Semua Bab Love Sugar Daddy: Bab 41 - Bab 50
198 Bab
41.Bukan Dia
    Baik Stela maupun Rafael terkejut, mereka langsung menoleh ke arah pintu. Stela mengangkat alis menahan senyum melirik Dokter Rafael yang gelagapan. Pemuda itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.    "Kenapa Om bisa berada di sini?" tanya Stela.    "Sayang, kau tidak suka kehadiranku, kah?" tanya Axelle mengerutkan kening.     Stela tersenyum, "Mana mungkin Om, Stela akan selalu senang dengan kehadiran Om," jawab Stela.    Axelle melangkah cepat, dia berdiri tepat di depan Rafael. Membuat dokter muda tersebut menyingkir. "Apa yang sakit, Sayang?" tanya Axelle penuh perhatian. Lelaki itu mengecup pipi dan kening Stela.     'Astaga,' keluh Rafael dalam hati. Dia memutar bola matanya, merasa lucu dengan tingkah Axelle yang selalu terlihat seperti binatang
Baca selengkapnya
42.Pertemuan Zeroun Dan Freya
   Berbadan tegap, mengenakan set jas warna hitam membuat penampilannya terlihat keren. Nampak bengis namun, tampan meski berkepala plontos dengan tinggi mirip model. Dapat dipastikan lelaki tersebut adalah bodyguard milik Zeroun. Freya mengaggukkan kepala tanpa menjawab ulasan lelaki itu. Dia berjalan lebih dahulu, bodyguard dari mertuanya cukup sigap mengarahkan dengan kata. Para pengunjung yang datang terlihat memperhatikan mereka. Freya tidak peduli, dengan langkah tegapnya ia berjalan tanpa menoleh. Sebisa mungkin ia membuat ekspresi wajah agar datar terlihat.     "Ke arah sini, Nyonya," ujar lelaki tadi membuka sebuah pintu. Akhirnya setelah melewati beberapa tikungan dan menaiki lift, Freya sampai di tempat Zeroun berada. Wanita itu menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam ruangan. Wanita itu mengedarkan pandang, pada ruangan luas dan tertutup tersebut. Ada vas dan bunga hiasan terbuat dari plastik, b
Baca selengkapnya
43.Penyesalan Marvel
   Marvel terpaku di tempat, dalam ruangan remang. Ia mendapati mantan kekasihnya menangis meraung-raung. Ingin ia meraih tubuh tak berdaya itu namun, segera ia tepis. Meski dalam hati masih ada cinta untuknya. Akan tetapi wanita tersebut tidak mencintainya lagi. Remuk redam, semua penyesalan bertumpuk bak bongkahan batu besar yang harus ia pikul. Marvel menyadari kesalahannya, dia yang melempar wanita tersebut untuk menjauh. Wanita yang telah bersedia hamil dan melahirkan anaknya. Bayangan kebencian Mirza semakin membentuk dalam ingatan. Pemuda yang ingin ia raih dalam dekap pelukkan. Putra kandung yang hanya dapat ia pandang tanpa boleh menyentuh. Tidak ada satu hal yang berakhir baik dari sebuah kebohongan. Hanya akan menimbulkan penghiantan untuk menutupi. Serta berujung pada kegagalan dan penyesalan.    Freya bangkit dari duduk dan berjalan gontai. Marvel menatap sendu, ingin iamembantunya berjalan tapi, niatan itu hanya tinggal niatan. Dirinya tidak cuk
Baca selengkapnya
44.Dapatkah?
   Freya memasuki rumah dengan perasaan hampa. Bayangan kebahagiaan dari awal pernikahan berkelebat dalam ingtan. Dulu mereka bahagia, meski bahagia Freya hanya sebuah topeng menutupi kebusukannya. Wanita itu terduduk lemas tidak berdaya. Rasanya terlihat bodoh seperti kerbau, dungu. Buliran bening berulang kali meleleh membasahi pipi. Ia mengelus perutnya yang membuncit. Ibu hamil yang malang, tangisnya kembali pecah.     Kala itu Stela yang baru saja keluar dari ruang kerja menuruni tangga. Dia berencana menyegarkan pikiran mencari inspirasi hendak menyepi di taman belakang rumah. Dia terkejut, segera berlari mendengar teriakan di ruang tamu. Langakh cepatnya berhenti tepat di hadapan Freya, ternganga dengan mata melebar. Menatap madunya terkulai di lantai, menangis meraung-raung, sangat miris.     "Tante," ujarnya.     Freya seolah tid
Baca selengkapnya
45.Istri Kecil Yang Menggemaskan
      Stela menoleh ke belakang, dia menampilkan senyum tercantiknya untuk sang suami. Axelle membalas senyum itu dengan bangga. Wajah yang selalu ingin membuatnya cepat-cepat pulang ke rumah. Damai, ia mendapatinya kala bersama perempuan muda tersebut. Lelaki itu menelengkan kepala, melihat tangan kanan Stela yang masih memegang ponsel di telinganya. Ia mengwrutkan kening, merasa sedikit cemburu. Axelle merasa dia begitu cantik, meski tubuhnya tidak sebohay Freya. Buah dadanya tidak sebesar Freya. Namun, Stela memiliki daya pikat tersendiri. Dengan senyuman ramah, bergaya ceria. Perempuan itu nampak imut dan menggemaskan. Suaranya yang keluar ketika ia menyatukan tubuh keduanya, membuat Axelle merasa sangat bergairah. Pekikan merdunya menggema, seolah lelaki berkepala empat tersebut terhipnotis dalam pesona unik yang ditampilkan Stela, membuatnya takhluk. Terkadang Axelle sangsi pada perasaan sendiri. Entah cinta atau hanya pelampiasan semata.
Baca selengkapnya
46.Percayalah!
    Air bening itu meleleh membasahi pipi. Pandangan matanya buram, Stela mulai sesegukan di dalam kamarnya. Tidak berapa lama, Axelle menghampiri, lelaki bertubuh tegap itu ikut duduk di pojok ranjang, berdekatan dengan sang istri. Lengan berototnya meraih pundak ringan tersebut. Tatapan hangat terpancar di mata bening Axelle. Lelaki itu tersenyum, seraya mengelus rambut istri kecilnya dengan tangan kanan.    "Sayang, aku tidak akan pergi kemana-mana, tenanglah," ujar Axelle mengingatkan. Dia meraih tubuh mungil tersebut ke dalam pelukan.    Stela menggeleng, "Pergilah Om, saya tidak apa-apa. Anda jangan sungkan, walau baga
Baca selengkapnya
47.Luluh Lantak
   Setengah jam kemudian, mobil yang Axelle kendarai masuk ke dalam sebuah pelataran rumah sederhana. Resepsi dilakukan pada malam hari, sedang pagi tadi adalah waktu ijab, begitu yang dituturkan Freya sebelum Axelle turun dari mobil. Lelaki tersebut memutari mobil, ia membukakan pintu untuk sang istri siri. Untuk kemudian melihat sekeliling. Rumah-rumah penduduk tertata rapi berjajar, di dekat pelataran rumah kerabat Freya. Ada sebuah rumah berlantai dua. Rumah tersebut adalah rumah orang tua Freya. Sudah pasti rumah tersebut berdiri berkat Axelle. Lelaki itu tidak pernah merasa kecewa akan uang yang ia keluarkan. Yang membuatnya kecewa adalah penghianatan Freya.    "Terima kasih," ucap Freya mengulas senyum.   Axelle tidak menjawab, dia dengan dinginnya mendongakkan kepala. Freya meraih tangan sang suami dan
Baca selengkapnya
48.Mengembalikan Freya
   Freya menangis di dalam kamar kediaman orang tuanya. Rasa sakit itu teramat dalam untuk ia tanggung sendiri. Beban yang berat terasa. Ketukan pintu membuatnya bangkit berdiri dari ranjang sederhana. Kamar dengan ukuran sempit tersebut membuatnya sedikit begah. Penampilannya terlihat kacau, matanya bengkak, hidungnya memerah. Tisu berserakan dimana-mana bersama bantal yang tidak berada di ranjang lagi.    Freya membuka pintu, sang ibu masuk ke dalam rumah dengan pelan. "Ibu," sapa Freya. Dia menyingkir ke samping? membiarkan sang ibu masuk.    "Nak, Ibu ingin bicara," kata wanita tua tersebut kemudian berjalan ke arah ranjang dan duduk di tepiannya. Wajah wanita tersebut tidak jauh berbeda dengan Fre
Baca selengkapnya
49.Memulai Dari Awal
    Axelle mengharapkan kebahagiaan sang istri. Namun, Stela terlalu dermawan untuk berbagi kebahagiaan dengan yang lain. Stela masih terdiam membisu tanpa kata. Jika Axelle berpikir tentang kebaikannya. Namun, Stela berpikir lain, keputusan terburu-buru yang sang suami ambil takutnya akan berdampak buruk. Stela hanya berharap Axelle mau mengajaknya berunding untuk memecahkan masalah yang ada. Stela masih saja dianggap anak kecil oleh sang suami. Stela ingin semuanya terbuka tanpa ada yang harus disembunyikan atau ditutupi. Stela masih kekeh pada pendiriannya. Perempuan muda itu bahkan tidak membalas pelukan sang suami.     Axelle mendengkus kesal, tidak dapat memahami apa yang ia perbuat adalah demi kebahagiaan yang sama. Dia melepas pelukannya menatap tajam Stela. Akan tetapi, emosinya luluh kala ia mendapati wajah mania di depannya itu menggoda. Terlihat imut men
Baca selengkapnya
50.Rumah Utama Zeroud
   Terlihat kegusaran di wajah Stela, Axelle yang menangkap gelagatnya, lelaki itu langsung menegakkan tubuh mungil sang istri. Keduanya kini berhadapan, netra keduanya saling menatap. Axelle mengelus poni sang istri penuh kasih sayang. Stela nampak sendu, Axelle membelai pipinya mesra.     "Hey, kenapa sayang?" tanya Axelle. Stela menggeleng, Axelle mengecup kening sang istri. "Katakanlah, Sayang," imbuh Axelle. "Mengapa, kau masih merasa bersalah pada Freya atau karena hal lain?"  telisik Axelle.      "Saya." Stela menjeda ucapannya. "Saya merindukan almarhum kedua orang tua saya Om," jawab Stela. Bening air mata menggenang di pelupuk siap meleleh. Senyum hangat Axelle mengembang, menghangatkan. Stela menghambur ke pelukan sang suami. Dapat ia rasa degupan jantung Axelle yang semakin tidak ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status