All Chapters of When meet the Devil Sniper: Chapter 11 - Chapter 20
48 Chapters
Part 10
Richard keluar dari kamar Sheryl dalam keadaan kesal. Hatinya merutuk menyalahkan keanehan dari sikap Sheryl.Richard memilih menceburkan dirinya ke kolam renang yang berada di atap rumah itu. Dia tak peduli jika Shello menganggapnya tamu tak tahu malu dan tak tahu diri karena memakai fasilitas di rumah itu seenaknya.Richard menceburkan dirinya lalu mulai berenang ke ujung dan kembali lagi ke tepi dalam satu tarikan napas. Matanya menatap tajam saat dia melihat Shello memasuki area kolam renang."Kau di sini rupanya?!" Shello menyapa dengan melipat kedua tangan di depan dada.Dengan pakaian serba hitam dan terlihat begitu sempurna melekat di tubuh rampingnya, dengan jaket kulit dan sepatu boot seperti milik Sheryl."Aku sedang kesal dengan adikmu. Jadi aku ke sini… Ada apa?" tanya Richard.Dia keluar dari kolam dan mengambil handuk di kursi panjang. Melilitkannya di pinggang, lalu berjalan mendekati Shello.
Read more
Part 11
Terdiam sejenak… Richard mengerjapkan matanya menatap Sheryl yang memilih menunduk karena tak ingin menunjukkan air matanya kepada Richard."Black Swan… look at me! And say again," pinta Richard. Mengangkat dagu Sheryl untuk menatapnya.Richard mengusap air mata yang mengalir dipipi Sheryl. Tersenyum dan menunggu Sheryl kembali mengucapkan pernyataannya."I love you," cicit Sheryl kembali menunduk tak berani menatap mata Richard.Richard mendekati wajah Sheryl. "What do you say, Black Swan? I can't hear you," desis Richard. Lalu menyeringai, seakan tak puas jika tak mendengarnya dengan jelas.Sementara Sheryl yang mudah marah, secara tiba-tiba mendongak  dan menatap nyalang Richard yang menyeringai. Seolah tahu dirinya sedang dikerjai oleh Richard."Aku mencintaimu! Kau puas?! Kenapa kau suka sekali menggodaku! sungguh menyebalkan!" sergah Sheryl. Berbalik badan berni
Read more
Part 12
Di perjalanan menuju ke kota, Shello terlihat sibuk melihat gps yang dipasang di mobil Sheryl. Setelah membuat adiknya marah, dia takut Sheryl pergi jauh keluar dari German."Kau membentaknya, dan sekarang kau mengkhawatirkannya!" sindir Richard."Bukan hal yang aneh itu terjadi pada adik dan kakak. Jadi menyetir sajalah dengan benar," balas Shello ketus."Hah! Ya ampun... kau bicara seolah sedang menyuruh supirmu! Sebenarnya kau ingin kemana?" tanya Richard sedikit kesal."Terserah kau... anggaplah kau sedang mengajak seorang wanita berkencan. Jadi lakukan hobymu itu!" tukas Shello menatap Richard. Lalu meninggalkan lirikan tajam untuk kembali sibuk memperhatikan Sheryl yang mulai berhenti di sebuah tempat makan."Hah... kau memang menyebalkan!" balas Richard."Yes i am!" jawab Shello singkat tanpa menoleh."Sebenarnya kau tak perlu membentaknya begitu... Bagaimana jika yang dia katakan itu benar?" tanya Richard."Apa kau perc
Read more
Part 13
Pagi yang cerah menyinari ruang kamar Sheryl. Silau dari cahaya itu menyelinap masuk memberikan hangat dan terang secara bersamaan.Sheryl bergerak dalam dekapan Richard. Pria itu sudah memandangi wajah cantik wanitanya selama setengah jam lamanya.Dia bertahan membiarkan lengannya menjadi bantal untuk Sheryl agar tidur dengan nyaman. Dan senyum yang tercetak saat ini menunjukan bahwa Richard menyukai kegiatan manis itu.Memandangi wajah Sheryl saat sedang tidur sungguh menenangkan hati dan pikirannya yang sejak semalam begitu kalut memikirkan hal buruk terjadi pada wanita itu.Sheryl tersenyum dan tersipu malu saat tatapan teduh yang tengah Richard lakukan saat ini membuatnya salah tingkah. Matanya baru saja terbuka dan pemandangan teduh itu menyambutnya sedemikian indah.Bolehkah kedua insan yang sedang jatuh cinta ini menghentikan waktu tepat saat ini juga? Atau setidaknya biarkan mereka menikmati masa indah disaat sebuah cinta baru saja ter
Read more
Part 14
Shello melangkah masuk ke dalam kamar Sheryl. Kedua tangannya dilipat di depan dadanya."Jawabanku tentu tidak. Lagipula… Aku senang tinggal di sini. Walau tak ada siapapun… Namun aku merasa tenang di sini," tutur Shello.Dia menghampiri Sheryl, berdiri di hadapan adiknya. Memberikan sebuah senyuman yang jarang dia berikan karena terlalu keras menjaga Sheryl. Shello meraih kedua tangan Sheryl dan mengusap punggung tangan adiknya menggunakan ibu jarinya."Maafkan aku berkata kasar kemarin. Harusnya aku bisa mempercayaimu. Jika memang Leon memilih untuk tetap bersembunyi… aku akan menunggunya. Dan kau…." Shello menggantung ucapannya.Dia berbalik menatap Richard. Lalu kembali menatap adiknya."Kau tak boleh mengelak ataupun menyembunyikan perasaanmu lagi pada Richard. Kau beruntung bertemu Dowson yang tak ingin berjauhan denganmu. Berbeda dengan Dowsonku." Shello terkekeh mengingat Leonard memang lebih berengsek dibandingk
Read more
Part 15
Tepat pukul duabelas malam. Richard hendak keluar dari kamarnya. Ia membuka pintu secara perlahan agar tak membangunkan Lincone dan Lindsay yang sialnya berada di kiri dan kanan kamarnya.Suara pintu yang berdenyit membuatnya menutup matanya sejenak. Berdoa agar tak membangunkan sang ibu dan bibinya.Dia melangkahkan kakinya dengan berjinjit agar tak menghasilkan suara langkah kakinya di lantai kayu yang menjadi pijakannya.Sial... ibuku sungguh membuatku seperti seorang maling, rutuknya dalam hati.Tapi aku memang hendak mencuri... mencuri wanitaku yang disekap oleh ibuku sendiri! Richard terkekeh sendiri dalam hatinya mengakui bahwa dirinya memang sedang melakukan misi penculikan seorang wanita yang tak lain adalah wanitanya.Lalu Richard mulai mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku celananya. Kunci yang dicuri dari laci nakas Lincone. Saat dia memasangkan bola lampu.Satu kali putaran kunci di pintu kamar Li
Read more
Part 16
"Termasuk dirimu, Black Swan," ucap Richard, sembari menghunuskan tatapannya yang berkilat tajam ke dalam sepasang mata biru milik Sheryl yang sekarang membulat terkejut.-Seketika keadaan menjadi sangat hening, suara hembusan angin terdengar mengusik telinga mereka seperti bisikan yang membuat suara berdengung.Rambut Sheryl sekilas beterbangan searah hembusan angin yang melintas sekilas melewatinya.Richard menyelipkan rambut panjang Sheryl di jari tangan kanannya. Dengan wajah yang begitu dekat, Richard sukses memberikan tatapan yang begitu mengintimidasi."Tapi aku yakin kau tak akan mengkhianatiku 'kan?" Richard menyeringai seraya bertanya meyakinkan diri, sekaligus kembali meneliti raut wajah Sheryl. Yang sangat jelas terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.Sheryl berusaha keras menutupi ketakutannya dari tatapan menyelidik yang diberikan Richard. Dia menegakkan dirinya yang tanpa sadar sejak tadi secara perlah
Read more
Part 17
"Mom?" gumam Richard.-Sheryl menoleh ke arah mata Richard tertuju… Mata keduanya membulat saat melihat wanita paruh baya itu berdiri di undakan anak tangga yang menyambungkan lantai tiga dengan lantai dua. Dimana Richard dan Sheryl duduk di ruang televisi.Lincone melangkah menghampiri Sheryl dan Richard. Dengan raut wajah terkejut dan tak percaya akan percakapan Sheryl dan Richard."Apa yang kalian bicarakan? Tak adakah dari kalian yang akan menjelaskannya?!" sergah Lincone. Nada suaranya meninggi hingga membuat sepasang kekasih itu berdiri dan berusaha mendekati Lincone."Mom… duduklah dulu. Kami akan menjelaskan," ujar Richard. Hendak meraih tangan Lincone. Namun wanita yang berstatus sebagai ibunya itu menepis kasar tangan Richard."Jelaskan saja!" bentak Lincone.Sempat membuat Sheryl ikut tersentak. Sangat berbeda dari Lincone yang menyambutnya dengan hangat. Membuat Sheryl hanya bisa diam, aga
Read more
Part 18
Beberapa minggu kemudian... Baik Richard maupun Sheryl mencoba melupakan kejadian penembakan pada malam mereka tiba di Amsterdam. Ditambah tak ada serangan lain yang menyusul, membuat keduanya memutuskan untuk berpikir bahwa mungkin saja penembakan tersebut adalah salah sasaran. Karena memang tembakan yang diarahkan kepada mereka, sama sekali tak mengenai keduanya.Richard tak ingin memusingkan hal yang belum pasti. Dia lebih fokus membiarkan Sheryl dan Lincone melakukan banyak kegiatan bersama seperti membuat kue lalu menjualnya, mengumpulkan hasil penjualannya untuk membantu beberapa orang yang membutuhkannya.Kegiatan bermanfaat tersebut membuat kedekatan Sheryl dan Lincone serta Lindsay semakin kompak dalam mengerjai Richard.  Sheryl bahkan sudah menganggap Lincone seperti mendiang ibunya.Richard merasa tak masalah jika dirinya menjadi bahan bullyan dari ibu dan kekasihnya serta jangan lupakan seorang bibi yang tak pernah membelanya. Ketiga wanita itu
Read more
Part 19
"Richard!" pekik Sheryl.________Sheryl berlari menghampiri Richard yang bersandar di pintu mobilnya.Mata Richard terpejam menahan sakit di perutnya yang tertancap pisau belati.Beberapa orang yang berada di sana, seketika mengerumuni mobil Richard. Semua yang menyaksikan penyerangan tersebut tampak panik dan tercengang melihat seseorang terluka parah.Seorang pengunjung yang ikut menyaksikan penyerangan tersebut, berinisiatif menghubungi ambulans dan polisi.Richard terduduk lemas di aspal. Darah di perutnya keluar cukup banyak hingga membasahi hampir ke seluruh bagian depan  kemeja putihnya.Dengan wajah pucat pasih, dia berjongkok di hadapan Richard. Tangannya bergetar hendak melihat luka tusuk yang di dapat kekasihnya."No… No…, Richard kau harus bertahan. Aku akan membawamu ke rumah sakit," tekad Sheryl dengan suara bergetar.Dirinya hendak bergegas membuka pintu m
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status