Semua Bab Love Sugar Daddy: Bab 51 - Bab 60
198 Bab
51.Bertemu
  Marvel masih terlihat sibuk di kantornya yang nampak rapi itu. Beberapa dokumen telah rampung ia tandatangani. Lelaki gagah, dengan set jas warna hitam tersebut beringsut dari duduknya. Netranya beralih ke sebuah foto yang baru ia dapatkan dari Axelle. Foto ketika Mirza masih bayi baru lahir. Hidung mancung, matanya sipit dengan pipi gembul mirip bakpao. Marvel berulang kali mengulas senyum. Kali ini ia menelan saliva dalam-dalam. Tatapan getir itu menunjukkan isi hati yang sesungguhnya. Harta yang ia kejar membuatnya kehilangan segala hal. Cinta dan putranya, wanita yang ia cintai telah berpindah hati. Dering telefon berbunyi membuyarkan semua angan.    "Iya," jawab Marvel singkat.    "Ada Pak Axelle dan Tuan Zeroun datang, beliau ingin bertemu." Suara wanita di seberang telefon sedikit bergetar.
Baca selengkapnya
52.Resiko Pria Gagah
     Siang itu udara terasa panas, di sebuah restoran berbintang milik pribadi. Marvel mengajak putranya makan bersama. Dirinya tengah was-was menanti jawaban Mirza. Ia berharap pemuda di hadapannya menyetujui niat Marvel mengumumkan ke khalayak publik tentang identitasnya. Marvel sangat berharap itu, selain untuk pengakuan dirinya sebagai ayah kandung. Acara tersebut juga bertujuan mengalihkan perhatian Zayn agar Mirza tidak menjadi sasarannya. Keduanya tengah duduk di kursi yang berada paling ujung. Dimana dari jendela kaca yang luas membuatnya melihat keadaan di luar sana. Suara bising pengunjung terdengar riuh penuh canda tawa. Ada satu grub band indie  yang telah di sewa pihak restoran, sebagai pemanis. Saat ini penyanyi lelaki yabg juga memegang gitar tersebut. Dia terlihat berduet dengan penyanyi perempuan, melantunkan lagu 'Cinta Yang Sempurna' yang di populerkan Kangen Band. Suara keduanya terdengar mendayu-dayu.
Baca selengkapnya
53.Pengakuan Marvel
    Sepasang suami istri tersebut masih menduga lelaki asing, yang bak pinang dibelah dua dengan Mirza sang cucu. Seorang wanita paruh baya datang menghampiri, mengalihkan pandang mereka. Wanita tersebut beringsut sedikit jongkok, meletakkan segelas teh yang masih mengepul panas. Ada juga toples kecil yang mereka taruh di dekatnya. Setelah melakukan pekerjaannya, wanita tersebut menunduk menjauh, dan pergi menghilang ke dalam.     "Mirza masih mencari Mamanya pasti," ujar sang kakek.    "Iya Pak," jawab Marvel menunduk.    "Aku tidak pernah melihatmu, tapi dirimu nampak tidak asing, Nak," ucap sang nenek.    Marvel menatap kedua orang tua di hadapannya yang terhal
Baca selengkapnya
54.Posesif
    Malam itu baik Stela maupun Axelle sama-sama sibuk di meja kerja mereka. Keduanya sama-sama tenang mengerjakan pekerjaan masing-masing. Meski keduanya kadang melirik satu sama lain. Bukan tidak ingin bercengkrama, dan bersenda gurau. Hanya saja, pekerjaan menumpuk membuat mereka untuk sementara waktu menunda kemesraan. Pintu terbuka membuyarkan kesibukan keduanya. Sepasang suami istri tersebut sontak memandang ke arah pintu. Zeroun menyembul masuk, lelaki tua tersebut mengenakan set piyama lengan panjang, warna biru motif awan putih. Axelle dan Stela sontak meneliti piyama masing-masing yang ternyata sama. Mereka kemudian terbahak, mendapati apa yang mereka kenakan malam ini sama.     "Sepertinya aku harus berganti pakaian," seloroh Zeroun berjalan ke arah sofa.     "Tidak perlu Ayah," tutur Axel
Baca selengkapnya
55.Malam Panas
    Udara dingin yang menyapa tidak membuat Axelle mendingin. Lelaki itu nampak gusar oleh ucapan sang istri kecilnya. Stela dengan wajah tanpa dosa memasang senyum menggoda, dia benar-benar terlalu polos. Dalam setiap ucapan maupun perilaku sangat menggemaskan dan membangunkan gairah yang sedari tadi Axelle pendam. Entah Stela benar tidak tahu atau hanya pura-pura tidak tahu. Ia terlalu berani masuk ke perangkap serigala kelaparan yang hendak memangsanya. Kadar pertahanan Axelle jebol, dia meraih ponsel di saku piyamanya.    "Kosongkan tempat ini dalam waktu satu menit," ujarnya.     Axelle beringsut membenarkan letak duduknya. Stela menoleh ke arah samping, menatap bingung dengan apa yang suaminya katakan. Axelle menghela napas berukang kali, tangannya menyilang, bersedekap. Dalam hitungan det
Baca selengkapnya
56.Masa Lalu Kelam
      Ronald dengan wajah tanpa dosa menatap ke arah kedua majikannya tersebut. Zeroun mendelik, tatapan Axelle juga tidak kalah menyeramkan. Ia pantas mendapatkan lantaran dengan sadar menginjak alat tersebut hingga rusak. Pemuda itu bangkit dari duduk setelah mematikan komputer di  meja kerja Zeroun. Dia berdiri ketiganya kini terlihat tegang. Ronald seperti menantang perang para singa yang telah terjaga. Ia kemudian mendengkus kesal.     "Berhentilah menatap intimidasi saya, itu hanya gps bukan alat penyadap. Terlihat raut kelegaan di hati Zeroun dan Axelle.     "Lalu kenapa kamu langsung menuju komputerku?" telisik Zeroun.     "Untuk memastikan sistem keamanan kita tidak diretas," jawab Roland singkat
Baca selengkapnya
57.Pagi Terakhir
   Luapan emosi membelenggunya hingga ia tidak lagi paham, mana yang benar dan salah. Erangan kesakitan dan ucapan minta ampun seolah tidak berguna, rungunya menuli. Tatapan mata melebar, matanya memerah seperti kesetanan, tanpa gemetar sedikitpun. Emosi membludak merajai jiwa. Dia berteriak lantang menancapkan serpihan vas yang runcing ke leher lelaki di bawahnya. Darah mengucur, erangan sang pria tidak lagi terdengar. Sebagian darah itu terciprat, ke wajah dan mengenai tangannya juga. Axelle bangkit dia berdiri dalam samar kilatan petir menggelegar. Gorden berterbangan tersapu angin di mana jendela tidak lagi tertutup lantaran di jebol. Pikirannya kosong, yang teringat sosok sang bunda. Wanita yang ia hormati dan sayangi jatuh tersungkur dalam sekali tembak. Axelle lunglai berjalan menuruni tangga. Zeroun yang masih menangisi sang istri mendongak ketika melihat kali telanjang Axelle. Lelaki itu meletakkan pelan tubuh kaku sang istri.
Baca selengkapnya
58.Keramas Dua Kali
    Stella telah usai menjalankan sholat sunnah malam. Dia kemudian bangkit melepas mukena. Gadis itu terlihat mengenakan lingerie warna merah jambu, berbahan satin setinggi lutut. Rambut panjangnya tergerai basah. Axelle melihat itu tersenyum, dia memeluk Stella dari belakang ketika gadis itu meletakkan mukena di depan meja rias. Keduanya saling menatap lewat pantulan kaca. Axelle pundak Stela yang terpampang mulus. Stella memejamkan mata, menerima setiap gerakan-gerakan Axelle yang membuatnya semakin melayang dan panas.     "Berhenti mempermainkan saya Om," keluh Stella tidak berdaya.     Axelle membopong tubuh gadis itu kembali ke ranjang. Pagi yang begitu menggelora, Axelle tidak henti-hentinya mengagumi sosok tubuh mungil yang sedang ia selami. Begitu juga dengan Stella yang merasakan
Baca selengkapnya
59.Kunjungan Zayn
   Hanya dengan sebuah ucapan orang "terkasih" sudah dapat menebak kedatangan Zayn adalah untuk menemui Stela. Roland nengacungkan pistol tepat di kepala Zayn. Tidak tinggal diam, Zayn juga mengambil pistol miliknya dan mengarahkan tepat ke arah Axelle. Zeroun kemudian berdiri dia berkacak pinggang. Meatap ke arah ketiga orang yang tengah menegang tersebut.    "Hentikan!" teriak Zeroun.    Mereka bertiga menoleh ke arah Zeroun. Lelaki tua itu memijat keningnya dengan jemari tangan kanan. "Apa yang kalian lakukan pagi-pagi, ingin sok kuat dengan mengintimidasi?" pekik Zeroun. "Kalian semua duduk!" perintahnya kemudian.    Zayn menyembunyikan kembali pistol di balik jas yang ia kenakan. Begitu juga dengan Roland, Axelle menghela napas berat,
Baca selengkapnya
60. Bak Seorang Putri
   Stela duduk manis setelah menyiapkan sarapan untuk suami dan ayah mertuanya. Ketiga orang tersebut menikmati sarapan dengan nyaman dan juga tenang. Axelle sesekali melirik ke arah sang istri. Betapa manisnya ia kini, mengenakan dress motif sabrina setinggi di bawah lutut, berwarna kuning. Terlihat cerah ceria, sangat kontras dengan kulit putih mulus dan juga rambutnya yang tergerai panjang, indah. Bando warna putih menghias pucuk kepalanya. Axelle seolah melihat putri raja. Rasanya Axelle sudah kenyang hanya dengan menatap sang istri. Leher jenjang dan juga dadanya yang terekspos membuat Axelle menelan saliva. Baru beberapa jam lalu ia merengkuh tubuh mungil itu. Namun, hasrat untuk menyentuhnya kembali lagi.     Zeroun menatap sang putra sembari tersenyum simpul. Yah, lelaki tua itu seperti menatap dirinya di masa lalu, masa mudanya dulu. Sikap egois, arogan dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status