Semua Bab Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian): Bab 91 - Bab 100
126 Bab
Bab 91
Ia tiba di ruang makan keluarga tepat sebelum acara makan malam dimulai. Kakek dari pihak ayah––Pierre Berthold––tampak senang begitu mendapati keberadaannya, mempersilakannya untuk langsung duduk. Sepertinya di mata kakeknya, kakeknya masih melihatnya seperti orang yang baru saja pulih dari kematian dan rapuh sehingga harus diperlakukan dengan penuh kehati-hatian seperti layaknya vas bunga koleksi kakeknya. Begitu juga dengan keluarga besarnya. Bahkan ibunya langsung menghampirinya, memutar tubuhnya berulang kali untuk memastikan bahwa ia sudah benar-benar pulih dari lukanya.    “Aku baik-baik saja, Ma. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ia mencoba menarik kursi yang ada di sebelah kanannya agar bisa langsung duduk, namun kakak perempuannya––Cassandra––langsung mengambil inisiatif dengan membantunya menarik kursi tersebut.  
Baca selengkapnya
Bab 92
Stephen terus memandangi Nikki yang tengah mendengarkan penjelasan dari Karl dengan penuh seksama. Tampang serius yang dipasang Nikki itu jika ia boleh jujur, sebenarnya tidak begitu cocok dikenakan oleh wanita berwajah imut itu.    “Karena itu, sampai sekarang aku dan Stephen belum bisa memastikan seperti apa situasinya,” Karl berdeham, mengakhiri sesi presentasi tentang kasus yang sedang mereka tangani. Hal yang sejujurnya enggan ia beritahukan pada Nikki. Ia tidak ingin Nikki tahu tentang masalah besar yang melibatkan nasib dunia bawah tanah. Kalau bukan karena Karl yang terus memaksanya untuk memberitahu semua fakta yang baru mereka temukan beberapa waktu yang lalu, mungkin ia akan terus diam saja. Membiarkan wanita itu tidak mengetahui apa pun. Baginya, semakin sedikit Nikki mengetahui soal dunia makhluk supernatural, semakin bagus. Itu berarti ia tidak perlu menempatkan wanita itu
Baca selengkapnya
Bab 93
Ia bergeming, tidak bisa memercayai apa yang baru saja kakek dari pihak ayahnya katakan padanya baru saja. Matanya mengerjap penuh tidak percaya, memandangi kakek dari pihak ayahnya, Pierre Berthold, yang memberikan anggukan pelan dengan senyum simpul terlukis di wajah pria tua yang sudah berumur ribuan tahun tersebut.   Buru-buru ia meletakkan peralatan makannya di atas meja makan. Memandang ke semua anggota keluarga Berthold yang tidak begitu banyak di ruang makan tersebut yang juga memberinya respon yang sama seperti kakek dari pihak ayahnya tersebut.   “Keputusanku barusan sudah bulat. Aku akan memberikan jabatanku pada keturunan Berthold yang memiliki kekuatan yang sama denganku. Seperti yang selalu kukatakan sejak dulu,” lanjut kakek dari pihak ayahnya. “Apa ada yang keberatan?”  
Baca selengkapnya
Bab 94
Erick memandangi sosok Theo yang saat ini berdiri di hadapannya dari atas ke bawah, berulang kali, hingga membuat pacar laki-lakinya itu kebingungan dengan reaksinya.    “Ada apa? Apa ada yang aneh denganku?”   Ia mengangguk, membenarkan perkataan pacar laki-lakinya itu tanpa ragu. “Apa tidak ada pakaian yang lebih santai lagi dibandingkan pakaian yang kamu kenakan sekarang? Kita hanya akan pergi ke museum dan pantai, bukan ke teater.”   “Tidak pergi ke teater?” pacar laki-lakinya tampak terperangah tidak percaya begitu mendengar perkataannya. “Ta––tapi kupikir tadi kita akan kencan.”   “Memang. Tapi aku nggak bilang kalau kita akan pergi ke teater. Hari ini,” ia mendekati pacar laki-lakinya yang kini menunduk
Baca selengkapnya
Bab 95
Karl menghentakkan kaki kanannya segera begitu ia duduk di kursinya, merutuki Stephen yang lebih memilih untuk keluar dari ruang kerja pria itu sendiri dan meninggalkan ia dan Nikki di sana. Berulang kali ia mendecak penuh frustrasi. Ingin rasanya ia melempari sahabatnya itu menggunakan sepatunya jika ia tidak ingat bahwa sepatu yang ia kenakan itu baru saja selesai ia buat kemarin.    Perhatiannya lalu teralih pada Nikki yang kembali memusatkan perhatian pada laporan yang ia tunjukkan pada Nikki. Walaupun ia yakin seratus persen bahwa wanita itu juga sebenarnya menyimpan perasaan jengkel yang sama terhadap Stephen, namun wanita itu malah jauh lebih berhasil tidak menunjukkannya di wajah imut wanita itu saat menanggapi sikap Stephen. Malah, wanita itu berhasil melakukan hal yang tidak pernah ia lihat dari seluruh wanita lain yang pernah mendekati Stephen atau berada di sekeliling Stephen
Baca selengkapnya
Bab 96
Nicholas Southampton kembali terbangun dari tidur mereka pagi ini dengan perasaan kesal bercampur kebencian. Akhir-akhir ini sejak mereka berhasil keluar dari masa kritis mereka akibat proses pemulihan tubuh mereka yang berjalan lebih lambat dibandingkan selama ini membuat mereka mulai terus memimpikan hal yang tidak pernah mereka alami sebelumnya.   Di dalam mimpinya, mereka menjadi sosok seorang anak kecil yang selalu dikelilingi oleh orang-orang di sekitarnya dengan perhatian dan kasih sayang. Semua yang selama ini mereka harapkan akan mereka dapatkan dari keluarga mereka dulu ada pada diri anak kecil yang ada di dalam mimpi mereka.    Tawa anak itu, dan juga sambutan hangat dari seluruh keluarga anak itu memunculkan sedikit ingatan pahit yang tidak pernah ingin mereka ingat kembali. 
Baca selengkapnya
Bab 97
Alec duduk melipat lutut, menyangga kepalanya di atas lutut dengan tangan kanannya yang melemparkan kerikil berukuran kecil ke kolam air yang tenang tanpa ada ikan hias atau makhluk apa pun di dalamnya. Matanya menerawang jauh, lebih jauh dari kolam itu. Membawanya ke masa-masa saat sebelum ia nyaris mati dan keadaan bertambah kacau seperti yang saat ini harus ia hadapi.   “Bukan kamu. Tapi aku yang beruntung karena bisa memiliki pacar sepertimu, Alec Berthold.”   Matanya otomatis terpejam saat suara Erna tahu-tahu saja datang menghampirinya, terpantul di dalam pikirannya. Menciptakan gema yang nyaris membuatnya gila karenanya. Perasaan rindu akan kehadiran wanita itu meluap di dalam hatinya hanya mendengar ilusi suara wanita itu di dalam pikirannya. Ingin rasanya ia meninggalkan tempat ini, berlari keluar mencari keberadaan
Baca selengkapnya
Bab 98
Bianca memandangi pemandangan yang ada di hadapannya begitu mobil yang disiapkan oleh ayahnya Erick tiba di pantai La Concha. Ia segera turun dari mobil setelah menutup kaca jendela mobil yang sempat ia turunkan saat mobil mereka memasuki area pantai tersebut, berniat membuka pintu untuk Erna saat ia melihat wanita itu ternyata sudah turun dari mobil lebih dulu darinya, berhasil menciptakan sedikit perasaan kecewa di dalam dirinya.   “Cantiknya …”   Komentar Erna yang langsung terucap di bibir mungil wanita itu saat memandangi pemandangan pantai yang ditawarkan oleh pantai La Concha itu melenyapkan seketika perasaan kecewa yang menyelimuti hatinya barusan. Ia hendak menutup pintu mobil saat sopir mobil keluarga Zhang melarangnya untuk melakukannya dan memintanya untuk langsung menyusul Erna yang sudah berjalan terlebih dahulu meningg
Baca selengkapnya
Bab 99
Ternyata, bukan hanya di pantai saja suasana kuno seperti menjelajahi kapsul waktu itu berlangsung. Restoran yang mengandalkan hidangan makanan laut sebagai menu andalan mereka––tempat mereka saat ini menghabiskan pagi hari mereka menikmati menu sarapan juga menyajikan suasana yang sama seperti saat mereka di pantai. Baik ia maupun Erna mencoba menghalau perasaan aneh saat mendapati tatapan ganjil orang-orang yang memandang mereka dengan berpura-pura tidak menggubris tatapan-tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang tersebut, namun semakin lama mereka mencoba mengabaikannya, semakin intens juga tatapan mereka padanya.    Beberapa orang bahkan tanpa segan mencoba mendekati mereka dengan wajah datar dan gerakan yang kaku seperti layaknya boneka, seperti seorang wanita berambut bob keriting berwarna auburn yang mengenakan setelan tahun 1920-an layaknya aktris film bisu bernama Clara Bow.
Baca selengkapnya
Bab 100
Bianca memandangi pemandangan yang ada di hadapannya begitu mobil yang disiapkan oleh ayahnya Erick tiba di pantai La Concha. Ia segera turun dari mobil setelah menutup kaca jendela mobil yang sempat ia turunkan saat mobil mereka memasuki area pantai tersebut, berniat membuka pintu untuk Erna saat ia melihat wanita itu ternyata sudah turun dari mobil lebih dulu darinya, berhasil menciptakan sedikit perasaan kecewa di dalam dirinya.   “Cantiknya …”   Komentar Erna yang langsung terucap di bibir mungil wanita itu saat memandangi pemandangan pantai yang ditawarkan oleh pantai La Concha itu melenyapkan seketika perasaan kecewa yang menyelimuti hatinya barusan. Ia hendak menutup pintu mobil saat sopir mobil keluarga Zhang melarangnya untuk melakukannya dan memintanya untuk langsung menyusul Erna yang sudah berjalan terlebih dahulu meningg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status