Semua Bab I'm Okay(ST Seven): Bab 11 - Bab 20
50 Bab
Penindasan anak koruptor
Saat Shela masuk ke kantin orang-orang lantas memperhatikannya dari sisi manapun. Gadis itu tetap menyuap baksonya dengan santai seolah meraka hanya diibaratkan patung pajangan saja. Suara demi suara perihal dirinya masuk ke gendang telinga. Namun, Shela memilih menulikan pendengarannya dan tetap santai menikmati makan siangnya."Tuh, anak koruptor masih punya nyali buat makan di sini?"bisik salah seorang siswa, suaranya terdengar jelas di telinga Shela."Kasih pelajaran, biar kapok!" Dua orang cewek yang tampak asing dari jurusan IPA mendekati meja Shela."Lo yang dulu numpahin sambel ke mangkuk gue kan?" ucap Gendis mengingatkan perilaku nyeleneh Shela di waktu dulu.Shela tetap bergeming, tak memedulikan cewek di sebelahnya.Merasa diabaikan lantas Gendis mengambil saos botol yang ada di depan Shela, lalu menumpahkan semua isinya ke dalam mangkuk milik cewek itu.Gendis tersenyum puas. Sedangkan Shela berusaha
Baca selengkapnya
Tinggal satu rumah
"Papa besok berangkat, Sin. Kamu baik-baik sama kakakmu di sini ya.""Papa juga hati-hati di sana ya. Em, Pa, Sina boleh ngomong sesuatu?" Sina tampak memainkan jari-jarinya karena merasa tidak enak dengan apa yang akan ia bicarakan."Ngomong aja, Nak. Papa siap mendengarkan," pungkasnya. Tangannya bergerak gesit memasukan baju-bajunya ke dalam koper berukuran besar."Sina mau--"Drttt! Drttt!Getar ponsel di saku Rian mengharuskan Sina tak melanjutkan kalimatnya. Padahal ini penting, menyangkut dirinya."Sebentar, Sin."Sina mengangguk mengerti. Ia ikut melipat baju sang ayah ke dalam koper yang masih terbuka. Lalu ia melihat bingkai foto berukuran sedang yang berisikan foto ia, Oliv dan Rian. Sina tersenyum, ternyata Rian menyimpan fotonya di bingkai yang berbeda pula. Berati Rian juga sayang pada Sina.Derap langkah dari luar terdengar semakin mendekat dan sekejap kemudian Oliv datang dan langsung memeluk manja Rian.
Baca selengkapnya
Farel dan Alan saudaraan?
"kamu ini ketua osis lho, Lan," kata Bu Ayu. Sejak tadi ia tak henti-hentinya berkeliling memutari Farel dan Alan. "Makanya Bu, hati-hati kalo milih  ketua OSIS jadinya kayak gini kan. Pemimpin itu seharunya memberikan contoh yang baik buat warga sekolahnya bukan malah sebaliknya," sindir Farel. Ia berdecih. Alan memang tidak seharusnya menjadi ketua osis, yang seharunya menang itu dirinya. Pikir Farel."Diam kamu Farel. Kamu juga sama saja," sergah Bu Ayu yang berdiri di hadapan kedua cowok itu sembari membulatkan matanya. Bu Ayu memang suka geram dengan celotehan Farel yang juga tidak membuktikan dirinya tak lebih baik dari Alan."Kalian berdua silakan masuk ke ruangan Pak Broto," putus Bu Ayu.Farel dan Alan tak sengaja saling memandang. Mereka terkejut, pasalnya tidak ada yang mau berhadapan dengan guru gila itu. Siapa saja akan dibuat stres oleh mulutnya yang banyak bicara. Farel dan Alan lebih baik langsung masuk ruang BK, daripada bertem
Baca selengkapnya
Keponakan Om Jojo
"Ajarin anakmu, Sur. Kalo di rumah boleh-boleh saja manggil saya Om tapi di sekolah beda lagi." Kata-kata tadi tentu ditujukan untuk Farel. Anak degil itu malah tertawa mendengar nasihat untuk papanya.Lagi-lagi rasa tidak enak menjalar dalam tubuh Surya. Ia memaksakan senyum tidak apa-apa pada Farel."Memangnya kenapa Om? Malu punya ponakan seperti saya?" Farel tersenyum miring. Dari hawa-hawanya ia mulai mau mencari gara-gara dengan Jojo."Bukan begitu, Rel. Nih, kamu contoh Alan. Dia ini beda banget sama kamu, dia sangat menghormati saya di mana pun saya berada." Jojo melihat ke arah Alan yang segan padanya. Pasti dia tidak menyangka gurunya akan menjadi omnya."Kan saya bukan Alan, ya jelas beda lah," jawab Farel memutar bola matanya malas."Mau manggil Pak Guru atau Om Jojo tuh sama aja, Farel tetep keponakan Om Jojo," tambah Farel yang sekarang melanjutkan suapannya yang tertunda.Jojo mengehla napas. Ia jadi teringat saat Farel meneri
Baca selengkapnya
Karin Sayang Karin Malang
Halaman rumahnya tampak sepi, tetapi gadis itu tetap memberanikan diri untuk masuk ke pekarangan rumah Karin.Pertama saat sampai di beranda, Devi menjamah ponselnya di dalam saku, ia memeriksa apakah ada notif atau tidak.Embusan napas lolos darinya. Devi berjalan ke arah pintu dan mengetuknya."Rin! Karin!" panggil Devi."Apa masih tidur?" Devi berhenti mengetuk pintu. Ia jalan sini jalan sana untuk menunggu orang rumah membukakan pintu.Tak berapa lama menunggu, seorang wanita membuka pintu rumahnya. Devi sudah bisa tahu siapa wanita yang tengah berdiri itu."Tante Mey, Karin kemana ya? Dari malam Devi telepon kok gak diangkat-angkat?"Mey langsung menarik lengan Devi ke dalam rumah. Sebelumnya ia terlihat mengamankan suasana di luar. Mey menutup pintu rapat-rapat.Mey mondar mandir tak jelas di depan Devi. Wanita itu mengigit jari-jarinya, harus mulai dari mana membicarakan masalah Karin."Tante kenapa?"
Baca selengkapnya
Satu Kursi
Hari ini adalah rapat untuk semua siswa, karena besok mereka akan berangkat dengan bus khusus untuk kemah. Sebenarnya tiga hari yang lalu memang sudah dilakukan diskusi bersama. Namun, kali ini ada ketetapan baru dari panitia dan osis. Mereka ingin memisahkan anak ips dan anak IPA, itu sengaja dilakukan, karena mengingat kejadian beberapa hari yang lalu anatara Shela dan Gendis.Dan untuk menertibkan kursi supaya tidak rusuh. Pak Broto ikut memberi keputusan, bahwa semua kursi yang ada di dalam bus akan ditempelkan nama mereka. Hal ini untuk mengurangi kerusuhan dari orang-orang kurang angsur seperti Farel dan kawan-kawan. Barang siapa yang berani memprotes minta tempat duduknya ditukar atau diubah, maka mereka harus berhadapan langsung dengan Pak Broto."Yah, gak bisa seru-seruan dong?" Keluh Didi."Kadang-kadang Pak Broto emang suka bangsat, ya." Farel mendumel.Farel melirik-lirik orang-orang di sekitarnya. Ia tak sengaja melihat Sina tak
Baca selengkapnya
Mencari bendera ke dalam hutan
"Turun! Turun!" Instruksi Pak Broto sambil menyiprat sebagian siswa yang masih tertidur."Pak, mana tempat kemahnya?" tanya salah seorang siswa. Mereka tidak melihat tenda atau semacamnya."Masih dua kilo lagi, Bis gak bisa naik, bahaya. Kita semua jalan kaki sampai sana!" jawab Pak Broto sekaligus memberitahu pada semuanya. "Wajah lo kenapa sin?" Shela menelisik setiap inci wajah Sina. Cewek itu tertunduk seraya perlahan meraba wajahnya."Hah?" Sina kembali mendongak. Kemudian Shela memberi Sina cermin berukuran kecil yang selalu ia bawa ke manapun."Rel lo gak hapus?" tanya Rangga yang baru turun. Ia melihat risih wajah Sina yang hampir tak nampak oleh curat-coret spidol hasil Farel."Lo yang lakuin ini Rel? Wah kurang asem, gue bilangin Pak Broto lo bau tau rasa!" ancam Shela tak terima."Heh, gue lupa! Jangan Shel, gue lagi males berurusan sama tua Bangka itu! Farel menepuk jidatnya."Siapa yang tua Bangka Farel?" Sua
Baca selengkapnya
Luka Kita Berbeda
"Udah dapet berapa, Di?" tanya Farel tanpa menoleh ke belakang. Cowok itu terus berjalan di belang Sina sambil menyinari pohon-pohon di sekelilingnya dengan senter."Ck, Didi!" panggil Farel lagi. Namun, masih tak ada sumber suara di belakang . Akhirnya cowok Farel memilih menengok ke belakang untuk memeriksa keberadaan Didi.Farel tersentak tak mendapati Didi. "Di?""Wei, si Didi ketinggalan!" pungkas Farel pada Sina. Saat Farel mengarahkan tubuhnya ke depan lagi, sudah tak nampak siapapun di sana."Lah? Kemana cewek itu?" Tak berapa lama berjalan Farel mendengar seseorang berteriak meminta tolong."Tolong!" teriak seseorang. Suaranya masuk samar-samar pada telinga Farel.Farel segera mencari sumber suara itu. Cowok itu terus menelisik hutan yang entah sudah sampai mana ia melangkah.Farel menggaruk kepalanya prustasi. "Farel! Gue di bawah!" teriak Sina. Farel lekas mengedarkan matanya ke arah bawah. Ia meli
Baca selengkapnya
Bukannya benci?
***Oliv merasa khawatir dengan adiknya, saat ia pulang dari kafe terlihat Nessa terus menggerutu prihal Sina. Ternyata gadis itu sudah pulang. Oliv bertanya akan keberadaan gadis itu. Tetapi Nessa malah memberikan jawaban menohok."Dia Tante kunci di kamar mandi!"Mendengar pengakuan Nessa, Olive bergegas menuju kamar Sina. Ia langsung membuka pintu kamar mandi dan mendapati Sina terkapar dengan wajah pucat.Oliv segera membopong gadis itu ke atas ranjang. Badannya terasa panas, gadis itu demam.Oliv mengambil air untuk mengompres adiknya dan menyiapkan makanan untuk Sina. Memanglah Oliv selalu iba jika Tante Nessa terlalu keras pada gadis itu. Oliv juga manusia yang mudah tersentuh hatinya."Sin bangun, jangan bikin gue khawatir," ucap Oliv memegang tangan sang adik.Perlahan Sina membuka pelupuk matanya. Keberadaan Oliv masih terlihat remang dalam pandangannya, lantas membuat Sina mengerutkan kening hingga wajah Oliv terlihat jelas.
Baca selengkapnya
Penyelamatan Farel
"UDAH BERANI JADI TUYUL KAMU?" Amarahnya tersulut-sulut. Nessa menunjuk-nunjuk wajah Sina yang terlihat kebingungan."Maksud Tante?" tanya Sina yang tidak tahu apa-apa."Alah! Gak usah belaga so gak tau apa-apa. Kamu maling uang Tante 'kan?" tanya Nessa terlihat mengintimidasi anak itu. Tentu saja Nessa sangat marah pada Sina, karena kelakuan Sina main berani padanya. Setelah beberapa waktu lalu tetap ikut kemah ia jadi tahu semakin ke sini Sina semakin membangkang, tidak penurut lagi.Apalagi uang senilai enam juta itu akan Nessa gunakan untuk menambah modal dalam membuka butiknya. Hatinya bagai ditusuk dengan ribuan benda tumpul. "Kenapa Tante ngomong kayak gitu. Sina gak ambil uang Tante!"Nessa terus mendesak agar Sina mau mengaku. Namun, Sina tetaplah Sina, ia bersikeras dengan apa yang ada dalam hatinya.Bahkan setelah mendapat tamparan keras dari Nessa, Sina masih tetap tegas mengatakan bahwa bukan dia pencurinya. Untuk itu, Nes
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status