All Chapters of ISTRI RAHASIA TUAN BESAR: Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
Lebih Banyak Rasa
Pandu mengusap perutnya kekenyangan, sementara Maira sibuk mencuci piring. Istri rahasia Pandu itu sempat merajuk karena Pandu menghabiskan seluruh isi ramen di dalam panci, Maira baru berhenti merajuk setelah Pandu berjanji akan membawa perempuan itu pergi makan enak besok.“Mau kemana?” Tanya Pandu begitu Maira menenteng bantal dan selimut ke luar kamar.“Tidur.”“Tidur?”“Iya, tidur pak.”“Kamu mau tidur dimana?”“Tuh,” Maira menunjuk sofa ruang tamu dengan dagunya.“Yang bener aja! Saya enggak mau tidur di sofa.”“Emang siapa yang nyuruh bapak tidur di sofa, kalau bapak mau di kamar ya silahkan. Yang jelas saya mau di sofa aja, enggak kuat kalau tidur di kamar.”“Enggak kuat?”“Iya, kamarnya dingin banget. Yang kotak putih panjang itu loh pak, kayaknya itu rusak. Jebol jadi bikin kamar dingin bange
Read more
Yah, Kamu Tau Lah
Pandu terbangun dengan seluruh tubuh yang menjeritkan kepuasan, di sampingnya Maira masih bergelung di dalam selimut. Mata laki-laki itu mengelilingi kamar yang sekarang dalam keadaan berantakan, Maira berhasil membuat laki-laki itu lepas kendali. Hal yang sama sekali tidak pernah di alami Pandu jika bersama Ghiana.“Ibu..” Maira bergumam sembari mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala, perempuan itu hanya menyisakan bagian wajah yang tidak di tutupi selimut. Persis bayi dalam bedongan.“Mai.”“Eng.”“Maira, saya laper.” Pandu berdecak, karena bukannya membuka mata Maira justru memutar badan membelakanginya.“Mai.”“Pak, saya masih ngantuk ini.”“Tapi saya laper.”“Bapakkan orang kaya, beli aja.” Jawab perempuan itu setengah sadar.“Oke, saya beli tapi kamu enggak boleh minta.&rdquo
Read more
Keresahan Ghiana
Rumah keluarga Sore kelihatan ramai, pelayan hilir mudik membawa hidangan ke meja makan yang kali ini di pindahkan ke halaman belakang yang luas. Ghiana sedang membuat perjamuan, tea time bersama teman-teman sosialitanya.“Ngomong-ngomong Ghi, kemaren aku kayak liat Pandu loh di mall.”“Mas Pandu?”“Iya, malem-malem.” Teman-teman Ghiana saling melirik, bersiap mengeluarkan bom untuk mengusik nyonya besar yang angkuh.“Oh, iya. Mas Pandu memang bilang mau belikan aku sesuatu di sana, hadiah kejutan katanya.” Jawab Ghiana sembari mengulum senyum, perempuan itu mencoba berkilah.“Iya? Eng, tapi aku liat Pandu sama perempuan Ghi, keliatan kampungan sih. Tapi mereka gandengan tangan.”“Wah!”Ghiana menipiskan bibir, semua teman-temannya saling berbisik. Sesekali mereka bahkan cekikikan sambil mencuri-curi pandang kepadanya.“Masih muda juga loh Gh
Read more
Sangat Berbeda
“Lama banget kamu!” Semprot Pandu langsung kepada Sam, asisten pribadinya itu hanya menggumamkan kata maaf sambil menggaruk rambutnya serba salah.“Maaf pak.” Sam sama sekali tidak melakukan pembelaan, karena hal itu hanya akan membuat Pandu kesal.“Ngomong-ngomong, ini barang-barang mau di taro di mana pak?” tanya Sam sambil mengulurkan berbagai macam makanan yang di pesan oleh Pandu sekaligus mesin cuci di luar.“Bawa ke dalem, ruang cuci di belakang. Itu kamu udah pastiin mesinnya paling canggih kan?”“Iya, pak. Produk keluaran terbaru dari electrolux.”“Yaudah, kamu bawa ke dalem. Besok kamu minta orang ke sini untuk pasang jaringan internet, sekalian tv kabel ya.”“Baik pak.”“Pak, makanannya udah dateng?” tanya Maira dengan mulut yang penuh dengan mie instan, Pandu melirik Sam yang jelas terkejut.“Sam, kenalin.
Read more
Kamu Akan Sering Melakukannya Nanti
“Loh, lagi pada makan?” Ghiana muncul bersama salah satu pelayan dari rumah keluarga Sore, di ikuti oleh Maira yang tadi memang pergi sebentar untuk membukakan pintu.“Hai mas, baru mau dua malem loh aku di tinggal tapi udah kangen aja.” Pandu sama sekali tidak menghindar ketika Ghiana mengecup sudut bibirnya, laki-laki itu terus saja memakan makanannya sama sekali tidak peduli dengan kehadiran Ghiana.“Malam bu Ghiana.” Sapa Sam yang langsung menyingkir dari kursinya, dan membiarkan Ghiana duduk menggantikannya.“Duduk Mai.”“Oh, tapi..” perempuan itu melihat Sam dan perempuan yang bersama Ghiana tetap berdiri, karena itu ia merasa juga harus tetap berdiri mengikuti Sam dan perempuan dengan pakaian hitam dan apron putih tersebut.“Duduk Maira.”“I..iya pak.”“Gimana Mai, lancar sama mas Pandu?” Tanya Ghiana kepada Pandu, merasa itu adalah
Read more
Pokoknya Harus Kamu
Pandu terbangun dan ranjang di sampingnya sudah kosong, laki-laki itu melirik jam di nakas. Pukul 06.00 pagi, sembari mengerang laki-laki itu beranjak dari kasur dan pergi membersihkan diri. Di bawah pancuran air shower Pandu memutar lagi kegilaannya semalam.“Sialan!” makinya sembari meninju tembok, Pandu sama sekali tidak tau kenapa. Tapi melihat Maira tanpa takut mengutarakan rencananya dan bahkan tanpa keberatan menukar banyinya nanti dengan sejumlah uang membuat perasaan laki-laki itu tidak nyaman.“Pagi.” Pandu terkejut, karena Maira menyambutnya dengan riang begitu pintu kamar terbuka.“Hmm, pagi.”“Mau sarapan apa pak? Nasi goreng, roti atau lontong? Tapi kalau lontong harus beli dulu ke depan.”“Nasi goreng aja.” Maira mengambilkan sarapan untuk Pandu dengan tenang, sama sekali tidak merasa kikuk meskipun Pandu benar-benar merendahkannya semalam. Sementara Ella sibuk deng
Read more
Cukup Satu Set Bento
“Jadi, untuk jadwal selanjutnya bapak ada meeting di O’Resto dengan PT Buana Putra. Kira-kira bapak perlu di siapin apa?”“Pak?”“Oh, iya kenapa?”“Untuk meeting sama PT Buana Putra di O’Resti nanti, bapak ingin di siapkan apa?”“Enggak ada, kamu siapin kayak biasa aja.”“Baik pak.”“Ngomong-ngomong Dar, kamu tau perempuan itu suka luluh kalau di kasih apa?” Dara, sekretaris Pandu langsung berdiri tegak begitu mendengar pertanyaan atasannya. Selama ini Pandu tidak pernah bertanya hal seperti itu kepadanya.“Hadiah?”“Iya? Kalau kamu berantem sama pacar kamu, biasanya dia kasih hadiah apa untuk ngebujuk kamu?”“Eng, bapak lagi ada masalah sama ibu Ghiana?”“Ck, udah jawab aja.”“Ekhm, pacar saya enggak pernah kasih kado pak. Dia cuma bakal die
Read more
Jangan Dulu Ya, Pak
“Enak?” Tanya Pandu ketika Maira sudah meraih kotak bento ke enam.“Enak pak, ini apa tadi namanya?”“Bento.”“Iya, bentonya juga rasanya beda-beda terus enak semua.” Pandu berjanji di dalam hati untuk memberikan bonus kepada sekretarisnya yang memiliki ide luar biasa untuk memesankan berbagai jenis bento untuk di kirim ke rumah Maira.“Ini beneran buat saya semua pak? Bapak beneran udah makan kan?”“Hmm, makan aja. Saya ngeliat kamu makan aja kenyang.” Jawab Pandu sembari menyeruput teh yang di buatkan oleh istrinya itu, Ella masih berkutat dengan barang-barang di dapur sedangkan Udin supir pribadinya sudah kembali ke rumah besar dan akan datang kembali untuk menjemputnya besok.“Itu hadiah buat siapa sih pak? Banyak banget.”“Buat orang tadinya, tapi dia enggak mau jadi saya bawa pulang lagi.”“Hah, ada yang nolak di kasih ha
Read more
Sandiwara
Ella masih tidak dapat menahan rasa malunya, perempuan itu semakin merasa kesal dengan Maira yang menurutnya selalu bersikap sok polos di depan Pandu.“Beresin tuh! Males saya bantu kamu.” Ella menyentak Maira dengan kasar, bagi pelayan itu Maira bukan atasannya jadi tidak ada alasan untuknya menghormati Maira sama seperti Ella menghormati Pandu atau Ghiana. Sementara Maira yang sama sekali tidak pernah merasa sebagai nyonya besar, hanya menggedikan bahu. Tidak peduli pada Ella yang misuh-misuh di dalam kamarnya.“La, saya ke depan sebentar ya.”“Hmm.” Jawab perempuan itu sama sekali tidak menoleh, Ella memilih sibuk dengan ponselnya melakukan selfie dari berbagai sisi dengan pakaiannya yang ketat.Ella tanpa sadar tertidur, perempuan itu membuka mata karena merasakan lapar di perutnya. Sayangnya begitu membuka pintu kamar, Ella sama sekali belum menemukan makanan di meja makan.“Dari mana aja sih?
Read more
Salah Paham, Yang Bukan Salah Paham
“Kamu pulang mas? Udah bosen sama yang di sana?” Ghiana bertanya sembari membersihkan wajahnya dari makeup. Perempuan itu baru saja pulang dari kegiatan sosialitanya.“Sam bilang kamu ngelarang kepala pelayan untuk mecat Ella.”“Iya, kamu enggak suka?”“Bukan, aku cuma eggak mau kamu nyesel aja nanti.”“Apa yang bisa aku sesalin dari Ella? Yang bikin aku nyesel itu udah ngebiarin kamu menikah sama Maira! Perempuan ular, aku kira dia perempuan polos.”“Kamu terlalu khawatir sama Maira kayaknya, sampe enggak bisa berfikir jernih. Kamu enggak bisa ngebedain mana kebenaran dan mana kebohongan. Kasian.”“Maksud kamu apa?!”“Enggak ada, aku cuma mau peringatin kamu aja. Supaya kamu enggak terlalu kecewa karena udah bela orang yang salah.” Ucap Pandu sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.Pandu yang sedang memejamkan mata d
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status