"Udah dapet berapa, Di?" tanya Farel tanpa menoleh ke belakang. Cowok itu terus berjalan di belang Sina sambil menyinari pohon-pohon di sekelilingnya dengan senter.
"Ck, Didi!" panggil Farel lagi. Namun, masih tak ada sumber suara di belakang . Akhirnya cowok Farel memilih menengok ke belakang untuk memeriksa keberadaan Didi.
Farel tersentak tak mendapati Didi. "Di?"
"Wei, si Didi ketinggalan!" pungkas Farel pada Sina. Saat Farel mengarahkan tubuhnya ke depan lagi, sudah tak nampak siapapun di sana.
"Lah? Kemana cewek itu?"
Tak berapa lama berjalan Farel mendengar seseorang berteriak meminta tolong.
"Tolong!" teriak seseorang. Suaranya masuk samar-samar pada telinga Farel.
Farel segera mencari sumber suara itu. Cowok itu terus menelisik hutan yang entah sudah sampai mana ia melangkah.
Farel menggaruk kepalanya prustasi.
"Farel! Gue di bawah!" teriak Sina. Farel lekas mengedarkan matanya ke arah bawah. Ia meli
***Oliv merasa khawatir dengan adiknya, saat ia pulang dari kafe terlihat Nessa terus menggerutu prihal Sina. Ternyata gadis itu sudah pulang. Oliv bertanya akan keberadaan gadis itu. Tetapi Nessa malah memberikan jawaban menohok."Dia Tante kunci di kamar mandi!"Mendengar pengakuan Nessa, Olive bergegas menuju kamar Sina. Ia langsung membuka pintu kamar mandi dan mendapati Sina terkapar dengan wajah pucat.Oliv segera membopong gadis itu ke atas ranjang. Badannya terasa panas, gadis itu demam.Oliv mengambil air untuk mengompres adiknya dan menyiapkan makanan untuk Sina. Memanglah Oliv selalu iba jika Tante Nessa terlalu keras pada gadis itu. Oliv juga manusia yang mudah tersentuh hatinya."Sin bangun, jangan bikin gue khawatir," ucap Oliv memegang tangan sang adik.Perlahan Sina membuka pelupuk matanya. Keberadaan Oliv masih terlihat remang dalam pandangannya, lantas membuat Sina mengerutkan kening hingga wajah Oliv terlihat jelas.
"UDAH BERANI JADI TUYUL KAMU?" Amarahnya tersulut-sulut. Nessa menunjuk-nunjuk wajah Sina yang terlihat kebingungan."Maksud Tante?" tanya Sina yang tidak tahu apa-apa."Alah! Gak usah belaga so gak tau apa-apa. Kamu maling uang Tante 'kan?" tanya Nessa terlihat mengintimidasi anak itu. Tentu saja Nessa sangat marah pada Sina, karena kelakuan Sina main berani padanya. Setelah beberapa waktu lalu tetap ikut kemah ia jadi tahu semakin ke sini Sina semakin membangkang, tidak penurut lagi.Apalagi uang senilai enam juta itu akan Nessa gunakan untuk menambah modal dalam membuka butiknya.Hatinya bagai ditusuk dengan ribuan benda tumpul. "Kenapa Tante ngomong kayak gitu. Sina gak ambil uang Tante!"Nessa terus mendesak agar Sina mau mengaku. Namun, Sina tetaplah Sina, ia bersikeras dengan apa yang ada dalam hatinya.Bahkan setelah mendapat tamparan keras dari Nessa, Sina masih tetap tegas mengatakan bahwa bukan dia pencurinya. Untuk itu, Nes
Shela dan yang lain bertanya-tanya prihal ruangan Farel, suster memberitahukan bahwa ruangan cowok itu ada di sebelah kiri setelah berjalan lurus. Sesegera mungkin mereka berlari ke tempat yang diarahkan suster tadi.Di sana sudah ada mama tirinya yang bernama Dila. Sebelum beranjak ke sini, Shela sempat menghubungi om Surya tetapi pria itu sedang tidak bisa dihubungi, alhasil Shela mengabari Alan.Sina tampak termenung sermbari sibuk memainkan jari-jarinya. Dila terus mengintip keadaan Farel di sela pintu yang ada kacanya. Sementara Alan, ia terus menghubungi Surya yang sedang berada di perjalanan untuk keluar kota.Semua terlihat panik, keculai gadis yang kini tersenyum devil melihat kecemasan semua orang."Sin, Farel gimana?" Shela duduk di samping Sina. Cewek itu terlonjak kaget."Farel dikeroyok sama cowok yang namanya Deo. Waktu pertamakali kalian nyerahin gue sama anak-anak The Blue. Iya, gue yakin itu mereka."The Blue?" Devi mengeru
"Karena Rangga lagi di luar negeri, jadi dia ngucapin sumpahnya secara virtual aja. Nih, hoode lo, Sin. ST Seven.""Selamat datang Sinar Rembulan!" ucap Didi secara lantang.Karena Farel masih di rumah sakit, akhirnya ia tidak bisa menyaksikan sumpah yang Sina ucapkan. Akan tetapi, Farel percaya Sina pantas masuk ke lingkaran ST.Sina resmi jadi anggota ST. Shela dan Devi mengajak Sina untuk mencari orang yang sudah menghamili Karin. Shela sudah sangat lama mengabaikan masalah cewek itu."Shel, apa ngga sebaiknya kita kasih tahu Didi. Dia bisa bantu kita," bisik Devi."Jangan dululah. Lo tau sendiri kan Didi itu gimana orangnya. Mulutnya itu terlalu lemes, nanti kalo dia ngasih tahu Farel, gimana? Kan Farel masih sakit. Udahlah kita kan ada Sina "Devi beroh dan manggut-manggut.Shela menghampiri Sina yang sedang duduk-duduk di kursi panjang yang tersedia di basecamp. Cewek itu melihat-lihat foto-foto lawas anggota ST yang
Setibanya di halaman rumah Sina, Farel bergegas kembali untuk pulang. Namun lagi-lagi, matanya menangkap sosok Olive sedang mematung di depan pintu. Ia yakin, gadis itu sedang mengintip Sina yang baru saja ia antarkan pulang.Farel turun dari motornya dan menahan Sina untuk naik ke beranda rumahnya. Di sana Farel menarik lengan Sina dan tiba-tiba mengecup singkat pipi gadis itu.Sina tidak menyangka Farel mencium pipinya di depan rumahnya. Farel lagi-lagi melihat Oliv dan ingin membuatnya cemburu. Lagi-lagi ia harus menjadikan Sina sebagai alat.Saat itu juga Sina segera berlari ke dalam rumah, sebelumnya ia memang tertegun. Tidak. Lebih tepatnya kaget.Oliv yang yang melihat hanya tersenyum getir. Ia lekas mengejar langkah Sina yang tadi melewatinya begitu saja.Sementara Farel, ia tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam sana. Yang pasti Farel puas melihat wajah Olive yang memerah menahan amarah. Gadis itu pasti sangat cemburu.Fare
Olive masuk ke kamar Sina. Sang empu sedang berada di kamar mandi sedang membersihkan diri. Saat Sina keluar sudah ada Oliv sedang menatapnya penuh kobaran api."Lo habis jalan 'kan sama Farel?" tanya Olive penuh rasa curiga.Sina bergeleng cuek. Kakaknya seharunya berhenti membicarakan cowok itu. "Gue gak jalan sama cowok lo!""Halah! Orang gue liat sendiri. Tadi lo dianterin cowok ke rumah. Siapa lagi kalo bukan Farel?"Sina tersenyum miris. "Gue bukan lo yang ngerebut pacar adiknya sendiri!" Tekan Sina menyindir membuat bola api di ubun-ubun Olive kian menyala.Oliv menggigit bibirnya dalam-dalam menahan kekesalan. Ia mengeluarkan sesuatu di belakang punggungnya. Kemudian menunjukan benda itu pada Sina.Sina mengerutkan dahi saat menangkap benda yang ada di tangan Olive."Mau lo apain foto gue sama bunda?""Mau gue sobek!" Dan seketika Olive menghancurkan benda itu tepat di depan wajah adiknya.Sina seger
"Woi, ada yang pingsan!" teriak salah satu seorang siswa yang ikut dihukum memberi hormat pada bendera. Orang itu berada tepat di sebelah Sina.Semua orang yang mendengar siswa itu refleks mengarah padanya."Sina?" Kaget Alan. Sejurus kemudian Farel mendahuluinya membawa Sina Ken UKS.Farel menggendong Sina dan berlari cepat membawa gadis itu ke UKS. Wajahnya tampak pucat. Farel bisa merasakan panas dari tubuh cewek yang sedang ia gendong.Alan mengejar Farel ke UKS untuk ikut memeriksa kondisi Sina. Dokter yang bekerja di sana langsung memeriksa keadaan Sina.Farel membawa Alan ke luar dan menyalahkan cowok itu."Kalo mau ngehukum orang pikir-pikir dulu! Lo gak lihat keadaan Sina?""Kalo tahu cewek di depan gue itu Sina, gak bakal gue biarin lo ngehukum dia!" Tajam Farel penuh amarah. Ia tidak tahu dari mana amarah ini datang. Yang pasti, sekarang Farel diselimuti rasa khawatir dan ketakutan mengenai kondisi anak itu.
Alan membeberkan Snack-snack itu dengan rapi. Kemudian mendorong trolinya ke rak lain lagi. Dan melakukan hal yang sama pada rak-rak itu.Pria yang berdiri di samping Alan tak senagaja menjatuhkan Snack kaleng. Saat itu Alan buru-buru mengambilnya. Namun pada saat Alan mengulurkan makanan itu, Alan terhenyak mendapati keberadaan Surya, ayah tirinya.Akan tetapi, untung saja Surya sedang tidak memakai kacamata sehingga wajah Alan tidak tampak jelas. Alan cepat-cepat meletakan beda itu ke tempatnya lagi, setelah itu ia terbirit-birit untuk sembunyi, karena Surya sudah mulai meraba kacamata untuk ia pakai. Jika Alan ketahuan bekerja di sini pastilah kekisruhan terjadi. Dan Alan tidak mau terjadi apa-apa. Apalagi sampai Surya memberitahukan hal ini pada Dila."Kemana karyawan tadi?" Surya berjalan menuju kasir untuk membayar camilan yang baru saja ia beli."Totalnya 300 ribu, Pak."Surya membayarnya dan mengambil plastiknya lalu segera keluar dari minimarke