Semua Bab Searching a Commoner Husband (Mencari Seorang Suami Jelata): Bab 11 - Bab 20
96 Bab
Sesama Pendosa
Begitu tiba di rumahnya, Eizel langsung menghancurkan semua benda yang ada di hadapannya. Dimulai dengan vas bunga, lalu hiasan meja yang terbuat dari kaca, hingga pajangan fotonya, semua mulai hancur satu per satu.Meskipun ia mencoba melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di rumah tersebut, api di dalam dirinya tak juga kunjung pudar. Justru emosinya semakin membesar, seolah ia menuangkan bensin ke atasnya. Ddrrtt ..., drrrtt ...Ponselnya berbunyi di saat yang tidak diinginkannya. "Halo." "Halo." Suara Direktur Johan terdengar begitu sangat jelas di telepon. "Kau baik-baik saja? Kenapa pulang sebelum pestanya selesai?"Eizel melepaskan jasnya yang masih melekat pada tubuhnya, lalu melonggarkan dasinya yang terasa menekik dirinya. "Aku sedang tidak enak badan.""Ah, begitu. Sayang sekali. Padahal ini saat yang tepat untuk memperlihatkan diri ke dewan direksi."Dewan direksi, pemegang saham, warisan, masa
Baca selengkapnya
Diriku dalam Dunia Kanvas
Sudah puluhan kali ia bertemu dengan para petinggi pemerintah, sudah ratusan kali ia bertatapan langsung dengan investor besar, dan tak terbilang jumlahnya Elsie bertemu orang terkemuka. Namun untuk pertama kali dalam hidupnya, ia bertemu dengan calon mertuanya. Meskipun pada awalnya ia tak merasa tak perlu menghakhawatirkan kondisi ini, tapi saat ia sudah di depan pintunya, ia merasa gugup juga. Tarik napas, keluarkan.Lalu ia mencengkram erat-erat buket bunganya dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu.Tak lama kemudian, pintu pun terbuka, dan meskipun mereka belum pernah bertemu, tapi wanita yang membukakannya pintu itu tidak menanyakan identitasnya. Seakan dia tahu siapa dirinya dan alasannya berada di sana. "Silakan masuk." ajaknya sambil menuntun Elsie ke sebuah ruangan kecil yang berisikan ruang makan, ruang tamu dan ruang keluarga, sekaligus."Kau sudah datang?" Seorang wanita berkepala lima muncul dan tersenyum sangat ramah
Baca selengkapnya
Bellagaphone!
Sudah ia duga, nama perusahaan keluarga Elsie cukup membuat ibunya terguncang. Bahkan ibunya yang tidak terlalu mengenal dunia bisnis saja, dia bisa tahu betapa besarnya perusahaan ini. Namun sangkanya, ibu dan adiknya akan merasa senang mendengar siapa bakal istrinya, seperti orang-orang pada umumnya. Tak pernah ia duga, mereka justru menjadi khawatir dan meragukan hubungan mereka. "Benarkah Elsie adalah pewaris grup perusahaan itu?" tanya ibunya dengan suara yang terdengar sedikit panik."Ya. Dia cucu kandung satu-satunya keluarga itu." Meskipun Alvan belum terlalu mengerti mengenai keluarganya, setidaknya ia tahu informasi sederhana itu. Mendadak adiknya yang terus terdiam melihat ponsel, berteriak histeris sambil menunjukkan layar ponselnya pada ibunya, "Lihatlah, ibu! Luar biasa! Ternyata dia sangat populer di internet."Lalu tanpa melihat suasana tegang yang terbangun di meja makan itu, adiknya terus memuja Elsie dan menyombongkan pertem
Baca selengkapnya
Kejapan yang Penuh Kesalahan
Baru ia selesai berkeliling beberapa tempat dan hendak meletakkan kepalanya dengan nyaman di sofa, mendadak berita kehadiran seseorang membuatnya bangkit terduduk. "Siapa?" tanyanya ulang atas berita yang tak pernah ia duga."Ibu Alvan." jawab Anna sambil mengulang kembali berita yang dia dengar dari meja resepsionis. "Ibu Alvan menunggu Anda di ruang tunggu. Apa yang harus saya lakukan?"Tak hanya bangkit terduduk, kini ia sudah berdiri tegap dengan panik. Elsie berjalan kian kemari dalam perasaan cemas, lalu memberikan instruksi darurat. "Katakan bahwa aku sedang melakukan urusan penting. Suruh dia menunggu.""Baik." Dengan sigap, Anna meneruskan instruksinya, lalu bersiap untuk perintah selanjutnya.Tanpa berlambat-lambat, Elsie segera menghubungi putra dari calon ibu mertuanya. Hingga sambil menunggu pria itu menerima panggilannya, ia mengetuk-ngetuk lantai dengan kakinya sesuai nada sambung yang terdengar."Halo?""Halo." jawabnya
Baca selengkapnya
Kepalsuan yang Membusuk
Sebagaimana janjinya, seusai kelasnya berakhir, Alvan langsung terburu-buru pergi menuju perusahaan Elsie. Namun untuk memastikan keadaan apa yang saat ini sedang terjadi di sana, Alvan menghubungi Elsie selama di perjalanan. "Elsie." panggilnya segera setelah teleponnya diangkat. "Bagaimana di sana? Apakah yang dikatakan ibu? Aku sedang perjalanan ke sana."Sementara dirinya berbicara panjang lebar, di ujung telepon lainnya Alvin tidak mendengar respon apapun dari lawan bicaranya. Dari sana, ia pun menyadari kalau Elsie mungkin masih kesal padanya atas pembicaraan mereka di telepon terakhir kali."Elsie? Elsie, kau mendengarku?" Anehnya, —setelah ia merasa wanita itu marah padanya— tiba-tiba Elsie tertawa. Tertawa dengan sangat keras hingga ia menjauhkan ponselnya dari daun telinganya. Sekilas, ia menatap nama Elsie yang tertulis di layar teleponnya dengan pandangan heran, tapi —begitu ia memikirkan ulang tindakan Elsie yang
Baca selengkapnya
Jadilah Pengkhianat Sekali Lagi!
Nia tidak tahu kenapa ia mendadak di panggil oleh Direktur Johan siang ini. Selain ia tak memiliki hubungan pribadi dengannya, ia juga tak mempunyai hubungan kerja dengan pria itu. Bahkan bisa dibilang Nia tidak mengenalnya dan jika bertemu di acara perusahaan Elsie, ia hanya sekedar menyapa untuk kesopanan.Namun dengan sangat mengejutkan, pria itu menghubungi ponselnya pagi tadi, dan tak hanya itu, dia juga meminta bertemu di jam makan siang. Entah hanya perasaannya atau mungkin memang seperti itu, Nia merasa ada yang mencurigakan dalam pertemuan ini. Sesaat ia sempat berpikir untuk melaporkannya pada Elsie dan meminta saran darinya, tapi karena ia tak memiliki bukti yang kuat untuk melandasi kecurigaannya, ia pun berpikir untuk menemuinya terlebih dulu untuk melihat apa yang terjadi.Siang itu, seperti waktu dan tempat yang dijanjikan, ia datang tepat waktu ke restoran yang Direktur Johan sebutkan.Seolah semua sudah dipersiapkan dengan baik, begitu
Baca selengkapnya
Mantan Kawan Baik
"Tidak. Aku tidak akan setuju." tegas Elsie ketika Alvan mendatanginya dengan permintaan yang mustahil."Aku tetap harus bekerja, sebagai bentuk tanggung jawab atas keluargaku. Jadi tolong perpanjang kontrakku di toko." Meskipun Alvan adalah kekasih palsunya, tapi Elsia tetap tak bisa membiarkan calon suaminya bekerja sambilan di sebuah toko. Bagaimana jika nanti akan ada seorang dari para petinggi perusahaannya yang melihatnya di toko? Bagaimana jika mereka mengenalinya?Bukannya ia merasa malu dengan profesi pria itu. Hanya saja, ia takut jika nantinya orang-orang itu mencoba mencari celah dan menjadikan profesi Alvan sebagai kelemahannya? Mereka mungkin akan berkicau tentang pantas dan tidak pantas, lalu menghambat pernikahannya. Sehingga ia akan kehilangan warisannya.Itu tidak boleh terjadi.Elsie mendongak menatap Alvan yang berdiri di depan mejanya, lalu menyunggingkan sebuah senyum yang mencurigakan. "Kau hanya memerlukan
Baca selengkapnya
Cengkraman yang Salah Alamat
Selagi duduk di bangku wali, Alvan menatap Elsie yang masih terbaring di ranjang UGD. Kata dokter, tak ada yang salah dengan wanita ini. Namun melihat Elsie belum sadarlan diri, membuat Alvan merasa sangat khawatir. Sungguhkah Elsie baik-baik saja? Namun jika tak ada yang perlu dikhawatirkan, mengapa dia masih belum siuman? Dari arah pintu, seorang wanita berlari menghampirinya. "Apakah Direktur baik-baik saja?"Tadinya, karena merasa perlu untuk memberitahu sekretarisnya, Alvan menelpon Anna mengenai kondisi Elsie yang tiba-tiba tak sadarkan diri. Namun melihatnya datang dengan berkeringat dan napas yang terengah-engah, membuat Alvan sedikit menyayangkan keputusannya yang membuat orang lain menjadi khawatir seperti ini."Ya, dia baik-baik saja. Kau sendiri, apa kau baik-baik saja?""Eh?" Anna kemudian melihat dirinya yang tampak kacau dan menggeleng. "Aku baik-baik saja."Alvan mengangguk, lalu kembali
Baca selengkapnya
Punggung Untuk Harapan Cintaku
Elsie terbangun dalam kesendirian. Ketika ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan berkeliling rumahnya, ia tak menemui satu orang lain pun di rumahnya. Baik Alvan maupun Anna, tak terlihat batang hidungnya. Lalu dengan langkah terseok-seok, ia menghampiri meja makan untuk mengisi cairan tubuh. Namun ia melihat sesuatu yang lain di atas meja.Di sisi meja makannya, Elsie melihat sebuah hotpot diletakkan dengan sebuah catatan kecil yang ditempelkan tepat di sampingnya.'Makanlah kalau sudah bangun. Lalu jangan lupa minum obat.'Bahkan pesan singkatnya terlihat sangat suka ikut campur. Dari panas yang masih tersisa pada sisi hotpot dan uap yang melewati celah tutup hotpot tersebut, Elsie bisa tahu bahwa pria itu belum lama ini meninggalkan rumahnya. "Apakah dia melakukan semuanya karena aku membayarnya menjadi temanku?" Dalam perut yang terasa kosong, Elsie menarik kursinya dan membuka tutup panas itu dengan hati-hati. "J
Baca selengkapnya
Cinta Kasih Seorang Saudara, Musuh dan Saingan
Hari itu, Alvan harus memaksa tubuhnya untuk bekerja meskipun ia merasakan lelah di sekujur tubuhnya.Di depan mesin fotokopi, Alvan merenggangkan lehernya yang kaku dan memijatnya ringan dengan sentuhan lembut tangannya."Ah." keluhnya ringan."Ada apa dengan lehermu?" tanya Profesor Nia, ketika dia tiba-tiba memasuki ruangannya dan melihatnya mendesah lelah sambil memegang lehernya. "Apakah kau diam-diam melakukan pekerjaan sambilan lain? Kau terlihat sangat letih.""Entah aku bisa menyebutnya pekerjaan sambilan atau tidak." gumam Alvan pada dirinya sendiri. Namun sepertinya Profesor Nia bisa mendengarkan suaranya, hanya saja dia tidak menangkap jelas ucapannya. "Apa? Kau mengatakan sesuatu?""Tidak." tampiknya. "Aku tidak melakukan pekerjaan sambilan lagi. Meskipun aku sudah mengajukan hal itu pada Elsie, tapi dia tampak tak setuju dengan pendapatku."Entah mereka memiliki pemikiran yang sama atau bagaimana, Profesor Nia lang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status