All Chapters of Roman (sa) Arunika: Chapter 21 - Chapter 30
33 Chapters
Episode 21 Memecah Tabungan Rindu
             10 Agustus 2019, tanpa terasa sudah lima bulan aku berstatus sebagai istri pilot. Namun, aku masih bekerja seperti biasa. Kesibukanku tetap, tidak berubah menjadi yang lain. Sibuk naik turun ketinggian, memacu adrenalin siang atau malam. Kadang berangkat pagi, pulang malam. Berangkat dini hari, pulangnya empat hari kemudian. Kesibukan kontinyu yang kusukai sebab tak melulu mengingat tentang rindu. Kalau bisa rasa aneh itu netral saja, karena terlalu malu.            Dia sibuk, teramat sibuk. Kami jarang bertukar suara lebih banyak melalui pesan tulisan. Sebab dia terbang dari pagi sampai siang. Kadang dapat jadwal latihan malam. Dilanjut latihan yang lain. Katanya, kesibukan itu untuk mengisi hari ulang tahun negeri ini yang jatuh pada 17 Agustus nanti. Banyak rangkaian kegiatan yang harus dia jalani.Rangkaian kegiat
Read more
Episode 22 Malam yang Pertama
             Pernahkah kalian mengalami sebuah kejadian yang unik, saat kalian terdiam dan tiba-tiba mendengar ada lagu yang terputar dari benak? Padahal di kenyataan tidak ada musik yang sedang terputar, hanya terdengar dari suara hati. Saat ini aku mengalaminya, saat berada di pelukan hangat besarnya ini. Sebuah lagu kesukaannya, “Andaikan Kau Datang Kembali” terputar merdu dan mendayu rasaku.            Itu bukan lagu cinta, melainkan lagu religi. Isinya tentang ketakwaan pada Sang Khalik. Kelak apa yang akan kita tunjukkan saat Dia memanggil kita kembali. Sudah jadi apakah kita? Sudah bermanfaatkah kita di dunia ini? Apa yang sudah kita beri selain hanya menerima dan menerima?            Semua makna itu kudapatkan dari dia. Mas Kavalah yang menjelaskannya saat
Read more
Episode 23 Pernikahan Sesungguhnya
             “Kav, mamak pu mantu so hamilkah? Mamak mimpi dapat burung puyuh terus ini.”            Celotehan ibu paruh baya dari seberang telepon membuat Captain Kava mesem. Seperti biasa, kalau sedang rindu si ibu bisa makin ceriwis bertanya ini dan itu. Lelaki gagah yang sedang duduk di tepi jendela itu mengubah gaya duduknya seraya menyiapkan jawaban yang menyebalkan. Sebagai anak tunggal, hobinya memang menggoda si mamak hingga berteriak kesal.            “Ah, Mamak tipu saja mo. Mana ada kaitan antara burung puyuh dengan sa pu istri hamil.” Sesekali lelaki itu melirik ke arah kamar mandi dengan pintu yang tertutup. (Ah, Mamak bohong saja nih. Mana ada kaitan antara burung puyuh dengan kehamilan istri saya) 
Read more
Episode 24 Berhenti
             Pagi ini kujelang dengan dua rasa, bahagia dan sedikit sedih. Bahagia sebab aku masih terbangun di pelukannya yang masih lelap di pagi buta pukul tiga. Sedih karena ini hari terakhirnya di Jakarta. Esok dia harus kembali ke Magetan untuk kembali bertugas. Kami segera terpisah jarak yang tak dekat, lagi.            Belum-belum aku sudah menitik air di mata, sedih.            Pasti aku akan merindukan pagi, siang, dan malamku bersamanya. Saat dia terlihat sangat bahagia saat menerima setiap buah tanganku meski roti sisa penerbangan. Saat di mana dia setia menungguku di pintu keluar bandara saat aku pulang terbang jam 2 dini hari. Saat aku pulang malam dan dia sibuk memasakkan air untukku mandi. Semua kasih sayang dan perhatiannya pasti sangat kurindukan.   &n
Read more
Episode 25 Hari yang Buruk Tlah Kembali
             Berulang-ulang pintu itu diketuk tangan berotot Kava, masih tak ada jawaban. Bujukan manis lembutnya menguap ke udara. Tak ada jawaban berarti dari dalam kamar mandi dingin itu. Hanya terdengar suara air gemericik tanpa suara manusia. Membuat lelaki itu makin cemas dari detik hingga detik.            “Dek … buka pintunya, ya? Saya mohon, Dek!” Kava kembali mengetuk pintu sambil menggenggam sebuah kresek kecil. Bujukan dengan suara lembutnya terus mengalir, tapi Nala hanya diam.            Keputusannya pergi ke apotek untuk membeli obat luka berbuah sesal. Sepeninggal Kava, Nala beranjak lemas dari ranjang menuju kamar mandi. Dia mengguyur sekujur badannya dengan dinginnya air. Matanya kosong tak ada ekspresi. Tak hanya itu, tangis dan pandangan datar adalah hia
Read more
Episode 26 Bangkit dari Luka
              Nelayan yang sudah berpengalaman pasti sudah terbiasa dengan datangnya badai. Mereka bersiap, mereka telah kuat. Mereka mempersiapkan, membangun tiang-tiang kapal nan kuat. Jika diterjang, mereka akan mudah untuk hidup dan bertahan. Kapal dan nelayannya selamat melewati samudera. Pun sama denganku, badai yang datang lagi ini berusaha kuatasi sekuat tenaga.            Meski rasanya sama, sakit sekali. Aku berusaha melewati badai kehidupan seperti seorang nelayan yang berpengalaman. Bukankah sejak kecil aku sudah hidup dalam badai. Maka, air mata di pipiku terasa sudah kering. Mata hanya bisa kosong terpaku pada suatu titik saat mereka sibuk mengurusi “badai”.            “Badai” dari masa laluku itu bernama ibu. Dan aku telah terlibat dengannya
Read more
Episode 27 Arunika Saya
             Terima kasih Matahari Pagi yang Hangat telah menyapaku di permulaan Desember. Tak terasa, tlah sampailah aku di penghujung tahun ini, bulan Desember tanggal 1. Masih di tahun yang sama, 2019. Tahun penuh kejutan, setelah kesakitan dan air mata. Tahun aku melepas predikat gadis dan lajang, menjadi seorang wanita bersuami.            Aku bahagia meski musim sedang hujan. Meski arunika pagi jarang menyapaku, menyisakan hawa dingin di jajaran embun. Tak mengapa sebab sudah ada yang memelukku siang dan malam – saat sedang tak bekerja. Untung saja pagi ini matahari itu menyapaku dengan hangat bahagia.            Ini adalah bulan keduaku pindah ke base 2 di Surabaya. Jarak yang lebih dekat dari Magetan. Hanya beberapa jam aku bisa bertemu dengannya, kami tak lagi didera j
Read more
Episode 28 Bagaimana Harimu, Sayang?
             “Selamat pagi Desember tanggal 28, semoga baik dan lancar untuk semuanya,” harap Nala sambil menghimpun kedua tangannya di depan hidung dan mulut.            Dia memejamkan matanya yang lentik lalu membukanya perlahan. Menghadap ke arah pukul tiga, ada Senior Flight Attendant Donna yang sedang tersenyum manis. Pagi ini, Donna menjadi cabin 1 penerbangan rute Surabaya – Jakarta – Jakarta – Surabaya. Pramugari semampai itu menyapa Nala dengan ramahnya.            “Sudah siap, Dek? Lavatory?” Nala mengangguk penuh hormat dengan senyuman indah.            “Siap, Mbak. Sudah bersih dan siap digunakan.” Nala menjawab dengan sig
Read more
Episode 29 KruArga
             Terbiasa bekerja dalam risiko membuat semua hal kecil berarti pertanda. Kukira firasat tak enak itu terjadi karena perubahan kecil mas Kava yang senang memanggilku “Sayang”  belakangan ini. Ternyata bukan. Ternyata perasaan buruk itu karena sebuah musibah akan menimpa salah seorang sahabat terbaikku.            Mbak Astri, yang super ceriwis nan cantik itu telah pergi. Bersama dengan 42 orang penumpang burung besi nahas itu. Mereka terbang terlalu tinggi hingga tak bisa mendarat lagi di dunia. Menyakitkan harus bertutur seperti ini. Lagi, mataku membasah jika menceritakannya.            Tak hanya itu, ada rekan baik Mas Kava yang tanpa sadar sering dia ceritakan. Turut pergi selamanya dalam musibah itu. Semua terasa kebetulan, tidak, ini sudah ta
Read more
Episode 30 Cinta
             Dini hari pukul 1 sudah menyapa langit Makassar. Burung besi itu sedang mengarungi langit setinggi 37.000 kaki dengan kecepatan sekitar 600 kilometer/jam. Udara kabin terasa dingin menusuk, sebab udara ketinggian bisa di suhu minus derajat. Rerata penumpang NA-990 sedang terlelap meski di tengah desing mesin jet. Namun, ada sebuah suara yang berbeda dan terasa sedikit mengganggu suasana bising itu. Berisik di tengah kebisingan.            Tangis bayi berusia lima bulan terasa menyayat sebagian hati, sebagian lagi memilih tak peduli. Namun, ada jua yang merasa sangat terganggu hingga menoleh ke kursi belakang – tempat si bayi berusaha ditenangkan. Ada si ibu yang frustrasi sebab bayi mungilnya tak henti menangis. Entah karena apa, si ibu sedang menerka-nerka.            Mana
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status