Semua Bab Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian): Bab 71 - Bab 80
126 Bab
Bab 71
“Me-mengacuhkan? Si-siapa?” pria itu berkelit, menghindari tatapan mata dengannya.    Ia beranjak dari kursinya mengeluarkan kembali aura naganya, mengumpulkannya menjadi untaian akar tanaman yang bergerak menjalar di atas telapak tangannya yang tidak mencegat tangan pria iut seperti denyut jantung, lalu mendekatkannya pada pria itu hingga sedikit lagi mengenai pelipis pria itu. “Sekali lagi kamu mengelak dari pertanyaanku, aku terpaksa akan melakukannya. Membaca isi pikiranmu dan memaksamu untuk melihat isi kenanganmu sendiri. Bagaimana? Jawab atau tidak?”   Pria itu menatap bergantian antara dia dan tangannya. Reaksi tubuh membeku pria itu sudah cukup memberinya informasi bahwa pria itu tengah mempertimbangkan perkataannya. Setelah beberapa menit kemudian, pria itu menghela napas panjang, menyerah.  
Baca selengkapnya
Bab 72
Perasaan Nikki jelas tidak menentu saat ini.    Ia terbangun dengan mata setengah terpejam, berharap bahwa ia akan menemukan sosok Stephen yang berbaring di sampingnya. Entah dengan wajah yang tenang dan tertidur lelap, atau terbangun dengan senyum lembut terlukis di wajah pria itu, menyambutnya dengan hangat seperti layaknya sinar matahari pagi yang hangat, yang menyelinap masuk melalui celah jendela korden kamar Stephen tempat mereka menghabiskan malam mereka berdua di sana. Rasa nyeri menghantam tubuhnya, namun lebih menyakitkan lagi saat terbangun dan mendapati bahwa ia sudah tidak menemukan sosok Stephen di sampingnya seperti yang ia harapkan. Kosong. Bahkan jejak keberadaan pria itu saja tidak ada di sana, selain jejak yang ditinggal pria itu pada tubuhnya. Susah payah ia menuruni tempat tidur, menyeret tubuhnya untuk meraih pakaiannya yang tergeletak di lantai dan mengenakannya, m
Baca selengkapnya
Bab 73
"Bukan pasti lapar. Tapi memang lapar. Memangnya aku belum ngomong sama kamu tadi?" sahutnya seraya menggembungkan kedua pipinya. Kedua pria itu terdiam mendengar perkataannya, memandang satu sama lain dengan tatapan yang tidak ia mengerti. Tahu-tahu saja mereka saling berhadapan, dengan wajah licik.   "Rock, scissor, paper! Tiga kali!" Mereka berdua mengatakannya bersamaan, sukses membuatnya bergeming. Tiga kali melakukannya, dan Stephen keluar sebagai pemenang sementara pacarnya langsung jongkok sambil mengacak-acak rambutnya penuh frustrasi.  Sebelum ia memahami apa yang sedang mereka lakukan sampai harus taruhan seperti itu, Stephen sudah menghampirinya, memintanya untuk menyandarkan kedua tangannya pada bahu pria itu. Dan dalam sekejap, ia sudah berada dalam gendongan pria itu, dengan kruknya yang dibawa oleh Stephen tanpa merasa kerepotan.   
Baca selengkapnya
Bab 74
Sore harinya, ia dikejutkan oleh panggilan masuk dari Erna. Stephen sudah keluar bersama Karl untuk urusan yang tidak ia ketahui setelah sarapan, karena mereka pergi terburu-buru. Mengingat Karl sudah mengatakannya dengan jelas bahwa pria itu tidak akan membiarkannya menjadi orang yang tidak tahu apa-apa, ia tidak perlu mencemaskan apa yang sedang mereka lakukan, karena pacar laki-lakinya pasti langsung akan memberitahunya nanti. Ia percaya pada Karl dan bisa memegang perkataan Karl karena pria itu selalu menepati semua perkataannya. Jadi seharusnya memang tidak ada masalah.   Tapi Stephen? Entahlah. Pria itu lain ceritanya. Ia bahkan tidak yakin setelah mencuri dengar pengakuan pria itu yang terang-terangan pada Karl begitu didesak, juga saat pria itu mengatakan sendiri padanya di hadapannya bahwa pria itu akan serius mengejarnya. Maksudnya, seperti yang dikatakan Dania beberapa bulan yang l
Baca selengkapnya
Bab 75
Veronica mengatakannya jelas bukan karena alasan. Erna pernah mengatakan pada ia dan Bianca tentang identitas orientasi seksualnya sebagai biseksual saat mereka masih SMA. Dan sejak saat itu, ia menyadari perubahan sikap Bianca yang mulai sering membuat Erna marah, seakan seperti mendapatkan tiket loterei begitu mendengar pengakuan Erna. Dulu, ia tidak mengerti alasan di balik perubahan sikap Bianca tersebut. Sekarang, setelah ia bertanya langsung pada Bianca sendiri beberapa bulan yang lalu, ia mengerti alasan di balik perubahan sikap Bianca tersebut.    “Apa tidak masalah?  Apa menurutmu tidak aneh jika aku melupakan perasaanku pada Alec dan mulai menyukai keseriusan Bianca?”   “Kata ‘melupakan’ bukan frase yang tepat untuk menggambarkan perasaanmu sekarang, Erna. Kamu bingung? Ya, mungkin apa yang kukatakan itu terdengar
Baca selengkapnya
Bab 76
Tidak pernah terbayang di pikirannya sama sekali sampai sekarang.    Tidak pernah sekali pun, terlintas di pikirannya, bahwa ia akan menyukai seseorang yang serapuh Nicholas Southampton. Niat awalnya bergabung bersama William itu murni karena ia merasa frustrasi dengan perasaannya terhadap Odelia Winterwood. Putri dari petinggi klan Winterwood yang masih menyukai mantan tunangannya, Karl Smith, walaupun berulang kali mantan tunangannya itu menepis perasaan wanita itu. Ia memutuskan untuk bergabung dengan alasan yang harus ia akui, sangat kekanakan; ia ingin membuktikan pada wanita itu bahwa ia lebih layak bersama wanita itu dibandingkan Karl.    Ia memang dari keturunan naga kasta rendah, tapi ia memiliki bakat sebagai warlock berkat darah campurannya yang ia dapat dari pihak mendiang ayahnya, seorang warlock yang mati kare
Baca selengkapnya
Bab 77
Suara penuh kecongkakan membuatnya sontak memutar tubuhnya, menghadap Sean Laurent yang berdiri di depan pintu kamar Nicholas sambil bersedekap, berjalan menghampirinya sambil menggeleng pelan melihat kondisi Nicholas.   "Biarkan saja sampah sepertinya mati. Itu jauh lebih baik. Coba ingat-ingat lagi, berapa kali ia melakukan keributan hingga merepotkan Yang Mulia?"   "Apa maumu, Sean? Kalau hanya datang ke sini untuk menghinanya, lebih baik kamu keluar dari tempat ini sekarang. Aku sibuk."   "Aku hanya penasaran. Belakangan ini aku selalu memperhatikanmu. Mempertanyakan alasanmu yang terus melindungi Nicholas," pria itu berjalan mengelilingi ruangan, memerhatikan satu per satu barang milik Nicholas yang sengaja ditinggalkan oleh Nicholas di tempat yang sudah menjadi tempat
Baca selengkapnya
Bab 78
Alec berhenti berjalan menapaki taman di mansion milik kakeknya, menghirup segarnya udara di taman itu perlahan. Memandangi beberapa burung yang beterbangan di atas kepalanya, dengan langit yang bersih dari awan yang biasanya menutupi langit di daerah tempat tinggal kakeknya itu. Ia mendongak sejenak, menahan rasa nyeri yang muncul saat ia menarik napas panjang tadi karena tubuhnya belum sepenuhnya pulih, sebelum memaksakan diri untuk melangkahkan kakinya menuju salah satu pepohonan yang rindang. Susah payah ia menyandarkan punggungnya ke batang pohon, memejamkan kedua matanya.  Mendapati bahwa senyuman Erna-lah yang menghiasi pikirannya saat ia memejamkan kedua matanya. Ia menggigit bibir bawahnya, diam menahan air mata yang sebentar lagi akan mengalir keluar. Mengenang momen-momen kebersamaannya bersama Erna sebelum ia harus meninggalkan wanita itu akibat kondisinya. Tangannya meremas
Baca selengkapnya
Bab 79
Untungnya, ia hanya mengalaminya selama sesaat, sebelum semuanya kembali seperti semula, dengan suara burung gagak yang sudah bertengger di dekat bahunya dengan kedua mata burung gagak itu memandangnya cemas. Sejak dulu, keluarga Berthold itu memiliki ikatan yang kuat dengan burung gagak berkat anugerah darah Morrigan yang mengalir di dalam tubuh mereka, menarik perhatian para gagak untuk berada di samping mereka kapan pun mereka butuh. Dalam kasusnya, burung gagak itu menyadari ketakutannya. Memberinya tatapan menenangkan padanya, dan dalam sekejap, rasa takut yang ia alami menghilang begitu saja.   “Terima kasih. Aku baik-baik saja,” ujarnya, sambil tersenyum simpul, mengusap puncak kepala burung gagak yang tampak tenang saat ia melakukannya. Seakan burung gagak itu meminjamkan telinganya untuk mendengarkan kekalutannya, ia terpancing untuk bercerita.  
Baca selengkapnya
Bab 80
Setengah menggerutu karena ia tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya tadi dari sosok yang belum pernah ia temui sebelumnya, ia beranjak dari tempatnya. Kedua matanya melihat sosok seorang pria bersama beberapa orang di belakang pria itu yang berlari dengan kecepatan penuh menghampirinya hingga membuatnya harus menyipitkan kedua matanya karena jarak mereka yang sangat jauh. Wajah pria yang ternyata adalah ayahnya tampak lega begitu melihat keberadaannya, begitu juga dengan ketiga saudaranya (dua wanita dan satunya pria) menghampirinya. Memeriksanya lekat untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja.   “Ngapain kamu di sini?” ujar Klauss––kakak laki-lakinya yang tampak cemas begitu melihat kondisinya, melepaskan mantel bulu imitasi yang dikenakannya, lalu memasangkannya padanya sebagai ganti selimut untuk menghalau hawa dingin dari musim dingin yang sebentar lagi akan memasuki Waterford city.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status