Semua Bab Love Sugar Daddy: Bab 11 - Bab 20
198 Bab
11.Bibir Yang Membuat Candu
    Axelle semakin mendekatkan tubuh. Napasnya menyapu pipi Stela, membuat gadis tersebut merinding. Jarak mereka hanya tinggal satu inci saja. Dia masih syok terkejut tak percaya, mendapat kecupan-kecupan mesra pada pipi dan bibir dari sang suami. Ia mencoba mendorong jauh tubuh suaminya, tapi gagal. Tangan berotot tersebut melingkar di pinggang.    Axelle sendiri seperti kehilangan akal. Dia begitu terpedaya akan bibir Stela yang sedari tadi menganggu pikirannya. Semenjak adegan ciuman yang tak ia sengaja lihat, bayangan Stela seakan menari di pikiran.     "Om, tolong lepaskan saya," ketus Stela memasang raut khawatir.    "Kenapa, kau bahkan memperbolehkan Mirza mencium bibirmu," celetuk Axelle.    "Saya tidak membiarkannya, dia yang menarik saya," jelas Stela semakin gusar.   "Kalau begitu, bagaimana jika aku yang suami kamu ini," kata Axelle meracau. "Menarikmu dan meminta bi
Baca selengkapnya
12.Rasa Bersalah
    Sunyi, gambaran keheningan di antara sepasang suami istri tersebut. Keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing. Axelle merasa bersalah pada gadis muda tersebut. Ingin ia mengelus punggung yang ada di hadapannya. Antara ragu dan tidak, terbesit dalam pikiran konyolnya. Walau bagaimanapun mereka telah sah menjadi sepasang suami istri. Tak ada yang salah ia menyentuhnya. Lelaki mana yang tak akan tergoda ketika secara terus menerus mendapat kesempatan. Menyesal atau tidak pada akhirnya Axelle tidak perduli, wine membuatnya semakin hilang akal. Dia meraih tubuh mungil itu dalam dekapan.    Stela sedikit melonjak saking terkejut. Gadis itu akhirnya mendiamkan saja, melawan pun sepertinya tidak akan berhasil. Asal tidak melebihi batas, dia akan mencoba menerima. Tangan berotot Axelle terasa hangat mendekapnya. Membuat jantung Stela berdebar kencang tak beraturan. Ia tidak pernah membayangkan, tidur dalam dekapan seseorang akan sedamai ini. Stela merasa a
Baca selengkapnya
13.Antara Stela dan Freya
    Tatapan mata tua itu menelisik ke depan sana. Menatap sepasang pengantin baru yang tengah berpelukan di koridor tersebut. Senyumnya tersungging membuat guratan wajahnya yang keriput nampak jelas. Zeroun, lelaki tua itu kemudian berjalan pelan ke tempat yang berlawanan dari mereka. Ada perasaan lega, bersyukur. Ia berharap sang putra kelak dapat hidup bahagia. Putra semata wayang yang masih tersesat dalam cinta butanya. Harapan tak pernah pudar, begitu pula dengan kasih sayangnya. Perasaan Zeroun tepat, menjadikan Stela sang menantu. Gadis muda yang karismatik, memiliki pesona tersendiri. Dalam langkah kaki tuanya, Zeroun selalu memanjatkan do'a, agar tidak ada hambatan pada hubungan rumah tangga sang putra. Dia jua sangat berharap agar Axelle putranya segera meninggalkan Freya. Perempuan yang tak seharusnya masuk ke dalam kehidupan sang putra.    Di sisi lain Axelle masih memeluk tubuh sang istri kecil  Dalam hatinya terbesit rasa bersalah terama
Baca selengkapnya
14.Penghianatan
   Hati siapa yang tidak hancur kala mendengar tentang perselingkuhan yang dilakukan sahabat dan istrinya sendiri. Sekuat apapun seorang lelaki, sesabar apapun dia pasti akan langsung murka. Saat ini Axelle ingin sekali memukuli Marvel, hingga lelaki itu babak belur. Axelle berada di ambang kemarahannya, beruntung ponselnya berdering. Dengan cepat Axelle mengangkat telepon tersebut. Ada nama Stela terpampang di sana. Lelaki itu menghela napas panjang.     "Iya Stela, ada apa?" tanya Axelle menahan amarah.    "Maaf Om, Stella menganganggu. Apa nanti Om Axelle pulang ke rumah kakek?" tanyanya.     Axelle terdiam sejenak, "Iya aku akan pulang. Aku tidak akan lama di sini, kenapa?" tanyanya kemudian.   "Kakek lupa membawa obatnya, apa nanti biar Stela suruh sopir mengantar saja?" tanya sang istri.    "Tidak perlu, biar aku yang mengantarkan, aku akan pulang sekarang. Kau siapkan
Baca selengkapnya
15.Penyatuan Axelle dan Stela
   Axelle pulang dalam keadaan murka. Dia merasa jijik harus berakting mesra. Di lepas jas yang ia kenakan beserta dasi lalu melemparnya ke lantai. Ibu Olivia datang dengan kening mengkerut melihat tuannya menghempaskan tubuh ke sofa dengan kasar. Ingin dia mengumpat, mengucapkan sumpah serapah kepada Marvel dan Freya. Kedua penghianat yang hanya ingin kekayaannya. Axelle meremas rambutnya Frustrasi.    "Ibu, buatkan aku minuman dingin," keluh Axelle.    "Baik Tuan," ujar Ibu Olivia untuk kemudian wanita tersebut berjalan menuju dapur.     Tak lama ia kembali membawakan jus lemon kesukaan Axelle. Wanita tua itu meletakkannya di atas meja. Untuk kemudian pergi undur diri meninggalkan tuannya yang sedang galau. Bukan kawasan ia untuk ikut campur dalam masalah sang majikan. Meski telah lama ia dipercaya bekerja di rumah mewah tersebutn ia cukup diam, mengamati.     Axelle meneguk minuman tersebu
Baca selengkapnya
16.Bukan Lagi Gadis Tapi Seorang Wanita
     Lelaki tersebut menatap sayu tubuh telanjang menggoda di bawah, dalam kendalinya. Tangan berotot Axelle meghapus pelan buliran air mata sang istri kecil. Dapat ia rasakan sesuatu yang luar biasa di bawah sana. Lebih indah dari yang ia duga. Kejantanannya seperti di remas oleh denyutan bagian kewanitaan sang istri. Ada rasa bersalah ketika Axelle merasakan miliknya merobek, menelusup masuk paksa ke dalam liang kenikmatan Stela. Axelle memeluk tubuh kecil yang melengkung tersebut. Harusnya dia lebih lembut dalam bertindak, harusnya ia memilih momen yang romantis, bukan dalam kubangan emosi yang meluap. Sapuan angin yang menyapa tubuh bugilnya mengingatkan posisi mereka yang tengah berada di ruang terbuka, ruang yang seharusnya tak ia gunakan untuk merenggut keperawanan Stela.      "Apa masih sakit?" bisik Axelle.      Stela tak menjawab, tapi ia tak menangis lagi. Rasa perih menyergap di bawah sana. Terasa benda tumpul
Baca selengkapnya
17.Masih Terbayang
   Sudah hampir satu jam lamanya Stella termenung di depan meja kerjanya. Kertas yang seharusnya berisi gambar-gambar, masih kosong putih bersih. Tangan Stela masih gemetaran, ia bahkan tak ingat bagaimana caranya ia mandi tadi. Rambutnya basah kuyup, dan bajunya terlihat berubah menjadi piyama dengan motif kotak-kotak lengan panjang warna navy serasi dengan piyama yang Axelle, suaminya kenakan. Gadis itu mendongakkan kepala, melihat langit-langit kamar. Bayangan Axelle muncul lagi, dia mengingat sedikit, tangan berotot Axelle mengangkat tubuhnya ke kamar mandi. Axelle memandikan Stela dengan lembut. Suaminya begitu telaten, tangan berotot itu terlihat lembut menyentuh kulit, menyabuni badannya. Stela hanya duduk terbengong di sebuah kursi kecil. Itulah yang membuat Stela semakin linglung. Dia benar-benar tak dapat lagi berpikir dengan jernih. Sisa-sisa sensai menggetarkan luar biasa, masih terlihat jelas dalam ingatan. Ditambah sentuhan tangan yang terasa halus saat meman
Baca selengkapnya
18.Menyelami Samudra Cinta
    Ada rasa berdebar di hati Stela, dadanya bergemuruh, sapuan napas sang suami yang menggelitik ke telinganya memberi sensasi luar biasa. Jantungnya berdegub kencang. Stela menundukkan kepala, rasa malu menyergap. Untaian kata tak bisa ia ucap, tangan yang menggenggam pensil bergetar hebat. Tanpa menunggu persetujuan Axelle mulai mencium tengkuk sang istri. Dia menyibakkan rambut panjang itu ke samping. Mengeksplore leher bagian belakang. Tangan berototnya tak tinggal diam. Meraba, dan sedikit meremas payudara sang istri yang masih terbalut piyama lengan panjangnya. Stela menjatuhkan pensil yang dia genggam. Pikirannya kalut, dia mulai fokus pada sentuhan-sentuhan nakal sang suami. Tangan berotot itu mulai menelusup masuk, merayapi setiap inci perut yang membuat Stela mengepalkan tangan. Menahan geli dan rasa yang tidak karuan. Bibir sang suami mulai mencium, memberikan cupangan di leher bagian belakang. Tangan Axelle merayapi punggung sang istri, dengan sekali sentuhan
Baca selengkapnya
19.Balas Dendam
    Stela terbangun ketika silaunya cahaya mentari mengusik. Dia mengerjab-kerjabkan mata seraya menggeliatkan tubuh yang terasa pegal tesebut. Matanya mulai terbuka, dia nampak beberapa kali menguap. Bibinya mengulas senyum. Malam membahagiakan nan melelahkan masih teringat jelas di pikiran Stela. Pengalaman yang begitu mengesankan bagi gadis tersebut. Setiap gerakan dan sentuhan Axelle sangat membuatnya candu. Stela menepuk-nepuk kepalanya, agar bayangan tubuh telanjang sang suami tak lagi hadir. Stela menghela napas panjang, dia berusaha bangkit untuk duduk. Namun, punggungnya terasa nyeri, tak lama kemudian suara pintu di buka dengan pelan. Seseorang melongok ke dalam, seorang wanita muda.      "Anda sudah bangun Nyonya," sapa gadis tersebut. Dia berjalan masuk ke dalam kamar. Membuka gorden penutup jendela satu persatu.       Stela sendiri enggan bangun dari ranjang. Tubuhnya benar-benar nyeri berkat pertempuran semal
Baca selengkapnya
20.Istri Sah Vs Istri Siri
    Axelle merapikan letak dasinya, Stella membuka tas slempang yang ia tenteng dari tadi. Dia berdiri berjalan mendekat ke arah Axelle. Tanpa bicara gadis tersebut mengelap belas lipstik yang menempel di bibir suaminya. Stela tersenyum kemudian.      "Duduklah, aku akan keluar sebentar," kata Axelle, dia membimbing istrinya duduk di sebuah kursi sofa, tempta untuk duduk para kolega dan relasi bisnisnya bila berkunjung. Lelaki tersebut kemudian bergegas membuka pintu. Matanya sedikit melebar kala melihat Freya sedang beradu mulut dengan asistennya.      "Ada apa ini?" tanya Axelle mbuat semuanya terdiam.      "Sayang, mereka tidak mengizinkan aku masuk ke ruangan kamu," kilah Freya manja.      "Jangan salahkan mereka, semua memang sudah di atur Ayah," jelas Axelle. "Masuklah," ajak Axelle menggandeng Freya. Keduanya masuk ke dalam ruangan. Stela duduk manis di sofa, dia mengulas sen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status