Semua Bab Madu Untuk Istriku: Bab 41 - Bab 50
90 Bab
Reaksi Dani
"Ibu mau bantu bicara sama Reni."  "Beneran, Mas?"  "Alhamdulillah, ya, Mas."  "Kata ibu, kamu suruh ngambil minum sendiri."  "Berarti, itu tandanya ... ibu sudah menerimaku di sini?" Tak dapat disembunyikan lagi raut kebehagiaan di wajah Tari. Ibu Dani meski awalnya terlihat judes, nyatanya sekarang dapat menerima kehadirannya. Sebua suara yang cukup keras, mengalihkan perhatian keduanya. "Handphone kamu itu, Mas," ucap Tari seraya menunjuk ke arah handphone Dani yang tergeletak di atas meja.  Dani mengalihkan pandangannya dan mengambil benda itu. Dahinya mengernyit, seolah mempertanyakan sesuatu. "Siapa, Mas?" Melihat kekasihnya terlihat begitu cemas, Tari juga ikut penasaran. "Zaki," jawab Dani singkat. "Zaki? Siapa?" Tentu saja Tari tidak mengetahui siapa Zaki. "Adik Reni. Aku angkat sebentar. Siapa tahu penting." Dani merasakan perasaan yang tidak enak. Tida
Baca selengkapnya
Beban Terlepas
"Kenapa nggak diangkat, Ren?""Nggak kenal, Bu." Entah kenapa Reni merasakan hatinya begitu sakit ketika mengingat Dani. Dia benar-benar tidak ingin berhubungan dengan laki-laki itu lagi."Siapa sih, Ren? Coba Ibu lihat, siapa tahu penting." Yanti hendak beranjak dari duduknya dan menghampiri handphone Reni yang tergeletak di atas nakas."Nggak usah, Bu. Paling orang iseng." Reni buru-buru menyambar hanphone-nya dan memasukkannya di dalam selimut yang menutupi kakinya.Yanti mengernyit heran. Jika tidak penting, mengapa berkali-kali hingga tak sempat berhenti.Di dalam selimut, Reni mematikan handphone-nya, biar Dani tidak bisa menghubunginya lagi. Akhirnya dia bisa bernapas lega, tanpa adanya gangguan dari Dani lagi. Seharusnya dari kemarin-kemarin dia bersikap seperti ini."Oh, iya, Yah. Motor Ayah masih di tempat Bang Lukman. Kemarin--.""Sudah-sudah. Kita bisa mengambilnya besok jika kau sudah sehat." "Ayah, pulang du
Baca selengkapnya
Istirahat
"Dan selingkuhannya itu juga hamil.""Apa?!" Kepala Yanti mendadak begitu pusing. Mendengar berita bahwa menantunya itu selingkuh saja sudah membuat dirinya nyaris pingsan, ditambah tahu jika Dani menghamili wanita lain.Reni merasa bersalah saat melihat ibunya itu. Sebenarnya dia sangat tidak tega jika harus mengatakan kejujuran. Karena dia tahu, ibunya itu sering pusing. Apalagi jika harus berpikir keras.Tapi, rasanya dia sudah tidak kuat memendamnya lagi. Memendam perasaan ini sendirian, membuatnya semakin sakit.Yanti memijit keningnya, dia benar-benar pusing saat ini."Ibu ...," panggil Reni lirih. Ingin dia bangkit dan menopang tubuh ibunya yang terlihat begitu rapuh. Tapi apa daya, sebelah tangannya terikat jarum infus yang tidak memungkinkannya untuk banyak bergerak."Ibu nggak apa-apa, Ren." Yanti segera bangkit. Tak ingin anak perempuannya itu tambah beban pikiran karena melihatnya rapuh.Hatinya sakit, melihat
Baca selengkapnya
Wanita yang Tidak Dibutuhkan
Dani begitu kebingungan ketika Reni tak menjawab panggilannya. Tari semakin cemberut melihat Dani begitu mengkhawatirkan Reni.Tak mau hanya menunggu teleponnya dijawab Reni, Dani segera menghubungi kembali Zaki untuk mengetahui di mana Reni dirawat.Dengan berbekal nama klinik tempat Reni dirawat, Dani segera melaju ke sana."Bu, Reni masuk rumah sakit, aku ke sana dulu, ya," pamitnya pada Halimah."Istri kamu kenapa lagi to, Dan? Ibu dulu waktu hamil kamu saja nggak kayak gitu. Malah Ibu masih bisa kerja di pabrik. Reni memang manja. Itu! Tari saja kerja juga baik-baik saja."Halimah merasa Reni sangat merepotkan. Dia beranggapan Reni seperti ini karena manja."Sudah, Bu. Dani berangkat dulu ke sana." Tak mau mendengar ceramah dari ibunya yang pasti tidak akan berhenti, Dani segera berlalu meninggalkan wanita itu.Halimah membuang napas kasar, " Ya, sudah sana.""Ayok, Tar! Kita bareng sampai jalan besar." Tari mendengus seba
Baca selengkapnya
Penolakan Reni
"Mas Dani!" Bukan perasaan senang ataupun bahagia saat Reni melihat Dani sudah di hadapan matanya. Tapi, rasa benci yang terus menggerogoti hatinya.Mata Reni membola layaknya melihat setan. Bagaimana bisa dia menjadi sebenci ini dengan suaminya itu?Melihat Reni membuka mata, Dani tersenyum semanis meungkin seolah tak ada masalah di antara mereka. Hal itu juga yang membuat Reni begitu jijik ketika melihat wajah Dani.Reni mencoba duduk dan bersender di bahu brankar. Tangan Dani berusaha meraih dan membantunya, tetapi ditepis oleh Reni. Hal itu membuat Dani sedikit geram.'Kenapa Reni jadi kasar gitu?' Dalam hati Dani bertanya-tanya tentang perubahan sikap Reni yang tak semanis dulu.Akhirnya Reni dapat menyandarkan punggungnya. Dia menatap Dani dengan penuh amarah. Teringat perjumpaan terakhir dengan suaminya itu. Dia terlihat begitu mesra dengan Tari. Ditambah Dani menuduhnya memiliki hubungan dengan Bram."Mau apa Mas ke sin
Baca selengkapnya
Asinan Mangga
Sejak kepergian Dani, Reni sama sekali tidak bisa tidur. Melihat wajah suaminya itu, membuat kepalanya mendadak pusing.Ingin sekali dia mengamuk suaminya itu, tapi masih ditahannya. Dia tak ingin dinilai bar-bar oleh Dani. Dia harus terlihat berkelas dan elegan, agar jika suatu saat dia meninggalkan Dani. Suaminya itu akan merasa menyesal.Bukan karena masih mencintainya, tapi dia ingin membuktikan bahwa tanpa Dani, hidupnya akan baik-baik saja."Maafin Ibu, Nak ...." Reni mengelus perut ratanya, yang di dalamnya rbesarang malaikat kecil yang selama ini dinantikannya."Ibu berjanji, akan memberikanmu kehidupan yang layak meski tanpa orang tua utuh." Berkomunikasi dengan janinnya, menjadi hiburan tersendiri bagi Reni.Semangatnya yang redup kembali bangkit dan bersinar. Bagaimanapun dia masih memiliki kekuatan untuk tetap bertahan.Perasaannya kali ini sedikit lebih tenang. Akhirnya dia mampu memejamkan matanya.Dani keluar dengan mar
Baca selengkapnya
Jangan Baper
"Halo, assalamu'alaikum." Reni mengucapkan salam ketika mengangkat telepon itu"Wa'alaikumsalam, Ren." Reni berpikir sejenak, mengingat pemilik suara itu."Ehm ... maaf, ini siapa, ya?" "Ck! Baru kemarin ketemu masak sudah lupa sih, Ren!" Pria di ujung telepon sana merasa kecewa karena Reni melupakannya. Padahal dia berharap wanita itu akan selalu mengingatnya."Yudha?" ucap Reni ragu-ragu. Yakin nggak yakin saat mengucapkannya. Apa laki-laki itu tidak kapok dicuekin terus oleh Reni?"Nah! Itu baru inget. Aku pagi ini mau mampir ke sana sebelum berangkat kerja. Kamu mau dibawain apa?" Reni mengernyitkan dahinya, tidak tahu harus menanggapi bagaimana perhatian mantan pacarnya ini."Nggak usah repot-repot, Yud," tolak Reni halus. Padahal sebenarnya ada sesuatu yang memang diinginkanya, tapi dia tidak mau semakin berhutang pada pria itu."Nggak usah sungkan, Ren. Aku tahu
Baca selengkapnya
Tatapan Apa Itu?
"Ibu mandiin kamu, lalu ganti baju, ya?""Mandi?" Bukanya Reni tidak mau mandi, tapi melihat tangannya seperti itu dia tidak yakin bisa mandi. Bahkan kemarin dokternya bilang, jika dia tidak boleh banyak bergerak."Ya, bukannya mandi di kamar mandi, kamu cuma ibu lap-lap saja pakai air anget." "Ow ...!" Bibir Reni membulat mendengarnya.Yanti pun mengelap badan putrinya itu dengan sabar dan telaten. Dan akhirnya, Reni kini telah merasa bersih dan segar. Bahkan kini dia telah berganti baju."Tok ... tok ... tok ...!" Baik Reni maupun Yanti menoleh ke arah pintu yang diketuk. Yanti menatap Reni seolah bertanya, yang dibalas Reni dengan mengedikkan bahunya. Tanda Reni pun tidak tahu siapa yang mengetuk pintu."I-iya masuk saja!" seru Yanti dari dalam.Pintu ruangan itu terbuka dan masuklah sesosok pria yang tadi pagi-pagi sekali telah menelponnya."Yudha!?" Meski tadi pagi sudah memberi kabar kepadanya bahwa dia akan mampir
Baca selengkapnya
Bukan Siapa-Siapa
Seharusnya Reni tersenyum bahagia kala melihat Dani kembali ke sini, nyatanya bukan hal itu yang Reni rasakan.Bahkan melihat wajah lelaki yang telah menjadi suaminya selama tujuh tahun itu, membuat perutnya merasa mual."Buk ...." Dani tersenyum manis kepada Yanti. Dia menghampiri wanita paruh baya itu dan mencium punggung tangannya.Awalnya dia heran melihat ada lelaki asing yang pagi-pagi sudah berada di sini, tapi dia mencoba berpikir positif. "Ah, iya." Yanti nampak bingung bagaimana harus bersikap terhadap Dani. Dia tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya itu.Meski hatinya begitu sakit melihat anaknya dikhianati, tapi dirinya tetap tidak bisa apa-apa. Semua keputusan ada di tangan mereka berdua."Gimana, Ren? Kamu udah baikan?" Melupakan kejadian semalam, Dani berusaha bersikap biasa saja. Reni benar-benar muak dengan sikap Dani yang sok perhatian itu."Ehm ... alhamdulillah,"
Baca selengkapnya
Malas Berdebat
Dani segera berlalu dari hadapan Reni. Dia begitu terluka atas penolakan wanita yang masih berstatus istrinya itu. Apa dia sebersalah itu hingga Reni terlihat begitu membencinya?Pikiran buruknya bertanya-tanya, apa gara-gara pria ini Reni jadi begitu? Dasar Dani! Dia tidak pernah bisa belajar dari kesalahan, selalu saja menyalahkan orang lain akan setiap hal yang terjadi padanya.Hatinya bergemuruh hanya dengan memikirkan Reni dekat dengan pria lain. "Bisa bicara sebentar!" Tangan Dani memegang bahu Yudha. Tatapan matanya seperti seorang pemangsa yang sedang mengincar buruannya.Namun sebisa mungkin Yudha tetap menunjukkan wajah yang tenang. Dia tidak ingin memperlihatkan amarahnya kepada Dani.Yudha tersenyum dan mengikuti Dani keluar ruangan. Dia ingin tahu, apa yang hendak suami Reni bicarakan dengannya.Yanti melihat pemandangan itu dengan khawatir, terlebih Reni. Dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan Yu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status