Beberapa benturan yang telah terjadi memberikan Barata pandangan tentang keseluruhan. Dia tidak bisa menghadapinya dengan kekuatan ataupun kecepatan. Namun, setelah Barata memikirkannya sejenak, dia tahu bahwa bukan semua itu yang menjadi faktor penentu. Barata mengarahkan seluruh kekuatannya dan melancarkan serangan dengan serius. Dia sama sekali tidak percaya bila Sudro tidak dapat ia kalahkan. Oleh karena itu, dia mengerahkan segalanya.
Barata menatap Sudro yang melesat ke arahnya dengan kecepatan yang tinggi. Kedua lengannya melebar seperti sebuah palang yang kuat. Sudro yang berlari melesat ke arah Barata langsung mengayunkan kedua lengannya begitu jarak serangannya tercapai. Barata menghadapi serangan yang begitu mematikan, dia tahu bila dia menahannya nyawanya akan melayang. Dengan begitu, dia tidak menahannya melainkan melewatinya, ia menundukkan kepalanya sambil mengayunkan sabitnya ke arah perut Sudro.Walaupun serangan-serangan sebelumnya tak terBarata tidak mampu menahan amarahnya, dan membiarkan semua itu keluar tanpa ada penahanan. Selepas dia melakukannya, dia melihat seluruh area dipenuhi dengan darah dan potongan tubuh. Meski pemandangannya begitu mengerikan dan membuat hati gentar. Barata sama sekali tidak menunjukkan sedikit perubahan. Dia benar-benar memperlihatkan tatapan yang dingin dan tidak terganggu oleh pemandangan yang ada di depannya. Barata melihat semua itu seperti sedang melihat sesuatu yang lumrah.“Sudro!!! Dasar Bajingan Keparat!!! Kau membuatku kembali ke masa itu, dan memaksaku untuk mengeluarkan sisi burukku di hadapan seorang anak kecil tak berdosa. Jangan pernah menunjukkan batang hidungmu di depanku atau aku akan membuatmu menyesal karena hidup. Aku berjanji!!! Selama aku bertemu denganmu, aku pastikan kau tidak akan bisa hidup dengan tenang. Akan aku lumat kebanggaanmu sebagai seorang pecundang sialan!!!” teriak Barata ketika dia melihat Wati yang jatuh terduduk setelah
Barata mencoba untuk melindungi Wati. Dia berada di dalam gua sambil mendekap Wati. Dia tidak ingin Wati terluka atau mendapatkan masalah akibat dari tindakannya. Dia sangat memahami kondisi mental Wati yang terguncang hebat karena ulah yang dia lakukan beberapa saat lalu. Tidak mungkin Wati tidak menerima guncangan akibat dari tindakannya. Bagaimanapun juga, Wati masihlah anak-anak. Jadi masih sangat mungkin bila Wati mendapatkan serangan mental. Sulit bagi Barata untuk tidak merasa kasihan pada Wati.“Huft ... pria itu, Sudro ... dia benar-benar berbahaya. Kemampuannya tidak begitu menakutkan, tapi daya tahannya begitu mengerikan. Dia benar-benar tidak bisa diremehkan. Jika dia mampu menguasai pusaka itu dengan baik atau mendapatkan kekuatan lain. Aku tidak mengerti akan seberapa menakutkan orang ini. Di mampu mempertahankan keadaannya sampai pada posisi ini. Kemampuannya dalam bertahan berada di tingkat yang menyulitkan. Dia juga tahu harus kapan mundur meski i
Barata melihat Wati yang menunjukkan tatapan mata yang penuh antisipasi serta memberikan rasa takut tertentu. Wati tampak begitu gelisah setelah dia membuka matanya, pemandangan pertempuran itu masih sangat tercetak jelas di kepalanya, dan dia sama sekali tidak dapat menghapusnya. Barata melihat Wati dari kejauhan karena dia berada di mulut gua dan memeriksa area depan gua. Dia benar-benar terkejut saat melihat area depan gua karena dia melihat ada berbagai jejak pertarungan ataupun jejak kaki.Daun, ranting, semak-semak, semua yang ada di depan gua sudah tidak sama lagi dengan saat dia masuk ke dalam gua. Perubahan ini begitu cepat dan membuat dia merasa tak berdaya karena perubahan ini benar-benar memberitahu dia bila situasi yang ada di depan matanya ini merupakan sebuah bukti dari bahayanya Hutan Jalungporo bagian dalam. Saat dia memeriksa bagian depan gua, setiap jejak kaki itu berbeda-beda, baik dari ukuran telapaknya ataupun kedalaman dari jejak itu.
Bersama Wati, Barata masuk ke dalam Hutan Jalungporo bagian terdalam. Dia tidak menunda-nunda waktu untuk istirahat lagi. Jejak-jejak pertarungan yang ada di sekitar gua memberi tahu dia bila bagian terdalam Hutan Jalungporo memiliki sebuah misteri. Barata tertarik dan penasaran dengan apa yang ada di Hutan bagian terdalam.Pada saat dia berjalan masuk ke dalam hutan. Barata merasakan ada beberapa pasang mata yang menatapnya. Barata dan Wati berjalan dengan langkah yang cepat. Dia memastikan kondisinya terlebih dahulu, apakah kondisinya sudah pulih seutuhnya atau belum. Barata tidak ingin memiliki sebuah pertarungan yang sengit tanpa memastikan kondisinya. Tanpa mengetahui keadaannya sendiri, Barata tidak bisa melakukan sebuah pertarungan. Dia tahu betapa sulitnya menghadapi lawan yang kuat dengan keadaan yang buruk.Saat dia berjalan bersama dengan Wati, dia bertemu dengan kumpulan zombie yang jumlahnya tidak sedikit. Barata tidak menggunakan pusakanya unt
Barata memang merasa ada yang salah dengan situasi di depan, tapi dia tidak tahu apa itu. Dengan melihat keadaan dan situasi yang ada di sekitarnya, Barata merasakan bulu kuduknya berdiri. Dia jarang mendapatkan perasaan semacam ini bahkan di saat dia berhadapan dengan maut, tapi kali ini dia merasa tak tenang. Hal itu terjadi bukan karena pertarungan dari dua monster itu, tapi datang dari suatu hal yang tak dia ketahui. Barata menatap lekat-lekat setiap arah, dan dia merasa bila bahaya yang besar sedang mengintainya. Perasaan semacam itu benar-benar buruk dan membuatnya tak bisa berkonsentrasi penuh.Dua monster itu belum juga menyelesaikan pertarungannya, dan mereka masih bertarung dengan gilanya. Barata mengamati pertarungan itu dengan tenang sambil menunggu kesempatan yang ada, dan dia juga mengamati keadaan sekitarnya dengan waspada. Setiap gerakan yang tidak normal selalu masuk ke dalam perhatiannya. Barata tidak bisa tidak merasa cemas dengan adanya keberadaan so
Barata yang dipukul mundur tidak bisa tidak merasa kesal dengan keadaan di depannya. Pria itu benar-benar menunjukkan perbedaan kekuatannya dengan jelas. Hanya dari pukulan itu, Barata merasa benar-benar tak berdaya. Dia hanya mengira jika kekuatan pria itu benar-benar berada dalam tingkatan yang tidak masuk akal untuk masa semacam ini.Perbedaan kekuatan meski hanya seujung kuku sekalipun akan terasa mengerikan jika mereka berada di tingkatan yang tinggi. Kali ini, Barata bertemu dengan lawan yang sangat tangguh dan berbahaya.Pria itu berjalan dengan kecepatan yang lebih tinggi tapi tidak sampai lari. Dia hanya mempercepat langkahnya saja, dan setiap langkahnya begitu membumi hingga mengguncang. Barata yang berhadapan dengannya tidak bisa tidak menelan ludah saat merasakan tekanan darinya. Dia yang sudah mempersiapkan tekadnya pun tidak bisa tidak merasa buruk dengan seluruh keadaan ini. Semakin lama dia melihat lawannya, semakin lawannya terasa besar. Ba
Saat dia menghadapi sebuah serangan yang mematikan, Barata hanya menghindarinya. Dia tidak menghadapinya secara langsung ataupun menahannya karena tingkat kekuatan yang ada dalam serangan itu sangat besar. Barata berusaha untuk menghindari semua serangan yang dilepaskan oleh Bawono. Setiap pukulannya mampu menghancurkan apapun, dan Barata sangat memahaminya setelah dia menghindari pukulan-pukulan itu. Barata mencoba untuk tetap tenang selagi dia berhadapan dengan lawan yang mengerikan ini.Beberapa kali ia hampir saja terbunuh. Serangan yang Bawono lakukan benar-benar mengancam jiwa. Pukulan demi pukulan itu seperti uluran tangan dari dewa kematian. Barata berulang kali berhadapan dengan hal itu, apalagi setelah Bawono mengendalikan angin. Serangannya menjadi semakin cepat, kuat, dan berbahaya. Dia sudah mencoba untuk menghadapinya, tapi ketika dia melihat pukulan Bawono. Dia tahu jika menahannya secara langsung hanya akan melukai dirinya sendiri.“Apa yang b
86.Di sebuah pemukiman kecil yang terletak tidak jauh dari Hutan Jalungporo, para penghuni tempat itu sedang mempersiapkan pertahanan serta mengumpulkan segala persediaan yang ada pada satu tempat. Ada beberapa orang yang membawa senjata dan mereka menjaga pemukiman tersebut. Tempat yang begitu nyaman dan asri karena dekat dengan hutan. Meski hanya dipagari oleh pagar kayu sederhana. Mereka tidak terlalu khawatir dengan zombie karena pagar-pagar itu memiliki ujung yang runcing dan lancip.“Apa Kakang Sudro akan meraih kemenangan lagi? Kali ini dia bekerja sama dengan banyak orang. Aku yakin mereka akan memenangkan pertempuran itu dan membawa banyak jarahan. Siapa yang tahu apa yang akan dia bawa. Dengan bala bantuan yang begitu banyak, aku tidak bisa membayangkan kekalahan mereka. Jika mereka sampai kalah, mungkin kita akan berada dalam bahaya,” ucap seorang pria penjaga yang membawa golok sambil mengawasi sekitarnya.Pria yang berada di d