jantan, Smith! Smith mengenakan dress hitam sederhana yang bagian lengannya berupa renda-renda kecil. Di lehernya juga terpasang sebuah kalung
Baca selengkapnya
Bab 59_ Smith atau Sisil?
Sinta mulai bernapas lega ketika orang-orang seperti sudah melupakan ucapan Smith yang sangat menyebalkan tentang almarhum ibunya. Ia memang sangat tidak suka jika masa lalu itu dikupas kembali, khawatir jika segala kejahatannya diketahui oleh sang suami.Selama ini Smith memang tidak pernah mengadukan apapun pada Hendry soal kelakuan Sinta di belakang sang ayah. Bagaimana sikap Sinta pada almarhum Lisa, juga segala usaha keras perempuan itu untuk mencegah sang ayah agar tidak peduli pada Lisa saat dulu masih sakit keras.Ketika Hendry menanyakan pada Smith apakah ia menelepon sang ayah untuk memberitahukan kematian ibunya, Smith hanya menggeleng dan mengatakan bahwa ia tidak ingin mengingat-ingat saat kematian Lisa. Smith tidak menerangkan pada Hendry bahwa Sinta-lah yang telah mengangkat telepon itu, lalu berbicara sangat kasar dan buruk padanya.Semua kebungkaman Smith itu, bukan lantaran ia menutup-nutupi kejahatan Sinta. Melain
Baca selengkapnya
Bab 60_ Panen Tamparan
"Janu, maafkan mamaku. Mungkin Mama hanya mencemaskan pacar Smith yang tidak kunjung datang. Khawatir kalau terjadi apa-apa dengannya di jalan," sahut Sisil yang mencoba meringis di saat batinnya hampir remuk."Sisil! Kebiasaan! Berhentilah menjadi orang naif! Kau tahu benar apa maksud Mama. Dan sebagai pemuda cerdas semestinya Janu mengerti juga. Sekarang katakan pada kami, apa hubunganmu dengan Smith yang sebenarnya? Tidak usah berputar-putar mempermainkan perasaan putriku!" Sinta sampai berdiri karena kemarahan yang sudah melewati ubun-ubun."Benar, Tante. Kami, maksudku, aku dan Smith sudah menjalin hubungan khusus. Bahkan malam ini aku bermaksud untuk melamar Smith," tegas Janu tanpa ragu. Membuat Smith tersenyum puas sembari meletakkan garpu dan pisau kecil yang sedari tadi ia gunakan untuk makan. Smith mengusap mulutnya menggunakan tisu dengan santainya, merayakan kemenangan yang sebentar lagi akan menjadi miliknya. Malam ini dan seterusnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status