Semua Bab My Dearest Cahaya: Bab 21 - Bab 30
160 Bab
Sebuah Perjodohan
Asa tidak tahu, sudah berapa lama Aya menenggelamkan wajah beceknya di dadanya. Air mata gadis itu seolah tidak henti mengalir. Terisak, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.Setelah dedline pekerjaannya selesai petang tadi, Aya pergi ke hotel dan membuka sebuah kamar. Bukan hotel keluarga tentunya. Aya ingin menghabiskan tangisnya sendiri. Karena malam ini, Astro benar-benar melamar Zetta. Bintang bahkan sudah mengajak Aya untuk ikut serta. Namun gadis itu menolak, Aya beralasan sudah ada wawancara penting yang tidak bisa ditunda.Tidak lama berselang, setelah Aya merebahkan diri di kamar hotel, Asa menelepon. Sang kakak menanyakan keberadaannya, dan Aya mau tidak mau memberitahukan Asa, di mana dirinya berada.Sejak kejadian memilukan itu, Aya sudah tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di apartement. Datang ke sana hanya akan membuat hatinya sesak dan semakin pilu.“Dipuas-puasin nangisnya, buang semua rasa sakitmu malam ini. Tapi ingat, cukup mal
Baca selengkapnya
Jauhi Aya
Sepanjang jalan mengantar sang ibu, nenek serta kakeknya pulang ke rumah. Hati Astro meradang panas. Terlebih, saat ia mengetahui bahwa yang hendak dijodohkan dengan Aya adalah juniornya sendiri saat kuliah dulu.Yasa, anak mantan ketua MA itu memang tidak diragukan kepintarannya oleh Astro. Hanya saja, Yasa tidak memiliki passion menjadi pengacara hingga pria itu banting setir menjadi pengusaha seperti sekarang.“Apa alasan papa mau jodohin Aya, Kek? Aya itu masih muda, untuk apa dijodoh-jodohkan. Kita sudah gak tinggal di zaman Siti Nurbaya lagi. Aya punya hak untuk memilih, siapa pendampingnya nanti.”Astro berusaha bersikap setenang mungkin, saat mempertanyakan hal itu pada Wira yang duduk di sebelahnya. Pandangannya masih lurus, berkonsentrasi dengan kemacetan di depan sana.“Apa kamu pernah lihat Aya dekat dengan cowok selain Asa?” bukan Wira yang menjawab, melainkan Ruby yang duduk tepat di belakang Wira. “Coba kamu li
Baca selengkapnya
Tunggu Seminggu Lagi
“Mbak Cahaya, baru sampai kantor, Mas.”Detik itu juga Yasa bangkit, berdiri dan berpamitan pada keluarga besarnya yang tengah mengadakan makan malam di sebuah restoran. Sudah hampir tiga minggu ini, Yasa bolak balik ke Metro untuk menemui Aya, namun selalu berselisih jalan. Yasa sampai harus mendekati satpam Metro untuk bisa menjadi mata-matanya. Agar saat gadis itu sampai ke kantor, sang satpam yang bertugas segera mengabarinya.Sempat beberapa kali salah satu satpam mengabarinya, bahwa Aya baru saja sampai di Metro. Namun saat Yasa sudah sampai di tempat, Aya sudah pergi kembali untuk liputan.“Apa klienmu itu lebih penting daripada keluargamu? Kita lagi makan malam, Yas.” ujar Hatta dengan nada tidak ramah. Menurut pria paruh baya itu, Yasa telah bersikap tidak sopan hendak pergi ditengah-tengah makan malam seperti ini.“Sorry, Dad. But I’ve been dying to meet her.” jawab Yasa tanpa berpikir dulu, karena otakn
Baca selengkapnya
Tes Kehamilan
Kedua telapak tangannya terjatuh di atas bibir. Menutup erat, menahan suara tangis yang bisa saja pecah, karena sesak yang hampir meledak di dalam dada. Tetes bening itu tumpah, bersamaan dengan tubuh Aya yang merosot jatuh di lantai kamar mandi.Positif!Terlihat ada dua buah garis sejajar yang muncul, beberapa saat setelah Aya melakukan tes pada urinenya sendiri. Hal itu membuat dunianya runtuh detik itu juga.Bukan … tapi bukan kehamilan yang jadi masalah Aya. Sudah ada Yasa yang ingin bertanggung jawab atas kehamilannya itu. Tapi, siapa ayah dari janin yang dikandungnya?Kedua pria yang memasukinya dalam jangka waktu seminggu, sama sekali tidak memakai pengaman.Kepala Aya menggeleng berkali-kali.Tidak … tiba-tiba saja Aya tidak menginginkan janin tersebut. Jalan satu-satunya adalah dengan menggugurkannya. Sebelum semua orang tahu, kalau dirinya telah mengandung.Segera, Aya mengusap wajahnya. Bangkit dan m
Baca selengkapnya
Go To The Hell
Rencana Yasa untuk mengajak Aya ke apotik, gagal seketika. Ia juga tidak bisa mengejar Aya, karena terjebak dengan kedua pria yang punya pengaruh besar dalam kehidupan gadis itu. Mau tidak mau, Yasa haruslah mengakrabkan diri dengan kedua pria setengah baya yang sudah duduk di depannya.“Jadi, kamu Yasa anaknya Pak Hatta, cucu Pak Abraham?” Elo yang sudah tahu sebelumnya dari cerita Bintang, hanya ingin sedikit berbasa-basi dengan pria muda itu.Ketiga pria itu kini berada di sebuah ruang khusus pembicara yang hadir dalam business meeting tersebut. Ketiganya tengah berbicara duduk mengitari sebuah meja kayu berbentuk oval.“Iya, Pak. Sebuah kehormatan bisa ketemu dan bicara langsung dengan Pak El.” Yasa berusaha bersikap setenang mungkin, meskipun jantungnya saat ini telah berguncang heboh. Anggaplah ini latihan, sebelum Yasa bertemu dengan Pras. Seorang pengacara yang terkenal dan sangat disegani dikalangan petinggi negara.Elo me
Baca selengkapnya
Sesuai Rencana
Dengan wajah yang dibanjiri air mata, Aya melajukan mobilnya memasuki tol. Ia tidak lagi tahu ke mana arah tujuannya. Aya hanya ingin menginjak pedal gasnya sekuat tenaga.“Harusnya, kamu itu gak lahir ke dunia! Karena kamu, papa gak lagi menghabiskan waktunya sama aku.”“Aku yang akan hancurin kamu lebih dulu.”“Kamu yakin itu anakku?”“Kamu mau jadi istri kedua?”“Go to the hell.”Semua ucapan dan kenangan bersama Astro, dari sifat manis pria itu, sampai sebuah perlakuan bejat yang diterima Aya, berputar-putar di benaknya. Selain itu, bayangan bersama Yasa malam itu juga bercampur aduk melintasi pikirannya.Kalau Aya ingin jujur, ia sebenarnya juga tidak tahu, anak siapa yang dikandungnya saat ini. Aya bingung, tidak tahu ke mana harus mengadu. Menunggu tes DNA seperti saran Astro sungguhlah tidak mungkin. Semua keluarga besar ya
Baca selengkapnya
Sebuah Kenyataan
Dari balik meja kerjanya, pria tua itu tengah menatap satu persatu foto, yang baru saja ia terima dari mantan asistennya.“Cepat sekali kamu dapat semua informasi ini, Van.” Kalimat pernyataan yang dilayangkan Abraham hampir terkesan seperti sebuah pertanyaan yang menelisik. “Cantik, tapi, apa gak ada perempuan lain lagi? Hanya perempuan tomboy ini? Apa kamu yakin?” cecarnya yang terlihat ragu dengan beberapa foto yang diserahkan Zevan.“Kalau perempuan lain, ya banyak, Pak.” kekeh Zevan. “Tapi cuma Cahaya itu, satu-satunya perempuan yang didatangi sama Mas Yasa.”Wajah Zevan yang tiba-tiba serius, membuat Abraham diam, dan menunggu mantan asistennya itu menjelaskan semua perihal yang diketahuinya.“Namanya Cahaya Bhanuresmi, sering dipanggil Aya, profesinya wartawan dari surat kabar harian Metro Ibukota. Dan gadis itu adalah anak kandung dari Pak Bintang Galexia dan Ibu Sinar Bhanuresmi.”
Baca selengkapnya
Menyusun Rencana
Astro menarik napasnya dalam-dalam, sebelum kembali membuangnya dengan amat perlahan. Hari ini, ia datang ke rumah sakit setelah makan siang, karena sejak pagi, Astro harus bergulat dengan beberapa kasus yang sedang ditanganinya.Belum sempat Astro menyentuh handle pintu ruang ICU untuk membukanya. Pintu itu terayun dari dalam, lalu ada seorang perawat yang keluar dan memberikan Astro senyuman manisnya.“Mas, mau jenguk Mbak Cahaya?” tanya perawat itu dengan sediki kerutan dahi dengan heran.Astro membalas balik senyuman tersebut. “Iya, sus.”Kerutan di dahi perawat yang sudah sedikit mengenal Astro, karena kerap melihatnya menjenguk Aya, semakin dalam. “Mas, belum dikasih kabar? Mbak Cahaya sudah dipindah ke rumah sakit di Singapur pagi-pagi sekali.” Perawat itu melihat arloji di pergelangan tangan kirinya. “Seharusnya mereka sudah sampai sekarang.”“Ke Singapur? Aya dipindah ke Singapur?&rdquo
Baca selengkapnya
Milliar Paper
“Firma papi terancam ditutup?”“Sshh …” Sinar dengan wajah sembab meletakkan telunjuk pada bibirnya. “Tolong tutup dulu pintunya, bunda gak mau ada oranga yang dengar.”Asa mengangguk, beranjak dari sofa lalu menutup pintu ruang VVIP tempat Aya di rawat. Setelah itu, Asa kembali duduk di sofa, berada di samping sang bunda dengan menggenggam erat kedua tangannya.“Ada kasus lama, tapi, mendadak ada orangnya papi di pengadilan yang bilang, kalau kasus itu dibuka lagi karena ditemukan bukti baru.”Tatapan Sinar lalu berpindah pada Aya yang masih terbaring dengan berbagai alat medis yang terpasang ditubuhnya. Sekali lagi, manik Sinar menitikkan air mata. Total sudah sebulan, Aya dalam kondisi koma tapi masih belum terlihat perkembangan apapun.Selama Aya dirawat di Singapura, hanya Asalah satu-satunya anggota keluarga yang setiap hari ada di sisi gadis itu. Karena Asa hanya pekerja lepas, maka ia b
Baca selengkapnya
Terkuak
Kedua pria setengah baya itu datang bersamaan. Pun saat melangkah ke dalam sebuah bistro untuk membicarakan sebuah kasus. Mengambil meja yang paling pojok agar tidak terlalu nampak dikeramaian. Keduanya duduk saling berhadapan dan telah memesan menu sesuai selera masing-masing.“Jadi, El. Apa yang mau kamu bicarakan? Apa masalah Aya?” tanya Bintang pada akhirnya setelah berbasa basi.Elo menggeleng, menyesap kopi pekatnya yang masih mengepul sejenak. “Mas Bintang sudah tahu, kalau Mas Pras tersandung kasus Milliar Paper? Ada orang yang buka kasusnya karena ada laporan baru.”Bintang balas menggeleng untuk menanggapi pertanyaan Elo. “Aku belum dengar sama sekali. Kepalaku masih penuh mikirin Aya, belum lagi Cakra masuk rumah sakit karena tipes. Minggu lalu, aku sampai gak sempat jenguk Aya di Singapur.”Ada anggukan paham dari Elo. Sebagai orang tua, ia sangat mengerti posisi Bintang saat ini. Meskipun Aya bukan anak kan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status